Konten Media Partner

FOTO: Sudah Biasa Bakar Sampah

21 Februari 2019 15:09 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah dibakar. Foto: bppt.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Sampah dibakar. Foto: bppt.go.id
ADVERTISEMENT
Jambikita.id—Suasana desa masih lengang. Matahari bersinar terik. Asap putih mengepul lewat sela-sela daun dan rumah-rumah panggung. Berjarak tak kurang 500 meter, dua orang lanjut usia (lansia) tengah asyik membakar sampah.
ADVERTISEMENT
Nenek Aminah (65) tahun membakar sampah kardus dan botol plastik di depan rumahnya, yang berjarak semeter dari jalan raya Lintas Timur Sumatera.
“Yo dibakar. Daripada dibuang ke sungai. Lebih bahaya,” kata Aminah saat dibincangi Jambikita.id, Kamis (21/2/2019).
Nenek Aminah membakar sampah di depan rumahnya. Foto: Suwandi
Dia mengaku tidak memahami bahaya membakar sampah, baik bagi dirinya maupun orang lain. Aktivitas bakar sampah sudah dilakukan sejak neneknya dulu atau sekitar 100 tahun lalu.
Zainal (66), sudah biasa membakar sampah. Foto: Suwandi
Hal senada juga dikatakan Zainal (66) warga Desa Penyengat Olak lainnya. Dia menyebutkan sampah lebih baik dibakar dibanding harus dibuang ke sungai. Ketika disinggung seharusnya ada pelayanan dari pemerintah terkait pengelolaan sampah, Zainal mengaku tidak tahu.
Anis, Guru TK Paud Penyengat Olak sedang membakar sampah. Foto: Suwandi
"Warga di sini, kalau tidak membakar maka membuang sampah ke sungai. Tapi kebanyakan dibakar. Karena kalau ke sungai, secara tradisi mereka masih menghargai sungai sebagai sumber kehidupan," kata Asni pengajar di Sekolah Bank Sampah Perempuan (SBSP) Desa Penyengat Olak, yang kebetulan sedang berada di TK-Paud sebagai staf pengajar. (suwandi)
ADVERTISEMENT