Gagal Bertemu Jokowi Saat di Jambi, 6 Pendemo Malah Terluka

Konten Media Partner
7 April 2022 22:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pendemo berkumpul di depan Bandara Sultan Thaha Jambi, usai kericuhan. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Para pendemo berkumpul di depan Bandara Sultan Thaha Jambi, usai kericuhan. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Para mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Jambi, dan melaksanakan aksi unjuk rasa, gagal bertemu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat kunjungan kerja. Di antara para pedemo itu, malah ada yang terluka.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, terdapat 6 orang pendemo yang mengalami luka-luka setelah berdesak-desakan, dan terlibat kericuhan dengan aparat keamanan di dekat Bandara Sultan Thaha Jambi.
"Itu yang luka-luka yang sudah di luar batas kewajaran. Kalau sebatas memar, dalam demonstrasi, itu biasa. Kalau sampai masuk rumah sakit, dan darah keluar, ini sudah tindakan represif," kata Ketua Umum GMNI Provinsi Jambi, El Daniel Sialagan, Kamis (7/4).
Di antara 6 orang itu, ada yang harus dirawat di rumah sakit. Korban ini sempat pingsan, selain mengalami memar.
Daniel pun mengatakan saat itu memang terjadi kericuhan. Aparat keamanan sempat mengeluarkan gas air mata untuk membubarkan massa.
"Desak-desakan dengan aparat. Ada gas air mata juga untuk membubarkan massa. Ini tindakan represif," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia kecewa dengan tindakan aparat keamanan. Menurutnya, tindakan pada pendemo yang ingin bertemu Jokowi, terkesan represif.
"Seharusnya mereka mengayomi, malah bikin cidera. Padahal, kami bukan penjahat dan teroris," ungkapnya.
Pendemo mendesak bertemu Jokowi, hingga dorong-dorongan dengan aparat keamanan. (Foto: M Sobar Alfahri)
Perlu diketahui, Cipayung Plus Jambi melakukan unjuk rasa di 3 titik lokasi, yakni dekat Kantor Gubernur Jambi, Pasar Angso Duo, dan dekat Bandara Sultan Thaha Jambi. Mereka ingin bertemu Jokowi untuk menyampaikan aspirasi.
Massa aksi itu melayangkan penolakan wacana perpanjangan masa jabatan presiden, dan penundaan pemilihan umum.
Juga menolak kenaikan BBM jenis pertamax, meminta pemerintah menjamin ketersedian pertalite, dan mendesak pemerintah segera mewujudkan harga minyak goreng murah.
(M Sobar Alfahri)