Konten dari Pengguna

In My Mind, How to "Menanamkan Kepedulian diluar Kelas"

29 Agustus 2017 9:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Izatul Silmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Awal saya membaca buku Thomas Licona ini, saya merasa agak miris.
ADVERTISEMENT
Barat melakukan beberapa cara agar budaya peduli itu diterapkan. Dan saya juga berfikir, bagaimana cara menerapkan budaya peduli, jika agama tidak ada.
Ternyata, dengan metode dan strategic yang jitu, semua itu bisa untuk diterapkan, yaitu dengan pemahaman.
Dari susunan buku ini pun, penulisnya mampu mengajarkan kepada kita melalui pola pikirnya berupa penyusunan sub bab, sub bab yang sistematis dalam menanamkan budaya.
Sebelumnya Thomas memaparkan, hal apa sih yang menjadi krusial sehingga orang-orang itu tidak bisa peduli, dan hal apa sajakah yang terjadi pada bangsa jika tidak adanya kepedulian.
Ternyata, suatu budaya yang harus ditanamkan sebelum membudayakan masyarakat akan sikap peduli adalah pertama sikap yakin bahwa kepedulian itu bisa ditanamkan, dan kedua yakin bahwa orang lain bisa berubah.
ADVERTISEMENT
Hal positif itulah yang kudu ditanamkan untuk menyebar dan menanamkan budaya peduli.
Saya suka dengan pola pikir ini, benar sekali, untuk mengajak orang-orang mengikuti budaya yang kita sebar, mereka kudu paham dan sadar dulu akan pentingnya kepedulian.
Setelah itu, diberikan pemahaman mengapa kita harus mengembangkan hal-hal positif, bagaimana orang lain berbuat, diberikan contoh-contoh bahwa orang lain itu berbuat untuk dunia, bukan untuk dirinya sendiri, lalu diberikan contoh-contoh anak-anak yang peduli terhadap orang lain, lalu butuhnya inspirasi dalam berbuat kebaikan.
Yang menarik juga bagi saya yaitu, pada sub bab ini dijelaskan cara mengembangkan kesadaran kondisi manusia saat ini, kenapa kita harus peduli kepada manusia lain, karena banyak sekali manusia yang kelaparan, meninggal sedari dini karena infeksi penyakit, kerusakan hati yang disebabkan oleh kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Setelah itu diberikan contoh-contohlah, sekarang sudah banyak orang yang bekerja untuk dunia, dengan mendirikan organisasi kepedulian, Oxfarm Amerika untuk masyarakat miskin. Mungkin jika di Indonesia seperti Dompet Dhuafa yang concern untuk orang miskin, Aksi Cepat Tanggap untuk orang miskin dan negara karena konflik / permasalahan kemanusiaan.
Sampai adanya pertolongan untuk tahanan bagi tahanan yang mendapatkan ketidak adilan, tapi mereka menyampaikan pertolongannya berupa hati nurani, bukan emosi ataupun kepentingan yang mengacu pada keuntungan sendiri.
Lalu diberikan juga pemahaman kepada orang lain, bahwa untuk menanamkan budaya itu, dibutuhkan inspirator yang mampu menjadi contoh. Setelah itu, barulah diukir dan dibentuk bagaimana caranya membentuk jiwa peduli anak.
Unik menurut hemat saya, kita menerapkan aturan kepada anak yaitu belajar peduli kepada orang lain dengan cara melayani orang lain. Misal dengan cara tutor sebaya atau dengan cara adik asuh yang diterapkan oleh ibu Septi Peni pada keluarganya. Jadi, anak yang kelas atas mengayomi serta mengajarkan adik kelas bawah mengenai materi pelajaran yang belum kelas bawah pahami atau pendalaman materi.
ADVERTISEMENT
Ketika seorang anak mampu berbuat positif, maka diberikan penghargaan berupa anak bebas membaca buku yang mereka suka / melakukan hobi yang mereka senangi serta bebas juga untuk melayani orang berkebutuhan khusus di rumah sakit atau dimanapun.
Inilah salah satu cara menerapkan kepedulian anak untuk masyarakat diluar kelas.