Konten dari Pengguna

Selamat Hari Ulang Tahun PWI

Jafar G Bua
book lover, coffee addict, culinary lover and hard worker
9 Februari 2018 11:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jafar G Bua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Selamat Hari Ulang Tahun PWI
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Catatan dari Tepian Pantai Padang)
Pada 9 Februari 2018, Persatuan Wartawan Indonesia menggelar puncak peringatan Hari Pers Nasional di Pantai Padang, Kota Padang, Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menangguk faedah. Dengan tema "Meminang Keindahan di Padang Kesejahteraan" Pemerintah setempat menjadikan event ini sebagai ajang promosi sejumlah destinasi wisata unggulannya. Dan kita memang harus mengakui, Wilayah ini indah dan memesona. Ditambah lagi dengan kekayaan kuliner khasnya.
Meski banyak yang menanyakan keabsahannya, namun sejak 1985 hingga kini peringatannya tetap dilaksanakan . Para pejabat mulai dari presiden hingga bupati, juga pejabat lain bahkan hadir dalam acara yang biasanya gemerlapan ini. 
Untuk diketahui penetapan 9 Februari sebagai HPN diputuskan pada Kongres PWI di Padang pada 4 Desember 1978. 
Lalu mengapa banyak orang menanyakan keabsahannya? Penetapan tanggal itu sebagai HPN dibuat melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985. 
ADVERTISEMENT
Tanggal 9 Februari sesungguhnya merupakan hari lahir PWI. Wadah berhimpun ini pernah ditetapkan sebagai satu-satunya organisasi resmi  wartawan di Indonesia. PWI berdiri 9 Februari 1946 di Solo, Jawa Tengah.
Penetapan itu mengusik pikiran. Pasalnya, pers Indonesia lahir jauh  sebelumnya Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan negeri yang membentang dari Sabang sampai Merauke ini.
Budayawan Taufik Rahzen, salah seorang yang gelisah dengan itu. Ia lalu menelusurinya. Dia kemudian membukukan penelitiannya dalam 100 Tahun Pers Nasional.
Lalu dia membuat simpulan bahwa mestinya hari kelahiran pers nasional itu ditandai dari terbitnya Medan Prijaji pada 1 Januari 1907.
Dari penelusuran Taufik diketahui Medan Prijaji, koran berbahasa Melayu sudah terbit di Bandung pada 1 Januari 1907. Koran ini adalah koran yang dibidani Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Karenanya, menurut Taufik, seharusnya HPN diperingati pada 1 Januari.
ADVERTISEMENT
Harian ini memang bukan koran yang pertama kali  terbit di bumi Nusantara. Sebelumnya banyak koran yang sudah terbit di  Hindia Belanda, nama Indonesia di bawah jajahan Pemerintah Kolonial  Belanda. Namun, menurutnya, Medan Prijaji adalah koran nasional pertama. Alasannya, semua awak koran tersebut adalah pribumi dan koran tersebut yang pertama menggunakan bahasa Melayu.
Pendapat Taufik dibantah oleh peneliti sejarah di Universitas Leiden, Belanda. Ia mengatakan  Medan Prijaji bukanlah koran nasional pertama. Jauh sebelum Raden Mas  Tirto Adhi Soerjo menerbitkan Medan Prijaji, pada 1894-1910 di Sumatera telah terbit banyak koran berbahasa Melayu yang digawangi Dja Endar Moeda Harahap. 
Sebelumnya pula di Padang, pada 1890-1921, Mahyudin Datuk Sutan Maharadja telah menerbitkan enam koran berbahasa Melayu.
ADVERTISEMENT
Jadi, mesti dari mana kita menandai kelahiran pers nasional kita? Ini pertanyaan yang susah-susah gampang menjawabnya.
Andreas Harsono, seorang penulis kesohor yang memelopori jurnalisme sastrawi, dalam blognya yang beralamat di http://andreasharsono.blogspot.com juga menulis polemik ini.
Andreas menulis bagaimana novelis Pramoedya Ananta Toer, menokohkan Tirto Adhi Soerjo, bidannya Medan Prijaji. Pram menandai Medan Prijaji sebagai pers nasional terkemuka ketika itu.
Bahkan, Andreas juga menuliskan pendapat Suryadi, peneliti dari Leiden itu. Suryadi berpendapat, jasa Tirto tak lebih besar dari Dja Endar Moeda, atau Abdul Rivai yang menerbitkan Bintang Hindia, sebuah koran yang kritis pada  Pemerintah Belanda namun terbit di Amsterdam pada 1903-1907.
Bahkan ada pula Nasrul Azwar yang berpendapat bahwa Bintang Timoer, koran berbahasa Melayu lebih tua daripada Medan Prijaji. Bintang Timoer sudah dibaca oleh orang Minang sejak 7 Desember 1864.
ADVERTISEMENT
Jadi pada tanggal berapakah kita mesti merayakan hari kelahiran Pers Nasional? Saya belum punya jawabannya. Namun semestinya, tidaklah bisa disebut terlambat jika kita ingin mengkajinya kembali. Sebab bisa-bisa anggota Aliansi Jurnalis Independen, PWI Reformasi atau Ikatan Jurnalis Televisi dan lusinan organisasi wartawan lainnya yang lahir di awal reformasi tidak mau merayakan Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari ini. Sebab itu, sejatinya adalah hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia. 
Dari pesisir Pantai Padang ditingkahi irama ombak kecil menyapa tepian, di hadapan Presiden Joko Widodo yang tengah menyampaikan sambutan, saya mengucapkan "Selamat Hari Ulang Tahun PWI yang ke-72. Semoga makin jaya dan menjadi tempat lahirnya para wartawan profesional, cakap menulis, cakap pula berperilaku."
ADVERTISEMENT
Seperti pesan Presiden Joko Widodo di Padang; Wartawan yang mampu membangun narasi peradaban dan kebudayaan baru. 
Padang, Sumatera Barat, 9 Februari 2018