Konten dari Pengguna

Final Persib vs Persija di bulan Ramadhan, Saat yang Tepat Merajut Perdamaian

Jajang Jaenudin
Pelayan Publik Pemerintah Kabupaten Karawang
21 April 2021 22:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jajang Jaenudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain Persija Jakarta Rico Simanjuntak (kedua kanan) berusaha melewati Persib Bandung pada laga pertandingan Liga 1 2019, di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Persija Jakarta Rico Simanjuntak (kedua kanan) berusaha melewati Persib Bandung pada laga pertandingan Liga 1 2019, di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
El clasico-nya Indonesia akan terjadi di final Piala Menpora 2021 yang mempertemukan musuh bebuyutan antara Persib vs Persija. Partai final ini akan digelar dalam dua leg. Leg pertama pada 22 april 2021 dan leg kedua 25 april 2021.
ADVERTISEMENT
Kedua klub ini melaju ke babak final tidak dengan hasil yang superior, namun melalui serangkaian pertandingan yang susah payah. Walaupun menang di leg pertama dengan gol menit akhir pertandingan, di leg kedua Persib sempat tertinggal 0-1 ketika PSS Sleman hanya bermain 10 pemain. Namun beberapa menit kemudian dibalas oleh gol Ezra Walian.
Persija pun sama, langkahnya ke final melalui perjalanan yang sangat berat. Di laga terakhir melawan PSM Makassar, kemenangannya harus ditentukan melalui adu penalti. Kemenangannya pun berbau keberuntungan. Tendangan penalti dari Marko Simic, Novri Setiawan, Sandi Sute, dan Riko Simanjuntak berhasil digagalkan oleh oleh kiper PSM Hilmansyah secara gemilang.
Namun, ketangguhan Hilmansyah tidak diikuti oleh pemain yang lain. Eksekusi Abdul Rachman, Saldy, dan Zulkifli Syukur dapat diantisipasi oleh kiper Persija, Andritany. Bahkan, tendangan penalti Yakob dan Zulham Zamrun melambung di atas gawang, laksana tendangan penalti Roberto Baggio di final Piala Dunia Tahun 1994.
ADVERTISEMENT

Perseteruan turun-temurun

Perseteruan dua klub itu sebenarnya diperuncing oleh kedua suporter fanatiknya Viking dan Jakmania. Perseteruan antara kedua suporter berawal saat pertandingan Persib vs Persija di Stadion Siliwangi Bandung, tahun 1999. Sejak itu perseteruan kedua suporter itu semakin meruncing sampai dengan saat ini.
Sangat disayangkan, perseteruan itu bukan hanya perkelahian bisa. Persetujuan keduanya kadang merenggut korban jiwa. Permusuhan itu seolah dikampanyekan oleh keduanya, mulai dari nyanyian, kata-kata di kaus/spanduk, comment-comment di medsos dan lain-lain. Nyanyian khas di stadion dengan narasi hinaan, hujatan, dan cacian seolah menjadi doktrin bagi para penonton terutama anak kecil. Anak-anak itu sampai hafal, dan kadang dinyanyikan di luar stadion. Nyanyian yang tidak pantas dinyanyikan oleh anak seusia mereka bahkan orang dewasa sekalipun.
ADVERTISEMENT
Kaus bernada sindiran dan cacian yang menjijikan pun sengaja disablon sendiri, bahkan diperdagangkan. Kaus itu dipakai oleh suporter fanatik ketika tim kesayangan berlaga. Kadang, berkeliling kota bahkan kampung menyanyikan yel-yel cacian, namun jarang sekali ada yang berani menegur. Ketika bertemu orang lain yang memakai kaus tim lawan, diintimidasi bahkan kadang terjadi kekerasan fisik yang patal.
Beberapa kali, saya menonton sepakbola langsung di stadion. Melihat dan mendengarkan atmosfer pertandingan yang sangat panas. Kadang sekelompok penonton larut dalam emosi, yang seakan berhak memaki-maki. Seolah ada di colosseum, menyaksikan gladiator bertarung hidup atau mati. Saya sendiri sampai memasukkan stadion masuk list tempat yang dilarang dikunjungi oleh anak sendiri.

Sepak bola butuh cinta

Membangun sepak bola bukan hanya butuh dana berlimpah, tetapi juga butuh suporter yang banyak. Suporter lah yang sebenarnya menjaga eksistensi sebuah klub sepakbola. Apalagi dalam era industri sepakbola, banyaknya suporter menjadi daya tarik bagi investor dan sponsor, serta juga menjadi penyemangat manajemen dalam mengelola klub sepakbola.
ADVERTISEMENT
Baik Persib maupun Persija merupakan klub sepakbola yang banyak suporternya. Setiap bertanding, stadion akan penuh, bahkan luber ke luar stadion. Di medsos resminya, kedua klub itu memiliki pengikut jutaan. Merchandise keduanya, banyak diserbu oleh suporternya. Bahkan memakai kausnya menjadi kebanggaan tersendiri. Itulah salah satu wujud kecintaan suporter kepada klub kesayangannya.
Membangun kecintaan suporter pada klub bukanlah hal yang mudah. Mengandalkan unsur kedaerahan saja tidaklah cukup. Upaya menarik antusiasme masyarakat, membangun infrastruktur, serta kemampuan mengelola keuangan klub merupakan pekerjaan yang harus secara konsisten dilakukan. Lama kelamaan, kecintaan itu akan menjadi kultur sepakbola yang turun temurun.
Namun kecintaan terhadap klub sepakbola jangan menjadi fanatik buta. Suporter seperti itu, sering berbuat di luar nalar, menyakiti suporter lawan bahkan orang lain tanpa alasan yang jelas. Identitas klub sudah menjadi harga diri yang harus dijunjung tinggi, kadang tidak memperdulikan dirinya sendiri. Benar kata Winston Churchill, fanatisme seseorang tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya.
ADVERTISEMENT

Latihan berdamai di bulan Ramadhan

Final piala Menpora 2021 antara Persib melawan Persija yang diselenggarakan di bulan ramadhan ini, bisa menjadi ajang latihan kedua suporter untuk mengekspresikan kecintaannya dengan cara yang baik, menjelang bergulirnya liga 1. Kedua suporter harus bisa mengendalikan emosi, tidak mengeluarkan kata-kata cacian, hinaan maupun ujaran kebencian lainnya, baik secara verbal maupun ketika berselancar di media sosial.
Ekspresi negatif dengan mengeluarkan kata-kata buruk pada saat menonton tim pujaanya, jangan lagi dianggap remeh. Perilaku itu sudah menodai generasi bangsa yang kita cintai. Kita tentunya tidak menginginkan generasi ke depan menjadi generasi pemaki, yang gampang tersulut emosi bahkan diadu domba.
Yuk! Dukunglah klub kesayangan dengan sewajarnya. Ekspresikan kecintaannya pada upaya membangun dan membesarkan klub sepakbola. Tropi dan hadiah yang diperoleh tim pujaan, tak akan sebanding dengan hilangnya seorang anak penerus generasi bangsa yang rusak karena menjadi pemaki. Membangun karakter anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, klub sepakbola dan suporter juga mempunyai tanggungjawab yang sama. Selamat menonton! Dukung tim kesayangan dengan orang-orang tersayang di rumah.
ADVERTISEMENT