Konten dari Pengguna

Budaya Patriarki: Penghapus Perlindungan Utama Perempuan

Izzatun Nabila
Panggilan akrabnya Nabila. Seorang mahasiswi sastra inggris di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Menggambar adalah salah satu hobinya. Sekarang dia sedang menekuni dunia illustrasi.
15 Desember 2021 21:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Izzatun Nabila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/illustrations/handshake-patriarchy-men-concept-6135746/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/illustrations/handshake-patriarchy-men-concept-6135746/
ADVERTISEMENT
Hai sahabat, sebagai perempuan kita sering kali dibilang perlu perlindungan yang lebih daripada laki-laki. Larangan untuk keluar malam sering ditujukan untuk kita. Tidak boleh keluar rumah sendiri juga sering didengungkan di telinga kita. Anggapan itu hadir bersamaan dengan budaya patriarki yang terus mengakar di sekitar kita. Patriarki menganggap bahwa laki-laki merupakan takhta tertinggi dalam masyarakat. Sedangkan perempuan diletakkan pada kelas kedua setelahnya. Menyedihkan bukan?, padahal laki-laki juga tidak bisa terlahir tanpa perempuan. Laki-laki juga tidak bisa tumbuh dewasa tanpa perempuan. Lebih nahasnya lagi adalah budaya patriarki perlahan mengikis suara perempuan.
ADVERTISEMENT
Sering saya jumpai terbungkamnya suara perempuan pada suatu forum besar maupun kecil di mana anggota laki-laki lebih dominan. Ketika dalam forum membutuhkan suatu keputusan dengan jalan voting, hasil akhir dari voting tersebut selalu lebih berdasar pada keputusan laki-laki. Selain itu, dalam forum dengan anggota perempuan yang lebih dominan, keputusan akhir juga selalu ditetapkan oleh laki-laki. Anggapan bahwa lelaki lebih pantas menjadi pemimpin masih menjadi tolak ukur untuk perempuan berpendapat. Kata-kata seperti “Laki-laki saja ketuanya, nanti kalau perempuan baperan” masih sering didengungkan bahkan oleh perempuan itu sendiri.
Jika sahabat sadar bahwa sebenarnya pemikiran-pemikiran seperti inilah yang membuat kita sebagai perempuan mulai kehilangan tempat perlindungan paling aman.

Keluarga Sebagai Pelindung Utama

Kalau ditanya soal tempat perlindungan paling aman untuk perempuan, keluarga lah jawabannya. Karena tidak ada yang lebih menyayangimu selain keluargamu. Nahasnya, dengan hadirnya pemikiran patriarki, keluarga tidak lagi bisa disebut sebagai tempat perlindungan paling aman. Jika sahabat perhatikan bagaimana permasalahan dalam keluarga yang selalu diputuskan oleh Ayah, merupakan pintu neraka bagi perempuan untuk mendapat perlindungan paling aman. Bagaimana bisa begitu? Karena ketika Ayah menjadi tempat utama pemecahan masalah, maka tidak ada lagi ruang untuk ibu sebagai perempuan berbicara.
ADVERTISEMENT
Dalam contoh kecil, ketika seorang gadis memiliki masalah yang hanya bisa dipahami oleh sesama perempuan semisal diputuskan oleh pacarnya, tentu ibu yang akan lebih memahami perasaan anak gadisnya karena keduanya memiliki perasan dan pola pikir yang sama sebagai perempuan. Namun ketika pemecahan masalah tersebut didasarkan dengan budaya patriarki, di mana Ayah menjadi pengambil keputusan utama, bagaimana bisa Ayah memahami masalah tersebut? Ayah mungkin akan berpikir secara logis dan tegas dengan memberi saran untuk lupakan saja. Berbeda dengan ibu yang lebih mengutamakan emosi. Ia pasti akan mengajak gadisnya berdiskusi dan mencari jalan keluar bersama.
Jika saja pemecahan masalah dalam keluarga didasarkan tidak pada budaya patriarki, maka Ibu dapat memberikan suaranya dengan lantang ketika Ayah mengambil keputusan yang tidak bisa memuaskan emosional anak gadisnya. Menurutku, pemikiran logis memang penting, tapi jika hanya logis tanpa diimbangi dengan emosional juga tidak sehat. Karena kita manusia juga dikonstruksi dari dua komponen tersebut.
ADVERTISEMENT

Lawan Patriarki

Dari contoh tersebut bisa sahabat cermati bahwa budaya patriarki hanya akan meletakkan perempuan pada tempat terpojok dan tersingkir. Padahal, ketika laki-laki lebih mendengarkan perempuan juga tidak ada ruginya. Bahkan hasil kerja mereka pun pasti akan lebih baik, karena dua sifat berbeda yang bisa saling melengkapi. Sahabat sebagai perempuan juga jangan malu untuk bersuara. Jangan pernah menolak ketika harus memimpin laki-laki. Karena dari kesempatan itulah sahabat membuka jalan untuk menutup budaya patriarki. Karena perempuan juga bisa :)