Konten dari Pengguna

TikTok Shop Ditutup: Langkah Panik Pemerintah Menenangkan Pedagang Tradisional

Iwan Iwe
S.I.Kom. Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya
26 September 2023 17:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iwan Iwe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
TikTok Shop. Foto: farzand01/Shuttersock
zoom-in-whitePerbesar
TikTok Shop. Foto: farzand01/Shuttersock
ADVERTISEMENT
Para pedagang tradisional mengeluh lapaknya sepi pembeli. TikTok Shop dituding sebagai penyebab mengapa pasar tak lagi ramai. Protes itu sampai ke telinga pemerintah. Keputusannya, TikTok dilarang dipakai untuk bertransaksi alias tak ada lagi fitur TikTok Shop.
ADVERTISEMENT
Langkah ini terlihat bijak. Pertanyaannya, apakah masyarakat yang selalu belanja barang di TikTok akan beralih menyerbu dagangan para pedagang tradisional?
Tidak semudah itu, Ferguso!
Habit belanja online semakin tajam pasca pandemi Covid-19. Revolusi gaya belanja online memang terjadi saat wabah penyakit asal Wuhan itu menggila. Masyarakat dibiasakan menggunakan platform digital karena hanya itu yang bisa mereka lakukan saat itu.
Platform media sosial menjadi favorit baru audience mengalahkan media-media konvensional. Traffic platform-platform digital seperti TikTok, Instagram, Twitter meningkat tajam. Inilah yang kemudian dilihat TikTok dengan memasang fitur shop di platform-nya.
Era digital memang memunculkan peluang baru. Tapi di sisi lain, era ini bisa membunuh pemain lama yang gagap dalam berinovasi. Kita bisa melihat dengan kemunculan Gojek dan Grab di mana saat itu banyak protes bermunculan dari para penarik ojek pangkalan dan sopir-sopir taksi. Namun karena masyarakat telanjur jatuh cinta, Gojek dan Grab tetap melaju.
Ilustrasi ojek online. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sekali lagi, pemerintah terlihat gagap menanggapinya. Langkah pemerintah dalam menyikapi protes masyarakat terasa lambat. Perubahan cepat di era digital tidak diimbangi dengan fleksibilitas dalam membuat regulasi. Namun tidak seperti TikTop Shop, Gojek dan Grab dibiarkan tumbuh dan mengakar hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Teknologi baru tidak bisa dilawan. Yang bisa dilakukan adalah meregulasi teknologi. Langkah pemerintah menutup TikTop Shop merupakan langkah panik dan hanya diberlakukan untuk menenangkan para pedagang tradisional.
Namun jika berharap langkah itu bisa menyelamatkan para pedagang tradisional, maka itu adalah mimpi di siang bolong. Masih banyak alternatif belanja online selain TikTok Shop. Sebut saja Shopee, Lazada, Tokopedia, dll.
Bagaimana jika TikTok membuat platform e-commerce sendiri bernama TikTok Shop? Dalam regulasinya, pemerintah melarang TikTok dipakai berjualan langsung dan hanya boleh berpromosi.
Seandainya TikTok mendirikan platform belanjanya, tentu video-video yang ada di TikTok bisa menautkan link belanjanya ke platform e-commerce milik TikTok. Dengan traffic ratusan juta per hari, hal ini bukan sesuatu yang sulit dilakukan.
ADVERTISEMENT

Menyelamatkan Pemain Lama, Membunuh Pemain Baru

TikTok Shop. Foto: Koshiro K/Shutterstock
Kehadiran TikTok Shop memang mengancam para pedagang tradisional sebagai pemain lama. Tapi di saat bersamaan, muncul pemain-pemain baru.
Pedagang-pedagang dengan modal inovasi bisa menjual barang dagangannya dengan cepat di TikTok. Ekosistem yang mengikuti kesuksesan para pemain baru tercipta. Industri jasa ekspedisi meningkat, live streamer dan afiliator bermunculan, hingga terciptanya lapangan kerja baru.
Ditutupnya TikTok Shop tentu mengancam eksistensi mereka. Pemerintah seperti “membunuh” para pemain baru. Setidaknya untuk sementara waktu.
Namun teknologi itu ibarat air. Ia akan mencari jalan agar tetap mengalir. Teknologi akan terus beradaptasi dan menemukan bentuk keseimbangan baru. Dan siapa yang bisa beradaptasi dengan teknologi, ia yang akan bertahan. Saya yakin TikTok Shop yang akan beradaptasi dengan regulasi baru ini.
ADVERTISEMENT
***
Tinggal menunggu waktu apakah impian pedagang tradisional agar TikTok Shop hilang membuat dagangan mereka kembali ramai. Namun jika dalam satu bulan ke depan pasar-pasar tradisional masih tetap sepi, para pedagang sebaiknya segera mencari kambing hitam baru.