Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
ADVERTISEMENT

Jambikita.id - Tumpukan batu-bata masih berada di area bangunan Masjid Laksamana Cheng Hoo di Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kota Jambi.
Meski pengerjaan masjid ini sudah dimulai lebih kurang delapan tahun yang lalu, dan belum rampung. Namun, waktu ke waktu pembangunannya menunjukkan progress yang lebih baik. Lebih kurang pembangunan sudah mencapai 70 persen.
Meski tidak mudah dan membutuhkan dana yang tidak sedikit, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Jambi terus berupaya menyelesaikan masjid ini.
Bentuk masjid sudah semakin jelas menunjukkan identitasnya dibandingkan saat pertama kali Jambikita mengunjungi masjid ini setahun yang lalu. Lantainya sudah dilapisi keramik. Paduan warna merah, hijau dan kuning sudah membalut semua dinding masjid.
ADVERTISEMENT
Bentuk bangunan khas Tionghoa mulai terlihat jelas di tiap bagian Masjid Laksamana Cheng Hoo itu. Kubah masjid dibangun berundak-undak menyerupai pagoda. Ujung atap masjid melengkung menjuntai ke atas. Warna merah terang dengan paduan hijau tua dan kuning terasa khas sekali dengan budaya Tionghoa. Tidak heran jika dilihat dari luar banyak yang mengira masjid ini adalah kelenteng.
"Biasanya orang baru yang belum tahu dan lewat sini mengira kok bangunan klenteng ada di sini," kata Ketua RT 17, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kota Jambi, Sarwanto, Sabtu (25/4).
Warga sekitar kata Sarwanto menyambut baik kehadiran masjid ini. Warga berharap masjid ini cepat rampung agar bisa digunakan untuk beribadah.
ADVERTISEMENT
Mantan Ketua DPW PITI Jambi HM Rusli adalah inisiator pembangunan masjid ini. Rusli menjadi saksi pembangunan masjid ini dari awal hingga sekarang.
Kata Rusli, komunitas muslim Tionghoa Jambi berdasarkan catatan PITI yang mencapai 100 kepala keluarga (KK) sangat menantikan Masjid Laksamana Cheng Hoo ini.
Masjid ini ungkap Rusli memiliki tiga pintu utama yang berbentuk bulat. Gapura tempat imam pun dibuat bulat. Warnahijau dan kunan berpadu merah terang mendominasi warna dinding masjid.
Meski kental dengan budaya Tionghoa, akan ada pula unsur melayu pada bangunan ini nantinya. Terletak pada bagian teras masjid, sayangnya bagian itu masih belum rampung dan belum terlihat.
ADVERTISEMENT
Unsur arsitektur masjid ini juga memadukan unsur Arab. Ituakan terlihat pada kaligrafi yang akan dipasang di bagian dinding.
"Di bagian dalam ini nanti masih mau ditambahin ukiran tulisan arab, seperti lafaz Allah dan Muhammad," kata Huang Kang Tong, nama Tionghoa Rusli, Sabtu (25/4).
Masjid Laksama Cheng Hoo awalnya dibangun denga harapan bisa menjadi wadah silaturahmi komunitas muslim Tionghoa Jambi. Nama masjid diambil dari pengembara muslim asal Tiongkok yaitu Laksamana Cheng Hoo.
Selain memadukan tiga perpaduan budaya (Tionghoa, Arab, Melayu) Masjid Laksamana Cheng Hoo Jambi ini mengusung sebuah konsep filosofi ke-Islaman. Hal itu terlihat pada jarak antara lantai dan atap dengan tinggi 17 meter. Angka 17 ini merupakan jumlah rakaat salat lima waktu dalam sehari.
"Meski arsitek yang merancang bangunan mesjid ini bukan orang Tionghoa, tapi hasilnya sesuai," ungkap Rusli.
Rusli bilang, meski sudah memeluk Islam, musli Tionghoa tidak mau meninggalkan budayanya. Masjid ini akan menjadi identitas mereka. Masjid bergaya Tionghoa. Masjid ini nantinya akan menjadi tempat belajar mualaf Tionghoa di Kota Jambi.
"Kalau kita punya suatu wadah pada saat ada keperluan pembinaan untuk komunitas kita akan menjadi lebih mudah, kita bisa belajar bersama di tempat ini," kata dia.
Masjid Laksmana Cheng Hoo itu dibangun dengan ukuran 20x20 meter di atas tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi, di sebelah kiri pintu gerbang masuk berdiri sebuah bangunan sekretariat PITI Jambi.
ADVERTISEMENT
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Jambi Hasan Basri Agus pada 2012 silam. Delapan tahun sudah, masjid masih belum rampung.
Berbagai kendala dihadapi pengurus PITI dalam pembangunan masjid ini. Salah satunya pendanaan. Alhamdulillah persoalan itu tidak menghentikan pembangunan masjid. Swadaya komunitas membuat pembangunan tetap berjalan meski perlahan. Sumbangan donatur dan pemerintah turut membantu pembangunan masjid.
Dari perjalanan panjang pembangunan masjid ini masyarakat muslim Tionghoa banyak belajar, dalam beribadah manusia perlu sabar dan istiqomah.
"Menjalani setiap proses tahap demi tahap," ungkap Rusli.
Seyogyanya pada Ramadan tahun pengurus masjid berencana melaksanakan shalat tarawih di masjid ini. Namun, musibah pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) membuat rencana itu batal.
Menyusul imbauan pemerintah untuk beribadah di rumah di masa pandemi. "Mudah-mudahan Ramadan tahun depan kami bisa beribadah di Mesjid Cheng Hoo ini."
ADVERTISEMENT