Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Gus Muhdlor, Kapan Ada Angkutan Feeder di Sidoarjo?
26 Agustus 2023 18:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Iwan Iwe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Meski tinggal di Sidoarjo, saya lebih terikat secara emosional dengan Kota Surabaya. Kota ini menjadi jujugan pertama kali saat merantau dari kampung halaman saya di Ponorogo. Cukup lama saya tinggal di Surabaya hingga memutuskan pindah di Sidoarjo pada 2004.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, Sidoarjo adalah kabupaten kecil yang perkembangan daerahnya begitu lambat. Sejak pindah, kemacetan di perempatan Gedangan tak kunjung bisa diurai hingga sekarang. Begitu pula dengan pembangunan kotanya yang terasa slow.
Win Hendrarso dan Saiful Ilah, dua mantan Bupati Sidoarjo ini tak banyak melakukan gebrakan. Dua nama tersebut bahkan tersangkut kasus korupsi yang membuat Sidoarjo jalan di tempat. Lambatnya pembangunan membuat saya tak punya kesan selain menganggap Sidoarjo hanya sebagai daerah untuk numpang tidur.
Terpilihnya Ahmad Muhdlor Ali memberi harapan baru. Anak Kyai NU karismatik, Agoes Ali Masyhuri, ini membuat banyak gebrakan. Salah satunya adalah pembangunan Flyover Aloha yang diharapkan mampu mengurangi kemacetan.
Frontage road yang menghubungkan Waru-Buduran juga dikebut penyelesaiannya. Pembangunan frontage road ini sempat macet pengerjaannya sebelum era bupati yang akrab disapa Gus Muhdlor ini. Di tangan Gus Muhdlor, pembangunan frontage road sudah berjalan ditargetkan selesai akhir 2023 dan bisa dilalui kendaraan pada 2024.
ADVERTISEMENT
Tentu saja masih banyak PR yang mesti diselesaikan Gus Muhdlor. Namun jika boleh usul, saya ingin Gus Muhdlor mulai menggarap sektor transportasi publik di Sidoarjo.
Habit masyarakat Sidoarjo naik transportasi publik mulai bersemi kembali sejak Trans Jatim diluncurkan pada 19 Agustus 2022. Saya yang sejak 1996 selalu naik motor akhirnya memutuskan pindah naik angkutan umum dua bulan setelah Trans Jatim mengaspal. Armada milik Pemprov Jatim ini mengantar saya ke Terminal Purabaya, Bungurasih untuk kemudian nyambung Suroboyo Bus. Bus merah milik Pemkot Surabaya ini mengantar saya ke tempat kerja di Gedung Graha Pena.
Kebiasaan baru ini masih bertahan meski biaya perjalanannya lebih mahal ketimbang naik motor. Saya juga menyaksikan bagaimana penumpang Trans Jatim dari Sidoarjo semakin banyak. Load factor Trans Jatim selalu di atas 100 persen. Trans Jatim sudah menjadi salah satu solusi paling aman dan nyaman bagi masyarakat Kota Udang ini untuk bermobilitas menuju Gresik dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Sayang, Pemkab Sidoarjo melalui Dishub tak kunjung mengembangkan angkutan feeder-nya. Angkot-angkot tua masih bertahan meski penumpangnya bertambah sepi. Selain itu, tak semua rute dilalui dan membuat masyarakat memilih naik motor untuk bermobilitas di Sidoarjo.
Saya juga terpaksa naik motor saat menuju halte. Saya selalu meminta istri untuk mengantar dan menjemput di halte Trans Jatim. Padahal jika ada feeder, saya memilih menaikinya.
Dishub Sidoarjo diharapkan bisa mengembangkan angkutan feeder yang menghubungkan daerah tempat tinggal warga ke halte-halte Trans Jatim. Sopir angkot dan armadanya bisa dirangkul untuk dijadikan angkutan feeder. Jika ini terwujud, tentu pengguna transportasi publik di Sidoarjo akan semakin banyak.
Pemkab mempunyai tanggungjawab besar “memindahkan” warganya ke angkutan umum. Menurut data Satlantas Polresta Sidoarjo, angka kecelakaan selama Januari-Februari 2023 mencapai 450 lebih kasus. Angka ini meningkat dibanding pada dua bulan awal 2022 yang hanya 350 laka
ADVERTISEMENT
Dari 217 laka di Februari, ada 12 orang meninggal dunia serta 254 orang mengalami luka-luka. Dibanding Januari, jumlah korban meninggal mengalami kenaikan.
“Kalau Januari hanya ada sembilan saja,” ujar Kanitgakkum Laka Satlantas Polresta Sidoarjo Iptu Ony Purnomo, seperti dikutip dari harianbangsa.net.
Ironisnya, mayoritas korban kecelakaan adalah pengendara roda dua.
Tingginya angka kecelakaan seharusnya membuat Pemkab segera memperbaiki sistem transportasi publiknya. Gus Muhdlor diharapkan membuat kebijakan transportasi publik yang komprehensif. Tujuannya tentu saja mengurangi risiko kecelakaan warganya.
Sidoarjo bisa meniru Surabaya yang memiliki angkutan feeder. Jika terkendala biaya pengadaan armada baru, Pemkab bisa memaksimalkan angkutan eksisting seperti angkot dan bison dengan merangkul mereka menjadi angkutan feeder.
Daerah-daerah yang dilalui Trans Jatim saat ini mulai mengembangkan angkutan dalam kawasannya. Dishub Gresik berencana menyesuaikan trayek angkot yang melayani Cerme menuju Kota Gresik. Ini menyusul rencana perluasan rute Bus Trans Jatim yang akan melayani jalur Gresik-Mojokerto.
ADVERTISEMENT
Harapan agar Sidoarjo mulai serius mengembangkan transportasi publiknya ada di tangan Gus Muhdlor. Sebagai kota satelit, Sidoarjo diharapkan mampu mengimbangi kemajuan Surabaya. Saat ini, banyak warga Sidoarjo yang bekerja di Surabaya dan membutuhkan alat transportasi yang aman dan nyaman. Hadirnya angkutan feeder akan membuat semakin banyak warga Sidoarjo meninggalkan kendaraan pribadinya. Dan tentu saja akan membuat saya jatuh hati.
Jadi, kapan ada angkutan feeder di Sidoarjo, Gus? (*)
Live Update
Gedung Glodok Plaza yang terletak di Jalan Mangga Besar II Glodok Plaza, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, terbakar, pada Rabu (15/1) malam. Kebakaran dilaporkan terjadi pada pukul 21.30 WIB. Api diduga bersumber dari lantai 7.
Updated 16 Januari 2025, 0:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini