Konten Media Partner

Koleksi Beraksara Incung sebagai Masterpiece di Museum Siginjei Jambi

14 Maret 2021 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Enam koleksi beraksara Incung yang ada di Museum Siginjei. Foto: M. Sobar Alfahri/Jambikita.id
zoom-in-whitePerbesar
Enam koleksi beraksara Incung yang ada di Museum Siginjei. Foto: M. Sobar Alfahri/Jambikita.id
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Museum Siginjei yang terletak di Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, Provinsi Jambi, memiliki 6 koleksi benda yang bertuliskan Aksara Incung. Sejumlah koleksi ini, berada di ruang Khasanah sebagai tempat untuk koleksi-koleksi Masterpiece.
ADVERTISEMENT
Di antaranya, ada koleksi Tanduk Kerbau Beraksara Incung. Benda ini, diperkirakan berasal dari abad ke-16 sampai 18 masehi. Bahasa yang digunakan, yakni Kerinci Kuno. Naskah yang tertuang di tanduk tersebut, berisikan tentang petuah dan syarat-syarat untuk menjadi pemimpin.
Museum Siginjei mendapatkan Tanduk Kerbau Beraksara Incung pada bulan Desember tahun 1981. Koleksi ini didapatkan melalui ganti rugi.
Ada pula Bambu Beraksara Incung dengan panjang 11 centimeter. Juga diperkirakan berasal dari abad ke-16 sampai 18 masehi. Aksara Incung di benda tersebut, ditulis dengan menggunakan teknik gores. Bambu ini memiliki motif sulur-suluran.
Menariknya, ada Bambu Beraksara Incung yang diperkirakan memiliki pengaruh kebudayaan Islam. Benda ini diperkirakan berasal dari abad ke-17 sampai 18 masehi.
ADVERTISEMENT
Di bambu ini, ada gambar geometris, motif sulur-suluran, serta tumpal. Ada aksara Arab pula, selain aksara Incung.
Bambu beraksara Incung. Foto: M. Sobar Alfahri/Jambikita.id
Masih ada tiga lagi koleksi beraksara Incung yang terbuat dari bambu di Museum Siginjei. Bersama dengan koleksi lain, enam koleksi beraksara Incung bisa diamati dengan harga tiket senilai Rp. 2.000.
Tenaga Teknis Analisis Publikasi Museum Sigenjai, Krisviorini menyampaikan aksara Incung bisanya digunakan untuk mengungkapkan adat istiadat dan norma di Kerinci. Sedangkan di bambu, juga berisikan tentang pengobatan dan mantra.
"Namun di tanduk, karena faktor usia agak sulit dibaca. Sedangkan bambu masih terlihat jelas," katanya, Minggu (14/3).
Bagi Rini, pengunjung dari Jambi, sebagian besar sudah mengetahui aksara Incung. Sedangkan yang berasal dari luar Jambi, banyak yang belum tahu tentang aksara tersebut.
Salah satu bambu beraksara incung. Walaupun rusak, tulisan dan hiasannya masih bisa dilihat. Foto: M. Sobar Alfahri/Jambikita.id
Sementara itu, seorang Pegiat Kebudayaan, M. Ali Surakhman mengatakan aksara Incung sudah ada sejak abad ke-14 masehi.
ADVERTISEMENT
"Aksara Incung pertama kali digunakan pada abad ke-14. Aksara tertua di Kerinci," katanya.
Ia pun mengatakan Aksara Incung masih terjaga dan digunakan di Kerinci.
"Masih, setiap Kenduri di Kerinci tetap dikeluarkan," pungkasnya. (M. Sobar Alfahri)