Kisah Septia, Anak Tukang Sayur yang Jadi Polisi di Jambi

Konten Media Partner
21 April 2021 21:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kasat Res Narkoba Polres Tanjab Barat, Iptu Septia. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Kasat Res Narkoba Polres Tanjab Barat, Iptu Septia. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Untuk menjadi seorang polisi kebanyakan masyarakat akan berpikir mengeluarkan biaya yang cukup besar. Karena mindset itu, sejumlah orang menguburkan cita-cita untuk menjadi seorang polisi.
ADVERTISEMENT
Namun, melalui cerita Septia, hal tersebut terbantahkan. Memang di awal, orang-orang sekeliling Septia berpikiran begitu. Akhirnya muncul umpatan-umpatan bahwa dirinya tidak akan menjadi seorang Polwan.
Septia memaklumi umpatan yang ditunjukkan kepadanya, lantaran orang tua dari Septia adalah seorang pedagang sayur. Bapak Yendri dan Ibu Yusmanidar yang merupakan orang tua Septia yang sehari-hari bekerja sebagai tukang sayur. Namun, mindset dari orang yang tidak mendukungnya tersebut, tidak digubris olehnya.
"Tapi saya tidak yakin akan itu (harus menyiapkan uang). Saya tetap berjuang sendiri, yang lain ikut les, saya tidak ikut. Bermodalkan nekat saja untuk ikut tes," katanya, (21/4)
Septia menceritakan, perjuangan menjadi polisi dimulai keberangkatan dari Payakumbuh ke Sumatera Barat untuk mengikuti tes. Saat itu, perjalanan Payakumbuh ke Sumbar ditempuh dalam waktu 3 jam. Ia berangkat tanpa ditemani siapa pun.
ADVERTISEMENT
"Waktu di Padang juga benar-benar sendiri tidak ada keluarga, tinggal juga numpang di kos-kosan tetangga yang kebetulan kuliah di Padang. Kalau kendaraan untuk ikut tes ya naik angkot dengan bermodal nanya sana sini untuk lokasi tempat tes yang berbeda," tuturnya.
Septia mengatakan bahwa ia sempat merasa minder ketika orang lain yang juga ikut tes datang diantar oleh orang tua. Kemudian ada pula yang diantar menggunakan mobil, sementara dirinya datang sendiri dan menggunakan angkot.
"Awalnya minder karena yang ikut kayaknya orang-orang kaya, diantar orang tua pakai mobil, sedangkan saya hanya naik angkot, bahkan tidak ada yang saya kenal satu pun," katanya.
Bertugas Sebagai Kasat Res Narkoba
Perempuan cantik yang lahir di Payakumbuh pada tanggal 1 September 1993 itu, kini sudah hampir satu tahun menjabat sebagai Kasatres Narkoba Polres Tanjabbar.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah bisa melewati semua proses itu. Atas izin Allah waktu tes tahun 2011 diberi kemudahan dan kelancaran hingga lulus masuk Akpol. Bahkan banyak yang nanya habis berapa, sama sekali saya tidak ada mengeluarkan biaya," pungkasnya
Sejak Duduk di Bangku SMP Bercita-cita Jadi Polisi
Septi sudah sejak duduk di bangku SMP memimpikan dirinya untuk mengenakan seragam lengkap menjadi seorang polwan. Polwan baginya bersikap tegas, namun tetap dipandang cantik.
"Jadi kalau setiap ada yang tanya cita-cita, saya selalu jawab polwan," ujar Septia yang merupakan lulusan dari SMP N 01 Kecamatan Payakumbuh.
Saat itu, Septia mengira bahwa proses masuk untuk menjadi seorang Polwan hanya bermodalkan ijazah. Bahkan untuk proses pendaftaran pun dirinya juga tidak tahu.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu (SMP) saya tidak tau bagaimana proses masuknya. Awalnya tak tau apa itu Akpol, setahu saya masuk polisi ya kayak daftar PNS. Hari ini daftar, besok langsung lulus," pungkasnya.