Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Kota Kembang: Dipenuhi Bunga dan Pepohonan atau Beton-beton Perkotaan?
2 Juli 2024 18:26 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Jacinda Claramuti Purnomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Kawasan Padat Penduduk di Daerah Sungai Cikapundung. Dokumentasi Pribadi Penulis: Jacinda Clara](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01j1s9rg9dqr9dvy1ea4d0hp1t.jpg)
ADVERTISEMENT
Katanya, Bandung ini ‘Kota Kembang’. Saat mendengar kata ‘kembang’ mungkin akan terpikirkan gambaran bunga berwarna-warni. Bahkan mungkin, akan tergambar hamparan alam hijau yang luas. Namun, realitanya ‘Kota Kembang’ ini sebagian besar hanya ditanami oleh beton-beton perkotaan, bukan dengan bunga dan pepohonan.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat menurut laporan Indeks Kualitas Udara Kehidupan (AQLI), Indonesia berada di antara enam negara dengan kontribusi terbesar terhadap polusi udara di seluruh dunia. Karena masalah polusi udara yang semakin memburuk, beberapa kelompok masyarakat sipil berencana menggugat perwakilan kelompok alias class action. Karena tingkat polusi udara yang tinggi dan populasi yang besar, Indonesia, China, India, Pakistan, Bangladesh, dan Nigeria menyumbang 75% dari polusi udara global.
Lalu, bagaimana nasib Kota Bandung?
Menurut undang-undang No. 26 tahun 2007, RTH Kota Bandung seharusnya paling sedikit 5 ribu hektar untuk luas 16 ribu hektar. Namun, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, RTH Kota Bandung hanya 12%, atau 1 ribu hektar, dari luas 16 ribu hektar. Sungguh disayangkan bahwa dapat diketahui masih adanya kekurangan lahan RTH jika dibandingkan dengan luas ideal Kota Bandung yang seharusnya.
ADVERTISEMENT
Padahal Kota Bandung sendiri dari sudut pandang pendatang, kota yang digadang-gadang dengan sebutan ‘Kota Kembang’ itu dinilai cukup asri dan syahdu, banyak orang bilang bahwa Bandung itu romantis saat mereka melewati Jalan Raya Braga hingga Jalan Cikapayang Dago. Padahal realitanya masih banyak daerah yang minim dengan lahan hijaunya dan masih melanggar dari aturan minimal pengadaan RTH, terutama di pemukiman warga yang padat penduduk.
Dampak RTH dari sudut pandang masyarakat Kota Bandung
Karena Ruang Terbuka Hijau menyediakan fasilitas umum bagi masyarakat, tentunya sangat terkait dengan aktivitas masyarakat di kawasan pemukiman. Vira, warga pemukiman Bojongsoang, mengatakan bahwa karena tidak ada RTH di daerah mereka, ruang untuk bermain dan bercengkrama juga berkurang. Vira menyatakan bahwa membangun fasilitas umum yang memadai sangat penting untuk meningkatkan keinginan untuk berolahraga bagi anak muda dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan Vira, Luqman, yang tinggal di Komplek Summarecon Bandung, mengatakan bahwa luasnya kawasan RTH di lingkungan rumahnya memberikan banyak manfaat. Luqman mengatakan bahwa peningkatan RTH berdampak pada kesehatannya karena dorongan untuk berolahraga meningkat.
Jadi, seperti apa sih salah satu solusi pengadaan RTH di Kota Bandung menurut pakar?
Pengadaan Ruang Terbuka Hijau di pusat Kota Bandung masih dapat dilakukan. Menurut Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota RM. Petrus Natalivan, ada solusi untuk meningkatkan luas RTH di kota Bandung. Yaitu dengan adanya 'bonus zoning' jadi salah satu solusinya.
Tunggu deh.. Bonus Zoning itu apa?
Bonus zoning dapat digunakan dalam pengadaan RTH (Rencana Tata Ruang) sebagai alat untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas publik.
ADVERTISEMENT
Nah, teknik ini adalah metode pengaturan zonasi yang memungkinkan pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang melebihi aturan dasar, sambil menerima kompensasi berupa penyediaan sarana publik tertentu.
Oleh karena itu, bonus zoning dapat membantu menciptakan perumahan yang lebih inklusif dan berkelanjutan di kota. Jadi apa harapanmu untuk ‘Kota Kembang’ ini kedepannya?