Cerita Topeng Labu di Desa Muara Jambi: Penderita Kusta yang Rindu Bertemu

Konten Media Partner
4 Mei 2022 15:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pegiat kebudayaan, Mukhtar Hadi yang kerap disapa Borju. (Foto: M Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Pegiat kebudayaan, Mukhtar Hadi yang kerap disapa Borju. (Foto: M Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Tradisi memainkan Topeng Labu di Desa Maura Jambi, Kabupaten Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, disesuaikan dengan cerita rakyat. Perayaan Idul Fitri dan silahturahmi ala warga Desa Muara Jambi itu selayaknya menyampaikan kerinduan manusia berinteraksi dengan sesamanya.
ADVERTISEMENT
Dahulu, sesuai cerita yang turun-temurun, ada orang di Desa Muara Jambi yang dilanda penyakit kusta. Sesuai kebijakan setempat, orang yang mengidap penyakit ini harus tinggal di hutan sementara waktu
Namun, ketika Idul Fitri datang, orang yang mengidap penyakit kusta itu ingin bertemu warga di perkampungan, karena rindu berinteraksi. Supaya tidak menghawatirkan orang di sekitarnya, ia menggunakan topeng yang terbuat dari labu saat bertemu orang-orang di perkampungan. Aksi ini ternyata menjadi hiburan.
"Penderita kusta ini secara manusiawi punya rasa rindu, dan ingin bertemu kerabat di desa. Lalu, ia memakai topeng, dan mengarak diri sembari membawa keranjang. Ini disambut antusias, dan menjadi hiburan. Terjadilah interaksi. Masyarakat memberikan apa yang dipunya, seperti makanan dan minuman," kata pegiat kebudayaan, Mukhtar Hadi yang kerap disapa Borju.
ADVERTISEMENT
Tahun 2009, dengan mengangkat cerita rakyat itu, para pegiat kebudayaan sekaligus warga Desa Muara Jambi menjadikan ini sebagai tradisi. Setiap Idul Fitri tiba, para warga Desa Muara Jambi menggelar festival Topeng Labu.
Berbagai permainan alat musik, seperti gendang, gong, dan sebagainya, mengiringi tradisi penggunaan Topeng Labu, Senin (2/5) sore kemarin. Sembari menari, para pemain Topeng Labu bersilaturahmi dengan warga yang menunggu di teras rumah.
"Setiap rumah masyarakat kita singgah, dan menari. Karena rumah masyarakat mempunyai teras, masyarakat menunggu di situ. Diiringi musik, dan lantunan seperti pantun," kata Borju.
Tradisi Topeng Labu di Desa Muara Jambi. (Foto: Istimewa)
Topeng itu terbuat dari buah labu yang tumbuh di sekitar Desa Muara Jambi. Kulit buah labu yang kering dilukiskan menyerupai berbagai perasaan atau ekspresi manusia.
ADVERTISEMENT
"Labu ini ditanam petani di sini. Karena perlu banyak resapan air, ditanam di pinggir sawah. Tumbuh menjalar. Orang kampung sini menyebutnya labu manis. Motifnya sesuai perasaan manusia, seperti muak, gembira, rasa bahagia, ada juga sosok menyeramkan, ada juga lucu," ungkap Borju.
Ia mengatakan pergelaran main Topeng Labu kini dengan tagline "Memanusiakan Manusia". Ada sekitar 50 orang yang terlibat dalam tradisi Topeng Labu tahun ini.
"Ini sengaja kita buat lebih akbar. Regenerasi. Kalau sebelumnya kelompok remaja, sekarang anak sekolah dasar kita libatkan," tuturnya.
Pagelaran main Topeng Labu tahun lalu, kata Borju, diiringi kampanye protokol kesehatan. Apalagi silahturahmi dengan menggunakan Topeng Labu, sejatinya sesuai dengan kegiatan protokol kesehatan saat pandemi COVID-19.
"Tahun lalu, 2020 dan 2021, dengan suasana pandemi COVID-19, kita ikut berkampanye protokol kesehatan. Topeng Labu dengan keadaan pandemi seperti ada koneksi. Konsep masker yang dipakai saat pandemi itu sudah diterapkan," ujar Borju.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Harizan selaku peserta Topeng Labu, mengaku sangat antusias mengikuti tradisi tersebut. Ia berharap tradisi ini terus berlanjut dengan semangat generasi untuk melestarikan.
"Harapannya, ada generasi dengan semangatnya untuk melestarikan kebudayaan di Desa Muara Jambi. Tradisi Topeng Labu ini tidak sulit, cuma perjalanan menelusuri kampung saja jauh," tuturnya.
(M Sobar Alfahri)