Antusias Warga Jerman dalam Membatik

Iwa Sobara
Mahasiswa Doktoral di Technische Universität Berlin, Jerman
Konten dari Pengguna
8 Oktober 2019 13:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iwa Sobara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang begitu tidak ternilai harganya adalah batik. Maka tidak mengherankan jika batik sejak 2 Oktober 2009 ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Oleh karena itu, tanggal 2 Oktober menjadi hari batik dan di hari itu hampir seluruh masyarakat Indonesia mengenakan pakaian batik.
Para peserta workshop batik memamerkan karyanya di Rumah Budaya Indonesia Berlin (6/10/19)
Euphoria tersebut tidak hanya dirasakan masyarakat Indonesia. Masyarakat Berlin dan sekitarnya juga tampak antusias mengenal karya seni luhur asli budaya Indonesia ini. Hal tersebut bisa dilihat dari kegiatan workshop yang diadakan oleh Rumah Budaya Indonesia di Berlin, Jerman. Sebanyak 80 peserta workshop batik dengan semangat mengikuti acara workshop yang digelar pada tanggal 5-6 Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
Para peserta workshop terdiri dari berbagai kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, anggota Berlin International Women's Club (BIWC), dan berbagai kalangan lainnya. Mayoritas peserta adalah warga Jerman yang tertarik dengan budaya Indonesia.
Istri Duta Besar RI untuk Jerman, Titi Havas Oegroseno, berfoto bersama anggota Berlin International Women's Club (BIWC), Dr. Ahmad Saufi (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin) dan Suharjito dengan hasil karya batiknya
Hadir sebagai instruktur dalam kegiatan workshop tersebut seniman batik dari Yogyakarta, Suharjito. Ia saat ini tengah mengikuti Magang Luar Negeri di Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Berlin. Kepiawaannya dalam hal membatik ingin ia tularkan kepada warga Jerman.
Sebelumnya, dia juga pernah didaulat untuk mempresentasikan batik dalam berbagai acara seperti di beberapa sekolah dasar dan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Berlin serta pada acara Open House Rumah Budaya Indonesia Berlin. alah seorang peserta
Salah seorang peserta sedang membatik menggunakan canting
„Luar biasa dan tidak menyangka saya diberi kesempatan sedikit berbagi tentang budaya batik kepada orang Jerman.“, tutur Suharjito. Pengalaman yang paling berkesan baginya adalah menerima tanggapan dari para peserta yang datang. “Mereka sangat antusias sehingga rasa capek yang saya rasakan tidak terasa karena mengajar empat kelas dalam dua hari, itu betul-betul sesuatu.”, imbuhnya.
Para peserta workshop batik yang mayoritas warga Jerman
Respon dari warga Jerman pada umumnya sangat senang karena mereka bisa langsung mengalami proses membatik. Seperti yang dituturkan oleh Gudrun Ingratubun yang menjadi peserta workshop ini. „Saya senang karena kami boleh pilih desain sendiri digambar dulu di atas kertas lalu dipindah ke kain. Memang agak susah dengan canting karena kami belum terlatih. (Intinya lilin) jangan terlalu panas dan terlalu dingin (karena) pasti akan menetes.“, ungkap Gudrun Ingratubun yang juga telah banyak menerjemahkan karya sastra dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman.
ADVERTISEMENT