Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
LITERASI
4 Mei 2017 16:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Jakarta Nyastra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
JAKNYAS, Jakarta--Selama ada bahasa, maka akan selalu ada sastra. Mulai dari bentuk lisan dan cerita bergambar di era manusia balum mengenal huruf, hingga klasik kontemporer--ilmu kesusastraan menunjukkan bahwa terdapat beragam cara dalam memainkan kata-kata dengan tujuan untuk menyenangkan, menghibur dan mendidik.
ADVERTISEMENT
Kata literasi tentu sudah tidak asing bagi telinga kita. Kata tersebut bahkan menjadi kata yang sering terucap. Dahulu kita hanya mengetahui bahwa pengertian literasi itu hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis (7th Edition Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 2005:898). Walaupun definisi (lama) literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, namun istilah literasi jarang dipakai dalam konteks pembelajaran persekolahan di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari tidak adanya lema literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Persekolahan di Indonesia nampaknya lebih senang menggunakan istilah pengajaran bahasa atau pelajaran bahasa daripada menggunakan istilah literasi. Pada masa itu, membaca dan menulis mungkin dianggap cukup sebagai pendidikan dasar bagi manusia guna menghadapi tantangan zaman dan kerasnya kehidupan.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan teknologi informasi dan internet (ICT) pada masa ini, maka timbul beberapa perkembangan yang mendorong perubahan konsep literasi awal, menjadi konsep baru literasi yang memiliki pengertian yang berkaitan dengan beberapa keahlian baru yang harus dimiliki oleh seseorang. International Literacy Institute, menjelaskan bahwa pengertian literasi sendiri sekarang sudah berkembang dan diartikan menjadi sebuah “range” keahlian yang relatif (tidak absolut) untuk membaca, menulis, berkomunikasi dan berfikir secara kritis. Karena itu maka Tapio Varis, Ketua umum UNESCO untuk Global E-Learning mengatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi komputer dan informasi, maka literasi bisa dipetakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
- Literasi teknologi, yaitu keahlian untuk menggunakan internet dan mengkomunikasikan informasi.
- Literasi Informasi, yaitu keahlian untuk melakukan riset dan menganalisa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan
ADVERTISEMENT
- Literasi media, yaitu keahlian untuk menghasilkan, mendistribusikan, serta mengevaluasi isi koleksi pandang dengar (Audio Visual)
- Literasi Global, yaitu pemahaman akan saling ketergantungan manusia didunia global, sehingga mampu berpartisipasi di dunia global dan berkolaborasi.
- Literasi kompentensi sosial dan tanggungjawab lebih kepada pemahaman etika dan pemahaman terhadap keamanan dan privasi dalam berinternet (McPerson, 2007). Di tengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, maka kita dituntut tidak hanya dapat menbaca dan menulis bahan tertulis (dalam bentuk buku atau tercetak) saja, tetapi bentuk-bentuk lain seiring dengan perkembangan teknologi informasi.
Jenis-jenis literasi sebagai berikut:
- Memahami konteks dalam teks: mengenali dan menggunakan fitur seperti alfabet, suara, ejaan, konvensi dan pola teks.
- Terlibat dalam memaknai teks: memahami dan menyusun teks tertulis dan teks virtual dan lisan yang berati dari budaya tertentu, lembaga, keluarga, masyarakat, negara-negara dan lain-lain. Menggambarkan skema yang ada.
ADVERTISEMENT
- Menggunakan teks secara fungsional.
- Melakukan analisis dan mentransformasikan teks secara kritis: memahami dan bertindak atas pengetahuan bahwa teks-teks tidak netral. Teks mewakili pandangan tertentu, diam, mempengaruhi ide-ide orang.
Desain teks dan wacana dapat dikritik dan didesain ulang dengan cara baru dan hibrida.
Keempat peran literasi ini dapat diringkas kedalam lima verba:
- memahami
- melibati
- menggunakan
- menganalisis dan mentransformasikan teks.
Sebagai manusia tentu kita harus memiliki prinsip dalam menjalani hidup, sebuah petunjuk arah dalam kehidupan. Sebagai petunjuk arah kita dapat berpegang pada prinsip tersebut. Pendidikan bahasa berbasis literasi pun mempunyai prinsip. Berikut adalah tujuh prinspi yang harus diterapkan dalam pendidikan bahasa berbasis literasi:
- Literasi adalah kemampuan hidup (life skill).
ADVERTISEMENT
- Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana.
- Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
- Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi budaya.
- Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
- Literasi adalah kolaborasi.
- Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.
Sekarang ini, makna literasi menjadi lebih kompleks dan luas. Selain itu, literasi juga ternyata sangat berpengaruh pada perkembangan suatu bangsa. Tingginya literasi berbanding lurus dengan kemajuan negaranya. Tingkat kemampuan literasi kita dapat diukur dengan tujuh dimensi diatas dalam literasi. Sehingga, kita dapat melihat apakah kita telah bagus disemua bidangnya. Daya literasi individu berkontribusi pada daya literasi suatu negara. Maka, setelah kita mengetahui sejauh mana kemampuan literasi kita, kita dapat berbenah diri demi kemajuan bangsa ini. Sudah menjadi berita biasa bila Indonesia menempati strats bawah dalam literasi dunia. Oleh sebab itu, rekayasa literasi perlu dilakukan di Indonesia. Merekayasa pengajaran literasi menjadi pilihan yang bijak karena hanya dalam dunia pendidikanlah pengejaran literasi dapat ditanamkan pada seseorang. Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan literasi.
ADVERTISEMENT
Jakarta Nyastra
instagram : @jaknyas
situs : jakartanyastra.wordpress.com
Akun Resmi Line : @ham3142d