Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bernard Wilhelm Lapian Sang Pejuang dan Pahlawan Nasional
11 November 2017 18:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Jack Lapian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bernard Wilhelm Lapian menjadi satu dari 5 tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi. Bernard Wilhelm atau BW Lapian merupakan tokoh Minahasa, yang terkenal dengan julukan pahlawan tiga zaman karena perjuangannya lintas tiga masa yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan Indonesia.
BW Lapian lahir di Kawangkoan, 30 Juni 1892 dan wafat di Jakarta 5 April 1977 di usianya 84 tahun. Dia seorang pejuang nasionalis yang aktif di dunia jurnalisme dan pernah menjabat ketua cabang Persatuan Minahasa di Batavia. Menerima penghargaan dari Angkatan Laut (AL), Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra.
Selain lewat jurnalisme, BW Lapian juga berjuang melawan pejajah lewat perang terbuka. Saat revolusi kemerdekaan, BW Lapian berperan penting dalam perjuangan yang dikenal Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 di Manado.
ADVERTISEMENT
Saat itu tentara Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) menangkap pimpinan Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) saat mengadakan rapat rahasia. Aksi penangkapan ini dibalas dengan serangan BW Lapian dan kawan-kawan dengan menyerbu markas NICA di Teling dan berhasil membebaskan para tokoh perjuang Indonesia.
Para pejuang merebut bendera Belanda warna merah putih putih yang berada di pos penjagaan. Mereka merobek warna biru dan mengibarkan sisa bendera merah putih di Tangsi Teling. Peristiwa inilah yang dikenal dengan peritiwa Merah Putih Manado 14 Februari 1946.
Sayangnya, kejayaan ini tak berlangsung lama, pada tanggal 11 Maret 1946 Belanda kembali berkuasa di Minahasa akibat penghianatan dan politik adu domba Belanda. BW Lapian ditangkap tentara penjajah dan dipenjara di Tangsi Teling pada 11 Maret 1946. Setelah itu BW Lapian dipindahkan ke penjara di Cipinang lalu ke penjara Sukamiskin.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan sejarah, semasa ia bekerja di Batavia, BW Lapian menulis di surat kabar Pangkal Kemadjoean yang memperlihatkan sikap nasionalisme untuk membebaskan warga Indonesia dari kolonialisme.
Pada 1930 hingga 1934, BW Lapian menjadi anggota Dewan Minahasa dan memperjuangkan pembangunan fasilitas publik, infrastruktur, rumah sakit, dan lainnya bagi kepentingan rakyat. Semasa pendudukan Jepang.
Tahun 1945 ia menjadi Wali Kota Manado, tahun 1950 BW Lapian diangkat sebagai Gubernur Sulawesi oleh Presiden RI Sukarno.