Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Asesmen Terpadu untuk Rehabilitasi Penyalahguna Narkoba
11 Januari 2023 16:54 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Jackson Lapalonga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa pekerjaan rutin sebagai Kepala BNNP adalah memeriksa dan mendisposisi berbagai surat dan dokumen dari bidang-bidang di BNNP DKI Jakarta. Seperti biasa, satu per satu berkas saya periksa. Saya membacanya dengan seteliti mungkin.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, perhatian saya adalah empat berkas permohonan asesmen penyalahguna narkotika dari salah satu Polsek di Jakarta Pusat. Berkas tersebut tertumpuk di antara berkas-berkas lain yang harus saya periksa.
Tiga berkas merupakan satu perkara yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sementara satu berkas lagi adalah perkara terpisah.
Sebut saja namanya Endi, usianya masih 30 tahunan, usia muda dan produktif. Dia patungan dengan dua orang teman lainnya untuk dapat membeli narkotika jenis shabu paket hemat, hanya nol koma gram. Karena menjadi pelanggan, mereka mendapat bonus sehingga mendapatkan shabu setengah gram dengan harga tiga ratus ribu rupiah saja.
Endi membeli narkotika dari seseorang yang tidak dikenalinya secara langsung. Selama ini hanya melalui alat komunikasi. Barang pun dikirim melalui jasa pengiriman ojek online.
ADVERTISEMENT
Endi tidak bisa mengelak saat petugas menangkapnya. Dua orang rekan Endi pun mengalami nasib serupa. Pasal kepemilikan secara ilegal atas nol koma gram shabu cukup menjerat mereka ke rumah tahanan kepolisian.
Setelah dilakukan asesmen oleh petugas medis dan penyidik, saya melihat terdapat fakta yang memilukan. Endi adalah tulang punggung keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi dan kesehatan.
Pemuda asal Jakarta Barat ini bertugas mengasuh kakaknya yang kakinya diamputasi karena terkena sakit gula kering. Sementara saudara lainnya telah meninggal dunia karena didera sakit. Selain mengurus kakaknya yang telah setahun lebih ditinggal suaminya tanpa kabar tersebut, Endi juga harus memelihara ibunya yang sudah renta.
Situasi tiap klien yang direhabilitasi memang berbeda. Situasi tersebut akan mempengaruhi rekomendasi yang nantinya akan saya tanda-tangani selaku ketua tim asesmen. Endi adalah klien yang terkategori pecandu aktif. Mendapatkan fasilitas rehabilitasi rawat inap mungkin pilihan terbaik baginya agar pulih.
ADVERTISEMENT
Namun, perdebatan muncul karena yang bersangkutan sangat dibutuhkan untuk mengasuh kakak perempuannya yang cacat dan ibunya yang renta. Rekomendasi kepada klien tersebut akhirnya berupa rawat jalan dengan durasi empat bulan. Sementara dua rekan Endi cukup tiga bulan.
Akan ada proses evaluasi tiap klien rehabilitasi agar program rehabilitasi berjalan dengan maksimal. Bahkan, BNN juga telah menyiapkan program pasca rehabilitasi. Klien yang sudah selesai mengikuti program rehabilitasi tetap mendapatkan pemantauan agar yang bersangkutan benar-benar pulih.
Profil orang-orang seperti Endi yang hidup penuh dengan beban, harus berjualan nasi uduk untuk menopang keluarganya, lalu mencari kesenangan berupa narkotika adalah tamsil kesulitan hidup yang tidak berujung. Dia mencoba keluar dari kandang harimau, tapi masuk ke kubangan buaya lapar.
ADVERTISEMENT
Dari Endi, dua orang temannya, dan satu orang yang berkas laporannya terpisah yang saya baca ini adalah cermin nyata dari ribuan kasus lainnya. Mereka menjadikan narkoba sebagai alternatif untuk meredakan kesusahan hidup yang mereka hadapi.
Asesmen penyalahguna narkoba seperti yang dilakukan oleh tim asesmen terpadu dari BNNP DKI Jakarta terhadap empat orang klien tersebut adalah cara agar tindakan rehabilitasi berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
Dari proses asesmen tersebut kita jaga menjadi paham bahwa lingkungan pertemanan mempunyai dampak besar. Pengaruh lingkungan yang mereka hadapi juga turut membuat mereka terpapar lebih dalam.
Endi dan dua orang temannya adalah sesama mantan pekerja hotel yang sama. Ketika bekerja di tempat tersebut, dengan alasan perbaikan stamina, maka mereka menghisap shabu.
ADVERTISEMENT
Mereka tidak berpikir bahwa ketergantungan untuk menaikkan stamina dengan shabu adalah kesalahan yang fatal. Bukan hanya menjadi berurusan dengan petugas seperti yang saat ini dilakoni Endi dan kawan-kawan. Tapi mereka juga sadar bahwa ada yang eror dalam nalar logika mereka.
Imajinasi, semangat, dan motivasi menjadi berlebih. Kemampuan tubuh dipaksa untuk melebihi kapasitasnya. Pola hidup menjadi tidak wajar. Mereka mampu tidak tidur sepanjang malam. Pengaruh narkotika shabu sedemikian kuat sehingga syaraf sadar tertekan.
Dari kisah tersebut, penting untuk kita agar memiliki lingkungan yang positif. Apalagi jika lingkungan tersebut bersepakat untuk tidak menjadikan narkoba sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Bagi kita yang mempunyai lingkungan positif dan bebas dari persoalan narkoba, maka patut dijaga agar tidak rusak oleh narkoba.
ADVERTISEMENT