Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Melihat Peran Penting Teknologi saat Proklamasi Kemerdekaan RI
16 Agustus 2017 16:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Jakarta Smart City tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi tidak bisa lepas dari keseharian manusia. Termasuk dulu, saat bangsa Indonesia mempersiapkan kemerdekaannya. Ada cerita menarik terkait teknologi yang digunakan saat itu. Jika kita akrab dengan nama Sajoeti Melik, tentu tahu kalau tokoh tersebut yang bertugas mengetikkan rumusan naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah yang ditulis tangan oleh Soekarno tersebut merupakan buah pikiran dari tiga orang, yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebarjo.
ADVERTISEMENT
Saat itu, rapat persiapan kemerdekaan dilakukan di kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda. Sayangnya, mesin ketik yang tersedia menggunakan huruf kanji. Oleh sebab itu, kepala rumah tangga Maeda, Nishijima, harus mencari mesin ketik lain yang berhuruf latin. Pinjaman mesin ketik akhirnya diperoleh dari Konsulat Jerman yang letaknya paling dekat dengan kediaman Maeda. Setelah selesai, mesin ketik itu dikembalikan ke Konsulat Jerman. Karena itulah, maka keberadaannya kini digantikan mesin ketik replika di Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di Menteng, Jakarta.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, tantangan selanjutnya adalah cara menyebarkan berita tersebut ke penjuru negeri. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat, salah satunya berkat jasa Burhanuddin Mohammad Diah yang membantu memperbanyak tulisan tangan Soekarno dengan cara mencetak ulang. Pada hari yang sama, teks proklamasi sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei, sekarang Kantor Berita ANTARA, Waidan B. Palenewen.
ADVERTISEMENT
Waidan B. Palenewen memerintahkan penyiaran berita kemerdekaan tersebut melalui radio. Pihak Jepang mencoba menghalangi upaya tersebut dengan menyegel pemancar Kantor Domei. Namun para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro yang merupakan seorang pembaca berita di Radio Domei dan beberapa teknisi, yaitu Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar, membuat pemancar di kawasan Menteng dengan kode panggilan DJK 1. Melalui berbagai cara tersebut, berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersebar di wilayah Indonesia, bahkan hingga mancanegara.