Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Telemedicine: Inovasi Kesehatan yang Cuma Bisa Dinikmati Orang Kota?
10 April 2025 9:14 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Izzana Fatima Mernissi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Oleh: Izzana Fatima
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Teknologi terus berkembang dan membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara masyarakat mengakses layanan kesehatan. Jika dulu konsultasi dengan dokter berarti harus datang langsung ke rumah sakit, puskesmas, atau klinik, kini cukup melalui layar ponsel, seseorang dapat berbicara langsung dengan tenaga medis.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik bagi perkembangan layanan kesehatan digital di Indonesia, khususnya telemedicine. Inovasi ini mencuat sebagai solusi praktis di tengah keterbatasan interaksi langsung antara pasien dan tenaga medis. Berdasarkan data dari Kominfo RI, sebelum pandemi jumlah pengguna telemedicine di Indonesia hanya sekitar 4 juta orang. Namun, pada Juni 2020 angka tersebut melonjak drastis menjadi 15 juta pengguna. Melihat potensi besar ini, Kementerian Kesehatan pun menggandeng berbagai platform layanan telemedicine seperti Alodokter, GetWell, Good Doctor, Halodoc, KlikDokter, hingga KlinikGo dalam upaya memperluas akses layanan kesehatan berbasis digital bagi masyarakat
Namun, ketika kehidupan mulai kembali normal, muncul pertanyaan penting: apakah layanan ini merupakan solusi jangka panjang? atau hanya bisa dinikmati oleh sebagian kalangan, khususnya mereka yang tinggal di kota besar?
ADVERTISEMENT
Kemudahan yang Mengubah Akses
Bagi sebagian orang, telemedicine hanya memberikan kenyamanan—memangkas waktu antre, mempercepat akses resep, atau mempermudah konsultasi medis. Namun, bagi mereka yang tinggal di daerah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan, layanan ini bisa menjadi penentu antara mendapat perawatan tepat waktu atau tidak sama sekali.
Di Indonesia, tenaga medis dan fasilitas kesehatan masih terkonsentrasi di kota-kota besar. Dalam konteks ini, telemedicine menjadi harapan bagi masyarakat di wilayah terpencil atau sulit dijangkau. Konsultasi jarak jauh membantu mengatasi kendala geografis dan biaya perjalanan, sehingga akses terhadap layanan medis menjadi lebih merata.
Namun, di balik kemudahan itu, ada kenyataan lain yang kerap terabaikan, yakni tidak semua masyarakat Indonesia memiliki akses yang setara terhadap teknologi dan infrastruktur pendukung layanan telemedicine. Kesenjangan digital dan literasi teknologi masih menjadi tantangan besar dalam pemerataan akses layanan kesehatan berbasis digital.
ADVERTISEMENT
Telemedicine di Wilayah 3T
Telemedicine mengandalkan koneksi internet yang stabil serta perangkat digital yang memadai. Di kota-kota besar, hal ini bukan masalah besar. Tetapi di wilayah pelosok seperti 3T (terdepan, terluar, tertinggal), akses internet masih sangat terbatas. Bahkan, untuk menerima sinyal ponsel pun terkadang sulit.
Kondisi ini menyebabkan ketimpangan yang kentara bahwa telemedicine menjadi inovasi yang hanya efektif bagi mereka yang memiliki infrastruktur pendukung. Mereka yang tinggal di daerah terpencil tetap kesulitan memperoleh layanan kesehatan, baik secara langsung maupun digital.
Tantangan Nyata Saat di Lapangan
ADVERTISEMENT
Di Mana Letak Keadilan Akses Kesehatan?
Jika telemedicine hanya dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di kota besar, maka kehadirannya justru memperlebar jurang akses kesehatan antara masyarakat urban dan rural. Padahal, seharusnya teknologi hadir untuk memperluas jangkauan dan menjembatani kesenjangan. Lalu, jika sudah begini apa yang harus dilakukan?
Agar telemedicine menjadi solusi jangka panjang dan bukan hanya sekadar tren, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak:
ADVERTISEMENT
Teknologi dan Kesehatan Harusnya Milik Semua
Telemedicine memang membuka banyak peluang dalam dunia kesehatan. Namun, manfaatnya tidak boleh hanya berhenti di kota-kota besar. Inovasi yang sejati adalah yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
Karena ketika teknologi hanya bisa diakses oleh mereka yang punya perangkat dan jaringan kuat, maka itu bukan solusi, melainkan sekadar kemewahan digital.