Konten dari Pengguna

Jelajahi Wisata Bahari Apik di Kota Istimewa

Jacinda Claramuti Purnomo
Mahasiswa Fikom Unpad
18 April 2024 17:42 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jacinda Claramuti Purnomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemandangan Pantai Kesirat. Foto: Jacinda Claramuti Purnomo
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Pantai Kesirat. Foto: Jacinda Claramuti Purnomo
ADVERTISEMENT
Kota Istimewa alias Yogyakarta sudah tidak lagi asing di telinga dengan segala julukannya seperti kota pelajar, kota perjuangan, kota budaya maupun kota wisata. Kota wisata ini memiliki deretan wisata bahari yang ciamik nan cantik pastinya memberikan daya tarik bagi orang yang sekadar singgah saja hingga masyarakat lokal setempat, sehingga menjadi salah satu kota andalan untuk berwisata terlebih lagi saat adanya libur panjang. Tak heran jika setelah hari raya Idul Fitri atau akhir tahun kita melihat lalu lintas Yogyakarta dipadati oleh kendaraan dengan plat B. Yup pasukan pendatang dari Jakarta dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, apa sih yang membuat mereka rela berkunjung ke kota ini? Apakah ada yang berbeda?
Tentu saja seperti saya pendatang dari Kota Jakarta dan sekitarnya—saya berada di daerah sekitarnya Jakarta hehe, kerap kali mudik ke Yogyakarta saat hari cuti bersama tiba, pasti tak lupa mengambil kesempatan untuk menyejukkan mata dengan mengunjungi pantai yang tidak ada di tengah-tengah kota. Terakhir kali berkunjung ke Pantai Wohkudu. Pantainya masih cukup dibilang masih baru dan masih alami, namun sayangnya dari tempat parkir kendaraan menuju pesisir pantai aksesnya masih sulit banyak bebatuan dan jalanan naik turun berkelok seperti di dalam hutan, berbahaya dengan akses seperti itu jika musim hujan tiba. Tapi jika kamu merasa Bolang banget, pas nih karena harus berjalan kaki selama kurang lebih 13 menit dari tempat parkir dengan tracking yang cukup licin dan berbatu.
Pemandangan Pantai Wohkudu. Foto: Jacinda Claramuti Purnomo
Nah, setelah tracking sekitar 150 meter kita baru bisa mendengar deru ombak dan laut biru yang memanjakan mata rasanya seperti “aku deserve ya, menikmati keindahan duniawi ini”—jadi dramatis setelah tracking menjadi Bolang, pokok e tenanan apik pol! Pantai ini juga cocok bagi kamu yang suka camping karena ada lahan rumput yang cukup luas, asyik ya. Beruntungnya saat saya berkunjung kondisi pantai tidak begitu ramai pengunjung dan merasa lebih worth it! Layaknya menikmati pantai milik pribadi karena ukuran pantainya tidak begitu luas namun fasilitasnya juga memadai, tenang saja.
ADVERTISEMENT
Ini ucap pemudik dari Jakarta menuju Yogyakarta lainnya
Sama seperti Cale pengunjung yang kerap kali mudik dan menyempatkan untuk menghampiri pantai di Gunungkidul berdasarkan referensi dari sohib maupun kerabatnya.
“Aku memilih Pantai Slili karena dapat rekomendasi dari teman dan saudara, kalau mau ke pantai di Gunungkidul aja lebih bagus, setelah cari info jatuhlah pilihanku ke Pantai Slili. Karena lagi surut, batu karangnya jadi super bagus, ada gazebonya nyaman untuk santai-santai, dan instagramable buat foto-foto. Bener-bener healing euy,” tuturnya. Dengan alasan batu karang di Pantai Slili yang mencolok, menjadikan ciri khas seperti apa selera pantai yang disukai Cale pribadi.
Pengalaman lainnya yang dirasakan oleh pemudik wong jowo paten Tiara belum lama ini menjumpai pantai di Gunungkidul.
ADVERTISEMENT
“Pantai Indrayanti ini memang cocok untuk berenang karena ombaknya masih kecil, pasirnya halus tidak ada batu kerikil, tempat istirahatnya nyaman juga harga makanan minumnya masih terjangkau, tapi buat foto sih kurang bagus, kalau foto menghadap arah pantai akan backlight dan saat sore pun tidak akan mudah mendapatkan momen foto saat sunset,” ujarnya mengenai Pantai Indrayanti.
Gak cuma itu loh, Tiara juga sempat berkunjung ke Pantai Drini, Pantai Krakal, dan Pantai Baron.
“Yang cocok dengan seleraku Pantai Drini karena banyak spot fotonya dan pencahayaanya bagus, tidak backlight seperti di Indrayanti. Kalau pantai Krakal tidak nyaman untuk berenang karena pasirnya bercampur dengan batuan kerikil menyebabkan kaki luka lecet, sedangkan Pantai Baron juaranya untuk kuliner seafood, menurut aku belum afdol kalau belum makan seafood di Baron. Hal yang disayangkan tidak bisa berenang karena memang dilarang, sebab ombaknya yang sangat besar dan rawan tsunami,” jelas Tiara. Wah cukup komprehensif nih! Emang gak salah memanggil Tiara sebagai wong jowo paten.
Pemandangan Pantai Kesirat. Foto: Jacinda Claramuti Purnomo
Setiap pantai memiliki ciri khas tersendiri ada yang bisa dipakai untuk berenang karena ombaknya tidak begitu ekstrem, terkenal dengan kuliner seafood-nya, visualnya indah untuk berfoto karena ada batu karang yang cantik, bahkan ada pantai yang hanya bisa dikunjungi dari atas tebing yang diliputi sebuah teluk dikelilingi dengan batuan besar seperti foto di atas ini.
ADVERTISEMENT
Tak lupa juga membahas tentang pasir putihnya, seluruh pantai di Gunungkidul yang sempat saya jumpai memiliki pasir putih yang indah juga pesisir pantai yang bersih tidak tercemar sampah apalagi sampai menumpuk. Mungkin hal seperti inilah yang membedakan pantai selatan dengan pantai yang lainnya. Pastinya kita juga ingin melihat pesisir pantai nyaman dilihat, makanya dijaga agar tetap apik. Bayangkan kalau kita membuang sampah plastik di pantai nanti bisa sampai mengganggu ekosistem laut lho, duh gak mau kan? karena plastik sulit terurai apalagi di perairan.
Walau berderetan, namun tiap pantai memiliki karakteristiknya masing-masing loh!
Penjelasan lain disampaikan oleh Lutfi sebagai Pelaku Usaha Pariwisata di Gunungkidul dan telah lama berkecimpung di kegiatan Pariwisata Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
“Untuk andalan pantai di Gunungkidul masih ramai itu ada di kawasan Pantai Baron sampai Pantai Pok Tunggal, itu jadi primadona wisatawan luar. Karena biaya retribusi masih relatif murah, dengan dibandrol 15.000 saja sudah bisa menikmati 13 macam pantai. Selain itu, mudah dijangkau karena masih dekat dengan akses jalan dari Wonosari dan Jalan Jogja. Jadi tiap pantai itu punya karakteristiknya masing-masing seperti Pantai Drini yang cocok dengan anak-anak karena ada tempat bermain dan gelombang ombaknya juga masih kecil, di Pantai Kukup biasanya didatangi oleh pure tourism di jam 5 sampai 6 pagi untuk mandi air pantai dan menghirup udara pagi di pesisir pantai tujuannya memang untuk menyembuhkan penyakit seperti asma dan penyakit paru-paru, jika Pantai Baron dijajakan dengan aneka kuliner hasil laut karena di sana dekat dengan nelayan, nah kalau Pantai Sadranan disukai oleh anak muda yang menyukai tantangan, di sana butiran pasirnya cukup besar dan ombaknya cocok untuk bermain,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Walau ada pantai yang menjadi andalan pengunjung luar kota maupun dalam kota, Gunungkidul tentunya tidak akan kehabisan tempat wisata lagi karena masih terus memperbarui destinasi wisata yang unik dan berbeda.
“Terutama saat ini ada destinasi baru seperti Jungwok Blue Ocean, Obelix, dan Heha Ocean. Jika wisatawan yang tahu keindahan pantai di Gunungkidul pasti akan terus mencari destinasi baru, tapi tidak meninggalkan objek wisata yang lama juga. Apalagi dengan ditunjang akses jalan yang sudah relatif bagus seperti munculnya Jalan Lingkar Selatan. Nah, jadi euforia orang berwisata itu juga masih terus ingin tahu apalagi adanya kehadiran media sosial.”
Harapan dari Pelaku Usaha Pariwisata sendiri semoga bagi pengunjung selalu menjaga kebersihan juga keselamatan, pemilik usaha lainnya juga harus mengikuti ketentuan SOP yang berlaku, sebagai mitra harus menjamin keselamatan, kenyamanan, dan kualitas dengan standarisasi oleh pengolah objek wisata itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Nah, dari berbagai penjelasan dan pengalaman pribadi wong jowo paten di atas kamu gak sabar untuk menjumpai pantai di Gunungkidul yang mana nih?