Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mikologi Ramadhan: Tunduk dan Menjaga Pandangan
8 Mei 2020 7:58 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Ivan Permana Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sore itu di bulan ramadhan, air baru saja menyelesaikan siklusnya , membuat kondisi menjadi sangat dingin di kota hujan . Saya yang saat itu merasa kondisi ATP (adenosine triphosphate, sejenis energi yang diperlukan untuk sel agar bisa bekerja) yang mulai menipis dikarenakan simpanan glikogen yang sudah mulai habis, memutuskan untuk pulang naik bis jemputan, karena memang jam kerja telah berakhir. Sepanjang perjalanan menuju halte, pandangan saya tertuju pada sebuah genangan air yang seolah memanggil untuk didekati. Benar saja, gumpalan hifa berwarna putih hingga krem yang menyelubungi serangga mati, bergoyang tak beraturan karena air pada genangan tersebut saya sentuh. Tak puas mengamati dengan loupe yang selalu saya simpan di tas, saya mengurungkan niat untuk pulang dan mencoba untuk mengobservasi lebih lanjut mahluk yang saya temukan di laboratorium.
ADVERTISEMENT
Mahluk itulah yang dikenal sebagai cendawan akuatik / fungi akuatik. Seperti halnya sebagian besar jamur lainnya, fungi akuatik tersusun oleh hifa (Jamak: miselium ) yang hidup pada hewan ataupun tumbuhan yang berada di air. Jika hewan dan tumbuhan tersebut masih hidup, maka jamur tersebut dikategorikan sebagai parasit , sebagai contoh fungi yang menempel pada ikan yang seringkali menyerang usaha budidaya perikanan ataupun kelompok fungi kitrid yang menyerang larva nyamuk . Namun, jika organisme yang ditumbuhi telah mati, maka fungi tersebut dianggap sebagai dekomposer.
Fungi akuatik merupakan kelompok fungi yang telah terspesialisasi untuk hidup di wilayah perairan, mereka mampu untuk menyelesaikan siklus hidup, memproduksi spora , dan tersebar pada wilayah tersebut untuk mencari substrat lainnya. Mereka terkadang oportunis dan merupakan pengkolonisasi sekunder pada mahluk yang telah terluka ataupun mati. Sebagai dekomposer, fungi bersama organisme pendegradasi lainnya memegang peranan penting dalam siklus nutrien di bumi. Anda bisa membayangkan apa yang terjadi jika mahluk-mahluk tersebut berhenti beraktivitas dan mogok bekerja. Akan ada banyak sekali sampah organik yang terakumulasi di sekitar kita, bertumpuk tanpa ada yang menguraikan.
ADVERTISEMENT
Tidak perlu menjadi mikologiwan/wati untuk mengamati fenomena dan keunikan fungi yang ada di sekitar kita. Namun dengan selalu merasa penasaran dan memiliki curiosity , kita akan terus belajar dan menjadi bagian penting dari perkembangan ilmu pengetahuan. Karena bukan tidak mungkin, ide-ide baru akan muncul ketika terus bertanya mengenai makna dari keberadaan kita dan mereka.
(Ivan Permana Putra SSi, MSi : Dosen Divisi Mikologi, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor)