Gerhana Matahari Hibrid Akan Menyatukan Beda Hari Raya?, Ini Kata Dosen UMSIDA

Info Sains Teknologi UMSIDA
Tim Jurnali Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Konten dari Pengguna
24 April 2023 5:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sains Teknologi UMSIDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gerhana merupakan salah satu fenomena alam yang di dalamnya mengandung makna baik secara teologis maupun saintifik. Gerhana merupakan peristiwa astronomis tertutupnya sinar Matahari oleh Bumi atau Bulan sehingga mengakibatkan kegelapan selama beberapa saat di Bumi. Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) Dr. Ir. Jamaaluddin, MM, pada Khutbah Gerhana Matahari di Masjid Baiturrohman Perumahan Angkatan Laut Candi, Sidoarjo memaparkan Penjelasannya(20/04/23).
ADVERTISEMENT
Sebagai sebuah fenomena yang alamiah, peristiwa gerhana dapat dipandang sebagai penuntun nilai-nilai ketauhidan dan sekaligus intelektual manusia melalui peristiwa alam semesta. Sehingga mampu membangun cara pemikiran yang teologis-saintifik dalam menyikapi segala fenomena kehidupan.
Suasana Sholat Gerhana Matahari (Sholat Kusuf) di Masjid Baiturraohman, Perumahan TNI Angkatan Laut Candi, Sidoarjo
Saat ini kita dipertemukan dengan salah satu fenomena langit yakni gerhana matahari hibrida. Menurut penjelasan dari Pusat Riset Antariksa BRIN, gerhana matahari hibrida merupakan fenomena gerhana matahari dengan dua macam gerhana yang berbeda, Gerhana matahari hibrida terjadi ketika gerhana matahari parsial terjadi di beberapa wilayah di Bumi, sementara gerhana matahari total terjadi di wilayah lain. Jenis gerhana matahari hibrida ini jarang sekali terjadi, sehingga tergolong sebagai gerhana istimewa. Keistimewaan lainnya adalah fenomena tersebut akan jatuh bersamaan menjelang waktu hari raya Idul Fitri tepatnya pada tanggal 20 April 2023.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia akan dapat melihat fenomena langit menakjubkan, yaitu gerhana matahari hibrid. Peristiwa ini akan terjadi pada Kamis (20/4/2023) mulai pukul 09.29.27 WIB, puncaknya pada pukul 10.45.23 WIB, dan berakhir pada pukul 12.06.41 WIB. Lama gerhana ini 2 jam 37 menit 14 detik. Peristiwa ini akan tampak atau terlihat di seluruh Indonesia sebagai gerhana sebagian. Gerhana matahari ini terjadi pada akhir bulan Hijriyah saat bulan mengalami konjungsi dan posisinya sejajar dengan matahari dan bumi dalam satu garis ekliptika.
Lalu Bagaimana Keterkaitan Antara Akhir Bulan Kalender Hijriah dengan Terjadinya Gerhana Matahari
Hisab hakiki yang digunakan Muhammadiyah ialah kriteria wujudul hilal. Syamsul menjelaskan bahwa dengan metode ini, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu
ADVERTISEMENT
1) Telah terjadi ijtimak;
2) Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam; dan
3) Pada saat terbenamnya matahari, Bulan berada di atas ufuk.
Apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak dipenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa.
Islam mengajarkan bahwa Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan adalah peristiwa astronomi yang merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak berkaitan dengan nasib buruk seseorang atau suatu negara.
Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi ketika bulan baru, yaitu saat matahari dan bulan mengalami konjungsi (ijtimak).
Skema Gerhana Matahari Hybrid(Sumber: Jenis dan Proses terjadinya Gerhana Matahari - Thebellebrigade.com)
Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus, posisi ini terjadi saat bulan purnama. Berdasarkan konsep tersebut, maka bisa dipastikan bahwa gerhana matahari terjadi ketika bulan baru, akan tetapi setiap bulan baru belum tentu terjadi gerhana. Begitu juga dengan gerhana bulan yang pasti terjadi ketika bulan purnama, tetapi setiap bulan purnama belum tentu terjadi gerhana.
ADVERTISEMENT
Pada umumnya, apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru hijriah. Akan tetapi kembali lagi kepada waktu terjadinya gerhana, jika gerhana terjadi diwaktu antara pagi sampai siang, maka besok kemungkinan besar sudah bulan baru karena tinggi hilal sudah berada di atas ufuk. Akan tetapi apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka hilal kemungkinan masih di bawah ufuk dan besok belum masuk bulan baru.
Gerhana matahari tahun ini terjadi di bulan Ramadan, sehingga akan menyita perhatian banyak orang. Karena bulan Ramadan, Syawwal, dan Zulhijjah adalah tiga bulan yang banyak diperhatikan oleh umat Islam kaitannya dengan ibadah puasa, idul fitri, dan idul adha. Tinggi hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1444 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2023 (hari terjadinya gerhana matahari) di Banda Aceh adalah 2°21,39’. Tingga hilal ini sudah cukup masuk kriteria hisab hakiki wujudul hilal, sehingga besok (tanggal 21 April 2023) sudah masuk bulan Syawwal.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi tinggi hilal tersebut belum memenuhi kriteria MABIMS yang mensyaratkan tinggi hilal 3° dan elongasi 6,4°. Oleh karena belum memenuhi kriteria MABIMS, maka besok belum masuk bulan baru dan Syawwal akan dimulai lusa (tanggal 22 April 2023).
Perbedaan Metode Penentuan Awal Bulan Hijriah
Perbedaan metode penentuan awal bulan di atas akan mengakibatkan Idul fitri nanti tidak dilaksanakan secara serentak. Apabila mengaitkan antara penentuan awal bulan dengan fenomena gerhana matahari 20 April 2023, maka hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai oleh Muhammadiyah akan lebih diunggulkan. Karena keesokan hari setelah gerhana sudah masuk bulan baru. Sedangkan kriteris MABIMS yang dipakai pemerintah masih menunggu satu hari lagi untuk masuk bulan baru. Anggapan masyarakat secara luas adalah apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru.
ADVERTISEMENT
Hal ini akan menjadikan masyarakat akan lebih condong kapada hasil hisab wujudul hilal karena penentuan Syawwal nanti sesuai dengan fenomena gerhana matahari.
Namun tidak menutup kemungkinan bagi yang meyakini harus menggunakan rukyatul hilal untuk menunggu hasil rukyat nanti sore. Maka Persatuan antara umat Islam yang harus diutamakan. Persatuan bukan Persamaan. Persatuan adalah saling menghormati atas perbedaan yang ada, bukan Menjadikan satu perbedaan yang ada.
“Rosulullah SAW menyampaikan bahwa ikhtilafu ummati rahmah, yang artinya perbedaan umatku merupakan sebuah rahmat. Mari kita nikmati akhir romadlon ini dengan peningkatan kualitas ibadah dan mengejar dengan keras dan cepat nilai nilai romadlon” Pungkas Jamaaluddin.