Resep Obat Jenuh adalah Inovasi

Jajang Jaenudin
Pelayan Publik Pemerintah Kabupaten Karawang
Konten dari Pengguna
13 April 2021 17:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jajang Jaenudin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pegawai yang sedang mengalami kejenuhan (Gambar : kompas.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pegawai yang sedang mengalami kejenuhan (Gambar : kompas.com)
ADVERTISEMENT
Setelah Agustusan Tahun 2004, saya menghadap ke Bagian Kepegawaian Sekretariat Kabupaten Karawang, dengan membawa beberapa berkas penugasan setelah lulus sekolah kedinasan. Saya diterima di Gedung Diklat oleh salah satu pejabat, karena waktu itu sedang ada pendaftaran CPNS formasi tahun 2004. Saya diminta sementara untuk membantu panitia seleksi CPNS, walaupun waktu TMT penugasan saya 01 November 2004.
ADVERTISEMENT
Saya pun bergabung dengan dengan panitia CPNS yang lain. Saya ditugaskan menginput data pelamar, baik memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat. Waktu itu seluruh tahapan seleksi dilaksanakan secara manual dan tidak ada aplikasi apapun yang digunakan, sehingga harus menyelesaikan pekerjaan sampai larut malam. Hampir sebulan saya harus pulang menjelang tengah malam, dan harus berangkat kerja lagi dari rumah setelah sholat subuh.
Pada bulan November 2004, SK penempatan-pun saya terima. Ternyata saya ditugaskan pada Bagian Kepegawaian Sekretariat Kabupaten Karawang di Sub. Bagian yang menangani pengadaan CPNS. Alhamdulillah, tidak perlu lagi penyesuaian, karena saya sudah bergabung dari bulan agustus sebelumnya.
Volume pekerjaan waktu itu sangat tinggi, sampai saya tidak bisa merasakan libur natal dan tahun baru. Karena penjadwalan tahapan seleksi CPNS biasanya dipepetkan ke akhir tahun. Hal itu terulang setiap tahun selama hampir 7 tahun ditempatkan di unit kerja tersebut.
ADVERTISEMENT
Tekanan Tinggi
Selama bertugas di sana, hampir setiap tahun diselenggarakan seleksi CPNS. Selain CPNS pelamar umum, juga ada pengangkatan CPNS dari tenaga honorer dan Pengangkatan Sekdes menjadi PNS.
Pengadaan CPNS dari pelamar umum saat itu tidak di-support oleh teknologi informasi. Semua tahapan dilaksanakan secara manual. Soal-soal dan LJK (Lembar Kerja Komputer) masih berupa lembaran kertas. Pelamar menyerahkan berkas fisik via kantor pos. Berkas yang diterimanya harus dibuka dan disusun ulang urutannya supaya mudah diverifikasi.
Bukan hanya itu, tekanan eksternal luar biasa tinggi. Bukan sekali saja yang datang dengan menyodorkan digit angka yang nilainya menggiurkan. Pejabat, senior, rekan kerja dan pihak eksternal lainnya meminta untuk membantu kelulusan. Setelah seleksi selesai, sering sekali dijauhi karena kecewa permintaannya tidak dipenuhi, bahkan pernah dipermalukan di lapangan upacara. Tangisan sujud di malam hari lah yang melegakan hati. Namun pernah juga menyampaikan upaya tertulis untuk mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS prosesnya tidak mudah. Didemo, dengar pendapat dengan anggota dewan menjadi hal yang menyita waktu dan energi. Verifikasi tenaga honorer berdasarkan kriteria pada saat pendataan untuk masuk database menjadi tugas yang paling berat. Banyak sekali yang tidak masuk kriteria dan menuntut untuk masuk database.
Pengangkatan Sekdes langsung menjadi PNS tak kalah rumit. Walaupun jumlahnya sedikit, pendataannya paling rumit. Banyak sekali yang dicoret karena tidak sesuai dengan kriteria. Merekapun komplain bahkan ada yang membawa puluhan masa.
Dilanda jenuh
Dengan tekanan sedemikian berat, saya masih terus menangani pekerjaan itu. Atasan berganti beberapa kali, namun saya masih menjadi juru kunci. Saya pun mulai jenuh. Promosi jabatan yang diberikan, hanya sesaat menghilangkan kejenuhan, mungkin karena tugasnya masih serumpun. Pernah beberapa kali mengusulkan untuk mutasi, namun selalu ditolak dengan alasan susah cari pengganti.
ADVERTISEMENT
Baru tahun 2011, saya dirotasi ke pekerjaan yang lain. Di tempat yang baru, pekerjaan yang paling berat adalah mutasi jabatan. Saya coba jalani, walaupun sampai terlintas rotasi ini hanya berpindah dari pekerjaan berat ke pekerjaan berat berikutnya, yang menguras emosi. Tekanan psikis hampir sama dengan yang dialami sebelumnya, ditambah pekerjaan rutin yang itu-itu saja, menyebabkan kejenuhan muncul kembali. Tak membuatnya hilang walaupun dipromosikan kembali.
Inovasi mengundang prestasi
Waktu itu saya abaikan dulu, pekerjaan yang membuat frustasi. Saya mulai fokus pada tugas lain, yang cukup dengan intervensi kewenangan saya miliki, masalah yang muncul dapat diatasi. Saat itu yang lagi ramai muncul adalah banyak Penilaian Angka Kredit (PAK) Guru yang dinilai palsu. Memang, proses pengusulan PAK saat itu masih ditangani Kemendikbud bagi golongan IV/a dan IV/b. Panjangnya alur birokrasi dimanfaatkan oleh oknum dengan meminta imbalan materi, karena guru minim informasi mengenai progres usulan angka kredit.
ADVERTISEMENT
Berbekal sedikit ilmu pengelolaan data melalui Microsoft Access, saya membuat sendiri aplikasi sederhana untuk mengentri hasil penilaian angka kredit dari tim penilai. Namun aplikasi itu belum bisa diinformasikan secara terbuka. Saya pun berdiskusi dengan rekan kerja yang mengerti teknologi informasi. Waktu itu putuskan untuk mempublish data PAK dengan aplikasi berbasis web. Beberapa bulan, aplikasi pun akhirnya selesai. Data PAK dan progres layanan bisa diketahui oleh guru melalui web.
Aplikasi itu, diberi nama SIMPAK (Sistem Informasi Penilaian Angka Kredit). SIMPAK pernah diikutkan dalam pameran lokal tingkat kabupaten. Aplikasi itu juga pernah diikutkan lomba cyber government di Gedung Sate Bandung. Alhamdulillah mendapatkan 2 kategori yaitu kategori Inovasi terbaik dan kategori penerapan terbaik. Penghargaan itu menjadi motivasi untuk menciptakan inovasi-inovasi kembali.
Simulasi Aplikasi SIMPAK saat mengikuti lomba cyber goverment di Gedung Sate (Gambar : Koleksi Pribadi)
Penghargaan itu pun menjadi penyemangat membuat proyek perubahan. Proyek perubahan ini merupakan “skripsi”-nya peserta diklatpim. Waktu itu saya memuat inovasi mengenai aplikasi kenaikan gaji berkala yang terintegrasi dengan PT TASPEN. Alhamdulillah dengan inovasi tersebut, saya menjadi peserta terbaik.
ADVERTISEMENT
Dengan dukungan atasan, beberapa inovasi saya bangun, dari mulai aplikasi absensi berbasis GPS (SIAP-Sistem Absensi Pegawai), aplikasi e Kinerja (PARE - Performance Agreement Report by Electronic), SIMPEG, layanan ijin belajar online dan layanan lainnya. Beberapa penghargaan yang diperoleh Perangkat Daerah dimana saya bertugas, karena dibantu adanya inovasi tersebut.
Bagi saya, penghargaan itu adalah bonus, bukan tujuan untuk membuat inovasi. Inovasi harus menyelesaikan masalah yang terjadi. Mengerjakan tugas pekerjaan dengan cara yang berbeda dengan sentuhan inovasi, sebenarnya lebih menyenangkan daripada penghargaan yang diperoleh, walaupun berupa promosi. Apalagi inovasinya bermanfaat bagi orang banyak.
Begitulah perjalanan panjang menemukan resep jitu penghilang kejenuhan. Tidak bermaksud membanggakan diri. Karena seluruh inovasi itu dibangun dengan dukungan seluruh rekan kerja dan programer terutama dukungan dan komitmen atasan. Selamat berinovasi untuk membangun negeri..!
ADVERTISEMENT
Baca juga artikel jajang jaenudin lainnya