Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Kisah Perjuangan Guru di Pedalaman Jambi Mengajar saat Pandemi Corona
12 Mei 2020 16:11 WIB
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Kiswanto setiap hari harus menembus hutan dan perkebunan sawit untuk mencapai sekolahnya. Dirinya mengajar di kelas IV SDN 169/V Cinta Damai, Tanjung Jabung (Tanjab) Barat, Jambi, yang berada di daerah pedesaan pemukiman transmigrasi.
ADVERTISEMENT
Setelah diumumkan siswa harus belajar dari rumah untuk mencegah penularan virus Corona (COVID-19), Kiswanto memulai pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan WhatsApp Group paguyuban kelas. Ia menyadari pembelajaran daring ini memerlukan dukungan orangtua.
“Yang saya prioritaskan pertama adalah berkomunikasi dan meyakinkan orangtua siswa untuk mendukung kebutuhan belajar dari rumah bagi anak-anaknya,” kata Kiswanto dalam webinar guru berbagi Manajemen Pembelajaran Daring untuk Sekolah Pedesaan yang diselenggarakan Kemdikbud dan Tanoto Foundation, Selasa (12/5).
Kiswanto mulai mencari dan mempelajari aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran daring. Ia belajar otodidak menggunakan aplikasi google classroom, google form, zoom, dan quiziz untuk penilaian hasil belajar siswa.
Yang pertama ia latih menggunakan aplikasi tersebut adalah orangtua siswa. Melalui WA paguyuban kelas, orangtua dikirimi panduan cara mengunduh sampai video tutorial penggunaan aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran. Tak jarang Kiswanto ditelepon orangtua siswa yang meminta pendampingan khusus cara menggunakan aplikasi pembelajaran tersebut.
ADVERTISEMENT
“Yang berat hanya di awal persiapan. Setelah orangtua memahami cara menggunakan aplikasi pembelajaran, mereka bisa mendampingi anaknya belajar menggunakan aplikasi tersebut,” kata Kiswanto.
Setelah orangtua mampu menggunakan aplikasi pembelajaran, sebulan sekali Kiswanto melakukan pertemuan melalui aplikasi zoom dengan orangtua. Mereka membahas rencana dan jadwal pembelajaran jarak jauh dan meminta masukan orangtua terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Cara ini efektif untuk mendapat dukungan dari orangtua dalam memfasilitasi anaknya belajar dari rumah. Walaupun sebagian besar pekerjaan orangtua siswa adalah petani, mereka mau mendukung dan mendampingi anaknya belajar.
Mengelola Pembelajaran Daring
Walaupun berada di pedesaan, akses internet sudah menjangkau pemukiman warga sehingga mereka bisa melaksanakan belajar daring. Sinyal internet yang kadang mengalami gangguan, tidak menyurutkan semangat guru dan siswa belajar daring.
ADVERTISEMENT
“Tinggal cara kita mengelola pembelajarannya. Saya menyesuaikan pemanfaatan aplikasi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran,” kata Kiswanto yang juga fasilitator pembelajaran Tanoto Foundation.
WhatsApp Group paguyuban kelas digunakan Kiswanto untuk mengirim jadwal pembelajaran, memberi panduan atau tutorial, bertanya jawab permasalahan dalam belajar dari rumah, dan forum diskusi dengan siswa dan orangtua.
Sedangkan Zoom digunakan untuk mengadakan pertemuan jarak jauh yang diisi kegiatan pemberian materi, mengamati siswa berpraktik, dan mempresentasikan hasil karyanya.
Sementara Google Classroom digunakan untuk mengumpulkan dan memberi umpan balik hasil karya siswa, serta mengunggah sumber belajar yang digunakan.
Ia juga memanfaatkan google form dan quizizz untuk melakukan penilaian hasil belajar siswa. Melalui aplikasi tersebut siswa bisa mengerjakan soal, membuat essay, dan bermain kuis.
ADVERTISEMENT
Untuk materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa juga difokuskan pada peningkatan kecakapan hidup. Seperti praktik membuat grafik dari data yang diperoleh siswa sendiri di rumah, membuat poster pencegahan covid-19, sampai melakukan percobaan dengan alat dan bahan yang tersedia di rumah.
Tidak semau siswa Kiswanto bisa mengakses internet. Dari 20 siswa kelas IV, ada 5 siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring. Masalahnya bervariasi, mulai tidak memiliki gawai, tidak mampu membeli kuota internet, dan ada orangtua yang tidak mendukung.
Solusinya Kiswanto melaksanakan pembelajaran luring. Ia menyiapkan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang memiliki tujuan pembelajaran sama dengan pembelajaran daring.
“Penugasan untuk siswa yang mengikuti pembelajaran daring dan luring tujuannya sama. Hanya untuk penugasan belajar luring harus jelas dan mampu mendorong dan membimbing siswa menemukan konsep sendiri,” kata Kiswanto.
ADVERTISEMENT
Jadi penugasannya bukan hanya mencatat ulang buku paket atau mengerjakan soal di buku paket, tetapi guru yang mengembangkan LKPD yang membuat siswa bisa belajar aktif.
Cara mendistribusikannya, siswa mengambil LKPD tersebut seminggu sekali di rumah kepala sekolah yang tidak jauh dari sekolah. Setelah selesai, tugas tersebut dikumpulkan kembali ke rumah kepala sekolah dan diberikan umpan balik oleh Kiswanto.
Terkadang siswa yang tidak punya gawai, bisa bergabung dengan siswa yang rumahnya berdekatan dengan mengikuti protokol pencegahan COVID-19.
“Masa pandemi ini memberi kesempatan pada saya untuk melakukan ujicoba pembelajaran yang tetap mendorong siswa belajar aktif, bermakna, dan berorientasi pada peningkatan kecakapan hidup,” jelas Kiswanto.
Upaya yang dilakukan oleh Kiswanto, menurut Golda Eva Grace Simatupang, Koordinator Pelatihan dan Pembelajaran Guru Program PINTAR Tanoto Foundation, merupakan praktik baik dalam mengelola pembelajaran jarak jauh (PJJ).
ADVERTISEMENT
“Walaupun berada di daerah pedesaan, Pak Kiswanto berhasil mengelola PJJ dengan prinsip MAU yaitu Mengkondisikan, Aktifkan, dan Umpan Balik. Orangtua dan siswa di awal sudah dikondisikan untuk siap mengikuti PJJ. Siswa juga difasilitasi untuk belajar aktif dalam PJJ. Ada umpan balik dari guru, orangtua, dan siswa untuk terjadinya proses perbaikan belajar dari rumah,” kata Golda yang juga menjadi pembicara dalam webinar tersebut.
Yang juga bisa dipetik dari pengalaman Kiswanto, menurut Golda PJJ bisa dilakukan walaupun guru baru belajar menggunakan perangkat teknologi.
“Pak Kiswanto dari belajar otodidak, ternyata bisa menggunakan aplikasi pembelajaran. Siswa yang tidak bisa mengakses internet, juga bisa difasilitasi untuk belajar aktif dan mendorong kecakapan hidup siswa melalui LKPD yang dibuat sendiri oleh guru. Praktik baik ini perlu dicontoh,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT