Jakarta padat, kata siapa?

Jakarta Property Institute
JPI adalah lembaga non profit yang memiliki misi membantu Jakarta menjadi kota lebih layak huni.
Konten dari Pengguna
13 Desember 2019 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jakarta Property Institute tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Apakah benar Jakarta sudah padat? © Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Apakah benar Jakarta sudah padat? © Pixabay
ADVERTISEMENT
Semua orang menganggap bahwa Jakarta semakin hari semakin terasa sesak nan padat. Jalanan macet dan riuh. Fasilitas pedestrian dipenuhi PKL dan parkiran. Rumah-rumah saling berhimpitan tanpa halaman dan jendela di perkampungan dengan gang-gang sempit. Sedangkan, jumlah ruang terbuka hijau dan biru bisa dihitung jari.
ADVERTISEMENT
Tak hanya masyarakat berpenghasilan rendah, kelas menengah pun sulit menemukan tempat tinggal yang lapang. Pekerja baru harus puas dengan kamar kamas kos 3x3 m2 dan keluarga muda harus berlapang dada dengan apartemen sebesar 25m persegi bila tidak ingin tinggal di luar kota.
Namun, pertanyaannya, apakah benar Jakarta sudah padat?
Apa sebenarnya kepadatan?
Dalam ilmu fisika, kepadatan berarti massa per volume. Namun, dikonversikan ke dalam konteks kota, ada yang disebut dengan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan.
Kepadatan penduduk berarti perbandingan antara jumlah penduduk dan total luas lahan yang ditempati. Sementara, kepadatan bangunan ialah perbandingan antara luas seluruh lantai dan total luas lahan. Salah satu komponen kepadatan bangunan adalah koefisien lantai bangunan (KLB). Singkatnya, semakin tinggi KLB, semakin luas ruang yang bisa dibangun di atas suatu lahan, tak hanya secara horizontal tapi juga vertikal. Sebagai contoh, lahan dengan KLB 5 berarti bisa dibangun ke samping maupun ke atas dengan total luas lantai hingga 5 kali luas tanah.
ADVERTISEMENT
Kepadatan penduduk bisa mengindikasikan kebutuhan dan efisiensi ruang di suatu wilayah. Sebaliknya, kepadatan bangunan yang ideal seharusnya mampu mencukupi kebutuhan ruang penduduk kota dengan efektif dan efisien.
Apa hubungan kepadatan dengan penataan?
Isu kepadatan seringkali bersinggungan dengan alokasi ruang yang kurang cermat. Maka, kita harus bisa menilai apakah sebuah lahan sudah maksimal digunakan atau belum. Untuk dapat memahaminya, kita perlu melihat ruang bukan hanya sebagai luasan tapi sebagai volume.
Bayangkan sebuah kamar yang isinya berantakan. Barang-barang tergeletak di sana-sini tak semestinya. Tentu kamar tersebut akan terasa penuh dan sempit, apalagi jika kita memandang kamar hanya dari ukuran luas petaknya. Namun bila isi kamar disusun secara rapid an vertikal, pasti ruang yang tersisa lebih besar.
ADVERTISEMENT
Kurang lebih, logika yang sama juga berlaku pada ruang kota. Jika ruang kota sudah tertata secara horizontal maupun vertikal sesuai fungsi dan kebutuhannya, tentu kepadatan bukan lagi jadi isu namun potensi berkembangan kota yang lebih efisien.
Jadi, apakah Jakarta sudah terbilang padat?
Berdasarkan data BPS tahun 2017, dibandingkan dengan luasnya yang 662 km2, kepadatan penduduk Jakarta terhitung sejumlah 15.366 jiwa/km2. Angka ini tidaklah kecil. Bandingkan dengan Singapura yang kepadatannya tercatat hanya 7.916 jiwa/km2 dengan luas 721.5 km2 pada tahun yang sama. Dengan kepadatan yang lebih rendah dari Jakarta saja, Singapura sudah lebih dulu membangun kotanya ke atas. Sementara Jakarta? Masih jauh dari orientasi vertikal.
KLB di Jakarta juga masih terlalu kecil untuk bisa menjawab kebutuhan ruang penduduknya. Rata-rata, KLB yang dimiliki lahan-lahan di Jakarta paling banyak hanyalah 2. Padahal, kota metropolitan lain seperti Singapura memiliki KLB yang sudah mencapai angka 8, Hongkong 10, dan New York 12.
ADVERTISEMENT
Inilah faktor besar yang menentukan Jakarta terkesan padat padahal belum sama sekali.
Lantas, apakah kepadatan Jakarta perlu ditingkatkan?
Perlu! karena secara volume, Jakarta belum dibangun dengan optimal. Sebab melalui peningkatan kepadatan bangunan secara vertikal, kita bisa menata kembali land coverage dan penggunaan lahan yang lebih mumpuni.
Jika alokasi lahan sudah dibenahi, harapannya kebutuhan dasar untuk bertempat tinggal akan terpenuhi. Terlebih lagi, akan ada cukup ruang untuk ruang terbuka hijau, ruang komunitas, ruang kreatif, ruang edukasi, dan sebagainya. Dan yang terlebih penting lagi, jarak yang ditempu masyarakat dari hunian dan tempat kerja akan semakin singkat.
Di mana kepadatan harus ditingkatkan?
Lalu, apakah kepadatan Jakarta perlu ditingkatkan semua? Jawabannya tentu tidak.
ADVERTISEMENT
Tak sekadar memindahkan kepadatan, penataan ruang harus memperhitungkan konektivitas dan efisiensi. Untuk itu, solusi terbaik adalah dengan menerapkan konsep pengembangan berorientasi transit atau transit-oriented development (TOD).
TOD mementingkan jangkauan moda transportasi berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi publik. Dengan prinsip TOD, kepadatan dipusatkan pada simpul-simpul transportasi yang memudahkan warga untuk menjangkau satu lokasi dari lokasi lainnya dengan tiga moda tersebut. Pengembangan ini pun mengedepankan fungsi campuran antara residensial, bisnis, dan retail. Penggunaan ruang jadi lebih efektif dan waktu tempuh yang dibutuhkan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain akan lebih singkat.
Sebagai contoh, di kota-kota lain yang sudah menerapkan konsep TOD, seperti Singapura dan Tokyo, kita bisa mengamati bahwa gedung-gedung tinggi dengan fungsi campuran banyak berada di sekitar pusat-pusat transit.
ADVERTISEMENT
Saat ini, di beberapa titik di Jakarta sudah ditentukan untuk dibangun dengan konsep TOD. Di antaranya, di Stasiun Pasar Rumput, Stasiun Tanjung Barat, dan Stasiun Senen. Di Stasiun Senen, misalnya, terdapat pertemuan simpul transportasi KRL, kereta api antar-kota, dan TransJakarta.
Ini adalah langkah awal yang baik untuk menata kembali kepadatan di kota kita. Seandainya pemahaman TOD ini terus dilanjutkan sebagai dasar pembangunan vertikal, pengoptimalan kepadatan akan segera tercapai dan kebutuhan ruang bisa terpenuhi, terutama untuk tempat tinggal.
Penulis: Rima Aisha, Urban Enthusiast.
Silakan kunjungi website dan akun Instragram kami untuk informasi lebih lanjut seputar perkembangan Jakarta yang layak huni dan kirim surel ke [email protected] untuk ide dan gagasan.