Konten Media Partner

Hentikan Ekspansi Sawit di Hutan Harapan, Warga Diajak Jadi Mitra Kehutanan

17 September 2023 15:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permukiman di Hutan Harapan yang dikeliling kelapa sawit. (Foto: Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Permukiman di Hutan Harapan yang dikeliling kelapa sawit. (Foto: Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Demi menghentikan ekspansi perkebunan sawit dan menjaga kelestarian Hutan Harapan, Jambi, masyarakat yang telanjur merambah dan menanam kelapa sawit di kawasan hutan itu diajak menjadi mitra kehutanan. Kemitraan kehutanan merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat dalam skema perhutanan sosial dengan menekankan aspek konservasi lingkungan.
ADVERTISEMENT
Sosialisasi terkait kemitraan kehutanan ini, kembali dilakukan oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki), BPHL Wilayah IV Jambi, KPHP Batanghari, dan Analis Pengembangan Hutan Dinas Kehutanan Jambi, Kamis (14/9) siang. Tim yang diturunkan mampir ke sejumlah rumah warga, memberikan pemahaman kelebihan program tersebut.
“Karena area ini sudah ada pemegang izin, yakni PT Reki, salah satu skema yang bisa diwujudkan adalah kemitraan kehutanan. Itu ada peluang msyarakat mengelola lahan. Kalau kerja sama sudah terbentuk, maka kemitraan kehutanan ini akan diajukan ke kementerian,” kata Wahyu dari KPHP Batanghari.
Muchtar Lutfi, Asisten Manajer Community Livelihood and Development (CLD) PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki), menyampaikan program kemitraan ini digaungkan demi keberlangsungan Hutan Harapan. Masyarakat diajak untuk tidak lagi merambah dan menanam perkebunan kelapa sawit baru.
ADVERTISEMENT
“Jadi, program yang memberikan keberlangsungan hutan dan penghidupan masyarakat sekitar di kawasan hutan,” tuturnya.
Sosialisasi kemitraan kehutanan di Hutan Harapan yang disampaikan instansi terkait dan PT Reki. (Foto: Sobar Alfahri)
Dengan skema perhutanan sosial itu masyarakat masih bisa mempertahankan perkebunan kelapa sawit yang sudah telanjur ditanam hingga satu daur tanam, yakni selama 25 tahun. Namun, masyarakat tidak diperbolehkan lagi menambah luas area perkebunan kelapa sawit.
Masyarakat pun didorong untuk menggantikan perkebunan kelapa sawit dengan tanaman yang tidak hanya potensial secara ekonomi tetapi juga ramah lingkungan. Transisi inilah yang menjadi salah satu target dalam pola kemitraan kehutanan.
Siswanto, warga Dusun Tanjung Mandiri, Desa Bungku, Batanghari, mengatakan bahwa sebelumnya ia menolak kemitraan yang sudah ditawarkan PT Reki. Namun, setelah mendengar penjelasan tentang kemitraan kehutanan, ia mau mempertimbangkan termasuk dalam membentuk kelompok tani yang bisa membuat kerja sama secara resmi dengan PT Reki.
ADVERTISEMENT
“Masih dipertimbangkan. Karena tanaman sawit yang (telanjur) ditanam telah dipersilakan untuk digarap satu daur. Dalam artian, satu daur tanaman kita hasilkan di sini, lalu beli lahan di tempat lain. Toh kalau sudah tidak bisa dikelola di sini, bisa kelola di sana. PT Reki memberikan peluang menanam satu daur, itu bagus menurut saya,” katanya.
Namun, ia masih keberatan bila menggantikan perkebunan kelapa sawit secara total. Ia mengaku sudah menanam jengkol dan durian, tetapi baginya komoditas kelapa sawit masih menjajikan dalam masa tertentu dibandingkan komoditas perkebunan yang lain.
“Kalau ganti total sekarang juga masih belum bisa menerima. Karena merawat sawit dari umur 0 sampai 5 tahun ini, perjuangannya panjang. Detik ini kalau, digantikan ke tanaman lain, apa jaminan untuk hidup kami?” katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Arifin, yang juga warga Dusun Tanjung Mandiri, telah menyambut baik kemitraan kehutanan yang dijelaskan instansi terkait dan PT Reki. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tanjung Mandiri yang diketuainya telah menandatangani pra MoU dengan PT Reki selaku pengelola Hutan Harapan. Gapoktan tersebut merupakan kelompok tani ke-14 yang bermitra dengan PT Reki.
“Setelah tiga bulan melakukan komunikasi dengan PT Reki, kami dibantu untuk mendapatkannya,” katanya.