Mahasiswa IPB University Rancang Strategi Penekanan Emisi Karbon Desa

ivatulmaula
Mahasiswa Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, IPB University
Konten dari Pengguna
13 September 2022 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ivatulmaula tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Tim bersama Keyperson. Kredit Foto: Tim PKM-RSH IPB University
zoom-in-whitePerbesar
Foto Tim bersama Keyperson. Kredit Foto: Tim PKM-RSH IPB University
ADVERTISEMENT
Pemanasan global yang berlangsung sejak tahun 1960 hingga 2020 memicu terjadinya fenomena perubahan iklim di dunia. Diproyeksikan melalui skenario yang dibahas dalam studi Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) bahwa suhu global akan mencapai atau melampaui 1,5 derajat Celcius antara tahun 2021 hingga 2040. Potensi dampak perubahan iklim telah dikaji oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menunjukkan bahwa bidang pangan, air, energi, dan kesehatan akan menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) dari 0,66% - 3,45% pada tahun 2030.
ADVERTISEMENT
Menghadapi isu perubahan iklim, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030 yang tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC). Tidak hanya dibutuhkan peran pemerintah, seluruh pihak harus dilibatkan sebagai wujud aksi strategis dalam upaya pemenuhan target NDC. Salah satunya adalah masyarakat desa. Apabila desa secara kolektif melakukan aktivitas rendah karbon, desa mampu berkontribusi secara aktif dalam mendukung capaian NDC.
Foto dengan Aparat Pemerintah Desa Cibanteng. Kredit Foto: Tim PKM-RSH IPB University
Desa Cibanteng yang merupakan desa lingkar kampus IPB di Kabupaten Bogor, menjadi salah satu desa yang berpotensi dalam peningkatan aktivitas rendah karbon. Akan tetapi, terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu aktivitas rendah karbon yang dilakukan masih bersifat individu oleh beberapa aktor. Ditambah dengan permasalahan lainnya yaitu minimnya pengetahuan dan kesadaran kolektif masyarakat terhadap aktivitas tersebut. Oleh karena itu, Aditya bersama tim PKM RSH yang beranggotakan Istiqomah, Hanifaty, Dedeh, dan Ragil di bawah bimbingan Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc, IPM menginisiasi skema pembayaran jasa lingkungan sebagai strategi penekanan emisi karbon berbasis desa untuk mendorong capaian NDC.
Foto Diskusi Tim. Kredit Foto: Tim PKM-RSH IPB University
Hasil kajian yang sudah dilakukan oleh Aditya dan kolega ditemukan bahwa jasa lingkungan berbasis desa tidak hanya berkontribusi dalam penekanan emisi karbon. Aktivitas tersebut juga berpotensi menghasilkan nilai ekonomi apabila dikonversi dalam satuan moneter. Faktor ekonomi berupa insentif melalui skema pembayaran jasa lingkungan dari pemanfaat jasa, dapat menjadi salah satu faktor pendorong masyarakat dalam melakukan aktivitas rendah karbon.
ADVERTISEMENT
Aditya dan tim berhasil mengidentifikasi aktivitas dan jasa lingkungan yang tersedia di Desa Cibanteng yaitu pengelolaan sampah, areal tutupan lahan, dan peralihan pertanian organik ke organik. Adapun total besaran karbon yang dapat diserap melalui aktivitas tersebut pada kondisi saat ini yaitu 1.477 ton CO2-eq. Apabila seluruh desa di Indonesia melakukan aktivitas rendah karbon secara optimum, potensi nilai serapan karbon dapat mencapai 300 juta ton CO2-eq. Nilai tersebut setara dengan 38 persen dari 834 juta CO2-eq target NDC di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan, desa sebagai unsur utama pembangun negara memiliki peran strategis dalam mendukung capaian NDC. Aksi strategis tersebut juga menjadi salah satu wujud implementasi SDGs pada poin 13 yaitu, take urgent action to combat climate change and its impacts di tahun 2030.
ADVERTISEMENT