Konten dari Pengguna

Menulislah, maka dirimu akan sehat jiwa & raga!

Mohamad Kurniawan
Pemilik Sekolah Alkautsar Temanggung Jawa Tengah, wirausahawan sosial di bidang pendidikan dan pengembangan SDM
4 September 2020 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menulislah, maka dirimu akan sehat jiwa & raga!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu setelah ditinggal pergi oleh Ibu Ainun, Pak Habibie mengalami apa yang dalam dunia kedokteran disebut dengan psikosomatik malignant. Sebuah penyakit yang timbul akibat stress, kuatir dan kecemasan yang berlebihan. Untuk kasus Pak Habibie penyakit ini sudah berada pada level akut.
ADVERTISEMENT
"Waktu Ibu Ainun meninggal, hanya dalam waktu 7 atau 8 hari kemudian, saya terjebak tengah malam jalan tanpa menggunakan sandal di dalam rumah seperti anak kecil nangis mencari ibunya,”cerita Pak Habibie.
Untuk pengobatannya tim dokter pun mengajukan 4 pilihan. Pertama, masuk rumah sakit jiwa. Kedua, tetap tinggal di rumah dengan jadwal kunjungan dokter yang ketat. Ketiga, curhat ke rekan-rekan yang dokter, curhat kepada teman-teman bu Ainun, dokter, atau siapa saja termasuk keluarga atau sahabat. Keempat, menyelesaikan masalah ini secara mandiri dengan cara curhat kepada jiwa dan diri sendiri melalui menulis. “Saya ambil opsi keempat. Saya menulis!”, tegas beliau saat menceritakan kisah ini dalam berbagai kesempatan.
Sejatinya manusia mempunyai dua elemen yang menentukan. Yang satu namanya perasaan atau emosi, satu lagi rasio atau akal. Keduanya harus bersinergi. Bersinergi bukan berarti satu tambah satu sama dengan dua. Tapi, satu tambah satu bisa menjadi sama dengan dua ratus atau dua ribu. Itulah sinergi yang menghasilkan dampak positif. Tetapi, kalau kita tidak hati-hati, maka satu tambah satu bisa sama dengan minus dua ratus, minus dua ribu. Hasilnya adalah sinergi negatif yang akan merugikan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada saat mengidap psikosomatik malignant inilah sedang terjadi sinergi negatif dalam diri Pak Habibie.
Beliau katakan bahwa terapi yang dipilih adalah cara untuk me-restart dirinya. Ibarat sebuah komputer yang sedang hang, maka kita pun harus melakukan start ulang untuk mengembalikan fungsinya.
The rest is history. Selanjutnya adalah sejarah. Buku ‘Habibie dan Ainun’, tulisan hasil terapi Pak Habibie, menjadi best seller. Ketika diangkat ke layar lebar pada tahun 2012 pun, filmnya menjadi salah satu film Indonesia terlaris dengan 4,5 juta penonton.
Menurut James Pannebaker PhD, guru besar psikologi dari University of Texas Austin USA, menulis ternyata mampu menjadi terapi kejiwaan bagi seseorang. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1990-an dan ditulis dalam buku “Opening Up: The Healing Power of Expression Emotions” menyimpulkan bahwa menulis menjernihkan pikiran, menulis itu mampu mengatasi trauma, menulis itu membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah dan menulis bebas akan membantu kita ketika terpaksa harus menulis.
ADVERTISEMENT
Menjadi pertanyaan adalah tulisan seperti apakah yang bisa menjadi terapi bagi jiwa kita? Tulisan yang ekspresif. Tulisan yang bebas. Tulisan yang tidak dibebani dengan berbagai hal-hal teknis penulisan, seperti penggunaan tata bahasa baku misalnya. Dalam studi lanjutan yang dimuat dalam “Journal of The American Medical Association” tanggal 14 April 1999, memperlihatkan bahwa menulis secara ekspresif mampu meringankan gejala asma dan rheumatoid arthritis (penyakit yang menyebabkan radang dan mengakibatkan nyeri, kaku dan bengkak pada persendian).
Pengalaman Pak Habibie disertai dukungan hasil-hasil riset di atas, memberi bukti kalau kebiasaan menulis tidak bisa dipandang sebelah mata. Siapa pun kita atau anak-anak kita perlu didorong untuk mengekspresikan emosi melalui tulisan. Di zaman now ini, pilihan medianya pun sudah sangat luas dan beragam. Demi menjaga kewarasan jiwa dan raga inilah maka saya 'memaksa' diri untuk menghasilkan #satuharisatutulisan.
ADVERTISEMENT
Selamat menulis!
Mohamad Kurniawan, pemilik Sekolah Alkautsar Temanggung, Jawa Tengah