Cegah Konflik dengan Gajah, BKSDA Jambi Libatkan Masyarakat untuk Mitigasi Awal

Konten Media Partner
12 Oktober 2021 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi. (Foto: Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Foto: Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi membentuk masyarakat mitra konservasi (MMK) untuk mencegah konflik antara gajah sumatera (elephas maximus sumateranus) dan manusia di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).
ADVERTISEMENT
MMK dibentuk pada tahun 2020 di 6 desa, terletak di Kabupaten Tebo, Jambi. Di masing-masing desa tersebut, ada 10 orang relawan yang tergabung dalam mitra konservasi.
Kasi Konservasi Wilayah II BKSDA Jambi, Didi Bangkit Kurniawan menyampaikan mereka yang tergabung dalam MMK sudah dibekali pelatihan dan pengetahuan tentang gajah. Pengetahuan tentang gajah yang didapatkan, bakal disebarkan MMK kepada masyarakat sekitar.
Ia pun mengatakan tugas utama masyarakat mitra konservasi, yakni mitigasi awal. MMK dianggap mampu menggiring gajah itu kembali ke hutan, dan mencegah masuk permukiman.
"Tugas mereka mitigasi awal. Ketika ada konflik di daerahnya, mereka sudah mengetahui cara penggiringan," katanya, Selasa (12/10).
Dalam upaya menghalau gajah masuk permukiman, kata Didi, MMK dapat memanfaatkan bunyi petasan, senter, dan sebagainya. Namun, jika tidak terkontrol lagi dan gajah terlanjur masuk, masyarakat mitra itu melaporkannya ke petugas BKSDA Jambi.
ADVERTISEMENT
"Ketika tidak sanggup, mereka akan melaporkan ke petugas rescue yang ada di situ, sehingga akan dilakukan bersama-sama," ujarnya.
MMK dapat mengetahui pergerakan kelompok gajah melalui GPS Collar yang terpasang di 5 pemimpinnya, yakni gajah betina senior. Jika kelompok gajah terdeteksi sedang menuju permukiman, MMK dapat langsung mengambil tindakan mitigasi awal.
Ia mengatakan tujuan gajah masuk permukiman dan perkebunan warga, bukan ingin mengganggu. Tetapi, karena jarak perjalanan gajah cukup jauh. Para gajah pun mengira makanan di perkebunan milik warga tersedia untuknya.
"Mereka kira perkebunan warga untuk mereka. Makanya, kita beri saran menanam tumbuhan alternatif yang tidak disukai gajah, misalnya nilam, pohon cokelat, dan sebagainya," jelasnya.
Menurutnya, pasokan makanan di TNBT masih cukup untuk para gajah.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita lihat di lapangan, ada rerumputan, makanan gajah yang masih terpenuhi. Masih ada anak gajah. Menandakan perkembangan biak masih ada," katanya.

MMK Temukan Gajah dengan Perilaku Berbeda

Mencegah gajah masuk permukiman dan 'mendorong' gajah kembali ke hutan, bukanlah pekerjaan yang mudah. Para masyarakat mitra konservasi ini kadang menemukan perilaku yang berbeda dari gajah.
Ketua MMK di Desa Muara Sekalo, Suhaili menyampaikan pihaknya menemukan gajah yang tidak takut lagi dengan suara gergaji mesin, bunyi petasan, dan asap yang ditimbulkan dari api.
Menurutnya, para gajah sudah biasa mendengar suara-suara tersebut. Tidak heran, hewan besar itu bisa tenang, walaupun ada suara bising di sekitarnya.
"Bahasa dusunnya gajah sudah 'sekolah'. Api dihidupkan dan asap diciumnya, tapi gajah tidak lari lagi. Karena mereka sudah biasa," katanya.
ADVERTISEMENT
Adapula gajah yang berpencar ketika diusir, sehingga menyulitkan mitigasi. Bahkan berani masuk ke permukiman, meskipun sendirian.
"Kalau gajah kita usir dia menyatu dan lari, lebih enak mengusirnya. Kalau sekarang susah, bisa berpencar. Gajah bernama Nikolas sering masuk ke sini sendirian," ungkap Silalahi.
Namun, kata Silalahi, di balik potensi terjadinya konflik di desa penyangga TNBT, Desa Muara Sekalo, masyarakat sekitar mulai menghindari cap hama pada gajah.
"Masyarakat sebelumnya menganggap itu hama, tapi melalui sosialisasi sebagian masyarakat sudah memaklumi. Tapi, tetapi masih ada yang menganggap seperti itu," tuturnya.

Terdapat Ratusan Gajah yang Dilindungi di TNBT

Melalui penelitian dan uji DNA pada tahun 2011, kata Didi, diperkirakan gajah yang tersebar di kawasan TNBT berjumlah 143 ekor.
ADVERTISEMENT
Mereka terbagi dalam 5 kelompok yang dipimpin gajah wanita senior, yakni bernama Cinta, Freda, Ginting, Indah, dan Mutiara.
"Ini sudah dipasang GPS Collar untuk memantau pergerakan gajah. Posisinya dimana, sudah diketahui melalui GPS," pungkasnya.
Ratusan gajah itulah yang diupayakan terlindungi dengan bantuan MMK. Selain itu, BKSDA Jambi sedang membangun pusat konservasi gajah (PKG) dan mendatangkan gajah jinak.
(M Sobar Alfahri)