Konten Media Partner

Gajah Sumatera Masuk ke Perkampungan Warga di Jambi

12 Maret 2020 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Upaya Relokasi Gajah Liar dari Desa Lubuk Lawas, Kabupaten Tanjab Barat, Jambi Berhasil Dilaksanakan. Foto: BKSDA Jambi
zoom-in-whitePerbesar
Upaya Relokasi Gajah Liar dari Desa Lubuk Lawas, Kabupaten Tanjab Barat, Jambi Berhasil Dilaksanakan. Foto: BKSDA Jambi
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Upaya pelestarian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang berada di wilayah Provinsi Jambi terus dilakukan. Salah satunya adalah upaya mitigasi konflik gajah dan manusia. Konflik gajah dan manusia ini terjadi di Desa Lubuk Lawas, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Barat, Jambi. 
ADVERTISEMENT
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi mendapat laporan dari warga desa bahwa ada seekor gajah yang masuk ke desa mereka. Berdasarkan laporan tersebut, gajah telah berada di daerah perkebunan warga desa sejak empat bulan lalu dan warga meminta agar gajah tersebut dipindahkan dari perkebunan mereka. 
Setelah mendapat laporan tersebut, BKSDA Jambi segera berkoordinasi dengan KPH Tanjab Barat dan Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jambi. Kemudian, membentuk tim gabungan mitigasi konflik yang dikoordinir oleh Dishut Provinsi Jambi. 
Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh, mengatakan tim gabungan ini bertugas untuk melakukan sosialisasi mengenai keberadaan gajah di lokasi tersebut, untuk mengurangi resiko konflik. Setelah melakukan sosialisasi, tim kemudian melakukan proses relokasi gajah. 
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 7 Maret lalu proses relokasi dimulai, diawali dengan memobilisasi dua gajah jinak yang akan membantu proses pemindahan gajah liar. Dua ekor gajah jinak ini, didatangkan dari Pusat Pelatihan Gajah Minas BKSDA Riau. Dua ekor gajah ini tiba di lokasi pada tanggal 8 Maret. 
Populasi gajah Sumatera menurun. Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro
Sementara itu, tim yang merupakan gabungan dari Dishut Provinsi Jambi, BKSDA Jambi, BKSDA Riau, FZS (Frankfurt Zoological Society), KPH Tanjab Barat, TNI dan Polri. Masyarakat Mitra Konservasi (MMK) dan para mitra swasta terus mengikuti pergerakan gajah liar yang menjadi target untuk dipindahkan tersebut.
Pada hari Selasa, 10 Maret pukul 14.00 WIB gajah liar berhasil dilumpuhkan dengan tembakan bius. Dibantu oleh dua ekor gajah jinak yang dikendalikan oleh mahout gajah liar tersebut dipindah ke dalam truk untuk diangkut ke Kabupaten Tebo yang merupakan habitat gajah liar tersebut. 
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 18.00 WIB, gajah beserta tim bergerak menuju Tebo. Gajah liar ini keluar dari habitat asalnya karena mengalami proses “dispersal” atau proses merantau. Proses dispersal ini adalah proses di mana gajah jantan yang telah menginjak usia remaja menjelajah mencari wilayah baru dan berkembang biak.
Hari Rabu, 11 Maret pukul 04.00 WIB gajah tiba di lokasi pelepasliaran di kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Sebelum dilepasliarkan gajah liar tersebut dipasangi kalung GPS (Global Positioning System) untuk mempermudah memantau pergerakannya. 
"Saat proses pemasangan kalung GPS berlangsung tim juga mengukur lingkar dada gajah untuk memperkirakan berat badan. Gajah berjenis kelamin jantan ini diperkirakan berumur 8 tahun berbobot sekitar 2,5 ton” jelas Zulmanudin, kepala tim medis yang menangani proses relokasi gajah ini.
Gajah Sumatera Foto: Syifa Yulinnas/antara foto
Setelah proses pemasangan kalung GPS dan perlakuan medis yang dibutuhkan oleh gajah selesai dilaksanakan gajah dilepasliarkan. Pada hari Kamis 12 Maret 2020 dari hasil pemantauan tim monitoring, gajah sudah mulai bergerak dari lokasi pelepasliaran.
ADVERTISEMENT
Krismanko Padang, Ketua Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) sangat mengapresiasi kegiatan pemindahan gajah ini. “Kami berharap agar kerja kolaborasi penanganan konflik gajah dan manusia di provinsi Jambi dapat terus berjalan dengan baik” ungkapnya.
Selama tahun 2020 terdapat 5 laporan terkait konflik satwa dengan manusia yang telah diterima oleh pihak BKSDA Jambi. Empat konflik terjadi di wilayah provinsi Jambi diantaranya di wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tebo, dan Kerinci. 
“Upaya penanganan konflik satwa dan manusia di Jambi adalah tanggung jawab kita bersama. Oleh karena itu, kerja kolaborasi sangat diperlukan agar permasalahan ini dapat ditanggulangi,” pungkas Rahmad Saleh, Kepala BKSDA Jambi.