Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Manual Book Kerja Ikhlas
8 April 2021 22:45 WIB
Tulisan dari Jajang Jaenudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukan bekerja, kadang saya dan istri saling mengabarkan melalui whatsapp. Jika ada waktu senggang bersamaan kadang saling bercerita mengenai pekerjaan. Rabu sore kemarin (7/4), dia bercerita, saya sempatkan menanggapinya dengan singkat karena sedang rapat.
ADVERTISEMENT
Setelah mengakhiri obrolan, saya teringat obrolan live Kang Ahmad Lutfi (Founder ASNation) bersama Mbak Yulia Sulistyaningsih (Host Kawan Muda Iptek) di instagram @kawanmudaiptek pada tanggal 4 April 2021, karena ada kaitan dengan cerita istri. Waktu itu Kang Lutfi mengatakan "Secara rasional ASN itu powerful, tapi kompensasinya belum sesuai, kalau tidak dibarengi dengan nilai-nilai kebaikan, gampang sekali tergoda."
Saya menafsirkan nilai-nilai kebaikan tersebut dalam bekerja adalah ibadah. Nilai kebaikan tersebut merupakan kompensasi tertinggi dari Allah SWT, yang tidak pernah akan sebanding dengan kompensasi berupa materi apapun. Nilai kebaikan ini pula yang sebaiknya menjadi motivasi dalam bekerja.
Bekerja adalah ibadah. Agar ibadahnya diterima oleh Allah SWT, ada dua syarat yang harus dipenuhi salah satunya adalah ikhlas karena Allah SWT. Ikhlas adalah pekerjaan hati, dan sangat sulit sekali melaksanakannya.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana caranya saya bisa bekerja dengan ikhlas? Tiba-tiba saya teringat dengan buku yang pernah saya baca beberapa tahun sebelumnya. Beberapa saat saya berhasil menemukannya di lemari buku. Buku itu berjudul Kubik Leadership, Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup, Karya Farid Poniman. Indrawan Nugroho, Jamil Azzaini, cetakan 2007. Buku ini sangat relevan dengan pertanyaan saya tadi. Salah satu Babnya menjelaskan tentang tiga dimensi etos kerja yaitu Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas.
Kerja Keras
Pijakan awal untuk mencapai kerja ikhlas adalah kerja keras. Pekerja keras bukanlah pekerja yang mengeluarkan keringat paling banyak. Pekerja keras adalah yang paling banyak mengeluarkan energinya baik melalui fisik maupun metafisik yang dimilikinya untuk melaksanakan tugasnya.
ADVERTISEMENT
Bagi pekerja kasar akan dominan menguras energi fisiknya dengan menggunakan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, daripada metafisik atau otaknya. Sedangkan bagi pekerja kantoran yang sehari-hari di ruangan, akan dominan menguras energi metafisik dengan otaknya, daripada fisiknya.
Kerja Cerdas
Pijakan kedua untuk mencapai kerja ikhlas adalah Kerja Cerdas. Pekerja cerdas akan berusaha secara terarah untuk mendapatkan sebuah hasil dengan menggunakan mesin kecerdasan sebagai daya ungkit prestasi kerjanya.
Seorang pekerja cerdas akan menghasilkan output hasil pekerjaan berlipat ganda, walaupun input untuk mengerjakan itu tidak ditambah. Semakin berlipat ganda output hasil pekerjaan (namun tidak menambah input), semakin cerdas dia dalam bekerja.
Kerja Ikhlas
Bekerja dengan ikhlas, harus didahului dengan kerja keras dan kerja cerdas. Jika tidak didahului dengan kerja keras dan kerja cerdas, dikategorikan pekerja yang mencapai level menyerah.
ADVERTISEMENT
Bekerja dengan ikhlas itu bukan berarti bekerja tidak dibayar. Setiap perusahaan atau instansi pemerintah pasti ada aturan hak dan kewajiban pekerja. Gaji yang diterima adalah hak pekerja, tidak mengurangi nilai keikhlasannya.
Bekerja dengan ikhlas itu adalah ketika banyaknya jumlah pekerjaan yang terselesaikan dan bagusnya hasil pekerjaan tidak dibatasi oleh besaran gaji yang diterima. Dia akan bekerja lebih giat, lebih serius, all out, memberikan hasil terbaik kepada pemerintah atau perusahaan. Dia akan bekerja tidak dibatasi dengan target sesuai dengan perjanjian, namun dia akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh instansi pemerintah atau perusahaan. Oleh karena itu bekerja dengan ikhlas harus didahului dengan bekerja keras dan bekerja cerdas.
Cara Bekerja Ikhlas
ADVERTISEMENT
Dalam buku Kubik Leadership tersebut menjelaskan langkah-langkah untuk menjadi seorang pekerja yang ikhlas, yaitu:
Pertama, bersihkan wadah. Yang dimaksud wadah di sini adalah kerja keras dan kerja cerdas. Cara membersihkan wadah tersebut dengan membersihkan energi negatif ketika kerja keras dan kerja cerdas. Caranya dengan bertobat dan memperbanyak epos. Epos adalah penawar dari energi negatif tersebut, misalnya dengki penawarnya penyayang.
Energi negatif tersebut layaknya kotoran yang menempel pada wadah. Kotoran tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kotoran yang merusak keyakinan, kotoran yang merusak tata aksi dan kotoran yang merusak pekerti.
Kotoran yang merusak keyakinan adalah ingkar, angan-angan, sombong dan dengki. Kotoran yang merusak tata aksi adalah riya, merusak, egois dan tamak. Sedangkan kotoran yang merusak pekerti adalah putus asa, cepat puas, pelit dan malas.
ADVERTISEMENT
Kedua, perbesar wadah. Caranya adalah dengan melakukan kerja keras dan kerja cerdas dengan sebaik mungkin. Tantang diri anda dengan mengambil pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Dan, selalu proaktif dalam segala hal.
Ketiga, isi wadah. Caranya dengan mengisi sebanyak mungkin epos (penawar) dari energi negatif tersebut. Bergabunglah dengan organisasi bisnis atau sosial yang manfaat atau nilai epos-nya besar. Doronglah orang sekitar kita agar terus berprestasi dan meraih kesuksesan. Lahirkanlah kader berilmu yang secara berantai terus menularkan ilmunya kepada orang lain.
Keempat, harumkan wadah. Caranya dengan selalu berupaya memberikan manfaat kepada orang lain maupun lingkungannya. Sebanyak mungkin berbagi 4-TA (Harta, Takhta, Kata dan Cinta). TA pertama, berbagi harta dengan aktivitas sosial. TA kedua, berbagi takhta dengan cara berbagi peran dan tidak takut kehilangan takhta. TA ketiga, berbagi kata dengan cara berbagi ilmu kepada orang lain. Dan TA keempat, berbagi cinta dengan cara memberikan saling menghormati, perdamaian, persaudaraan, perhatian, murah senyum, ramah dan menciptakan suasana yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Selamat mencoba! Sebagai motivasi, saya sampaikan hadis dari abu Hurairah, ia berkata: Pada saat kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang pemuda dari lembah. Ketika kami terfokus kepadanya, kami berkata, “Semoga pemuda itu menjadikan kerajinannya, kepemudaannya, dan kekuatannya di jalan Allah”. Rasulullah mendengar ucapan kami, lalu beliau bersabda: “Apakah yang dinilai syahid hanya orang yang wafat di medan perang? Barangsiapa yang bekerja untuk kedua orang tuanya, maka dia di jalan Allah, barangsiapa yang bekerja untuk keluarganya maka ia di jalan Allah, barang siapa bekerja hanya untuk memperbanyak harta maka dia di jalan setan”.
Silahkan baca artikel Jajang Jaenudin lainnya