Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral
5 Juni 2017 9:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Izatul Silmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dilema, hal yang dialami pelaku moral.Dilema untuk melakukan ini atau memutuskan untuk tidak melakukan suatu tindakan.
Seorang guru kelas 7, Richard Gublin memberikan sebuah kasus kepada muridnya, yang disebut dengan 'Dilema Mary', isi kasusnya adalah pekerjaan ujiannya Mary dicontek dan disalin oleh John, dimana John saat Mary belajar ia pergi ke mal untuk bermain game.Lalu apakah tindakan yang sebaiknya dilakukan Mary ?Begitu banyak masukan dari teman-teman Mary menyatakan pendapat pada diskusi tersebut, diantaranya 'Mary seharusnya menutup lembar ujiannya', 'Mary beritahu saja kepada guru', bahkan ada yang menyatakan 'mencoba berkata kepada John agar John mengaku kepada guru bahwa ia mencontek'.
Inilah salah satu bentuk diskusi yang dilakukan guru, agar pemahaman moral anak menjadi meningkat.
Ketika terdapat persesi negatif dari anak-anak, mereka pro dengan keburukan, maka yang harus dilakukan guru ?Guru haruslah bijak menangani hal ini dan tetap dalam koridor yang benar, yang parah itu adalah saat guru tidak mencapai tingkat pemahaman yang jauh diutarakan oleh murid, itulah yang menjadi masalah.
Guru sebagai pemimpin diskusi hendaknya memenuhi 5 aspek / petunjuk yang dilakukan oleh guru :
ADVERTISEMENT
Sebenarnya guru, dalam buku Educating for Character yang ditulis Thomas Lickona ini, guru dapat meningkatkan tingkat pemahaman diskusi moral murid dengan cara menggunakan format struktural yang membantu perkembangan pemikiran kritis siswa.Caranya yaitu dengan memberikan kasus kepada siswa, berupa cerita dilema moral, Soe yang tidak mau minum bir lalu dibilang gak friendly oleh temannya. Lalu guru meminta murid untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berisi andaikata 'murid' menjadi Soe dan alternatif dan konsekuensi- konsekuensi apa yang akan didapatkan oleh Soe, lalu murid menjawab apakah yang akan terjadi (baik buruknya) setelah melakukan alternatif-alternatif.Inilah suatu struktural yang dapat dilakukan guru.
Guru juga bisa menggunakan kurikulum yang telah dipublikasikan atau umum digunakan, seperti etika berkehidupan, entah itu kepada guru, kepada sikap pribadi, etika di dunia, dan etika menghargai guru tamu.
Selain itu, guru juga dapat mengembangkan kurikulum dengan cara diskusi lebih dalam bahkan memberikan pembelajaran berupa role play sehingga murid paham, karena dengan cara role play merupakan cara yang baik untuk memyimpulkan aktivitas pembuatan keputusan yang rasional.
ADVERTISEMENT