Konten Media Partner

Kreasi Unik Tas Purun Khas Jambi

11 April 2019 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Naning dengan ts purun kreasinya. Foto: Yovy Hasendra
zoom-in-whitePerbesar
Naning dengan ts purun kreasinya. Foto: Yovy Hasendra
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Tas purun selama ini kerap diidentikkan dengan tas ibu-ibu yang digunakan untuk berbelanja ke pasar tradisional. Sangat sedikit bahkan hampir tidak digunakan sebagai penunjang penampilan seperti tas tas pabrikan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sheika Hatning Triesyareni yang akrab dipanggil Naning ini menyadari hal itu. Sudah bertahun-tahun dia terjun ke dunia industri kreatif, kali ini dia ingin mengajak anak-anak muda ikut mempopulerkan tas purun sebagai penunjang penampilan.
Melalui Iko Batik Jambi Handicraft Naning membuat prdoduk anyaman berupa tas purun tapi dengan sentuhan seni yang bisa menarik minat anak muda. Naning berkolaborasi dengan pelukis muda Jambi dalam project tas purunnya yang akan dipamerkan dalam pameran Inacraft beberapa pekan mendatang.
Ditemui Jambikita.id, Naning mengaku sempat kesulitan menemukan pelukis muda yang cocok dengan desain produknya. Naning menginginkan tas purun yang buatan lokal Jambi ini dipadukan dengan lukisan yang tidak meninggalkan sentuhan budaya di dalamnya.
Sampai akhirnya dia bertemu dengan Bona Pakpahan. Dia tertarik dengan gaya melukis surealis yang diterapkan Bona dalam karya-karyanya. Meski banyak pelukis yang menerapkan hal semacam itu, diakui Naning lukisan Bona cocok dengan desainnya, yang membawa budaya lokal dalam setiap karya.
ADVERTISEMENT
Diceritakan Naning, dia dari dulu ingin mengangkat karya-karya anak muda Jambi. Sampai kemudian dia memilih ide lukisan yang akan dipadukan dengan desain tas milikinya.
Lukisan di tas purun. Foto: Yovy Hasendra
"Saya kenal Bona sudah lama, saya ceritakan ke dia soal desain saya, ternyata cocok. Saya lihat lukisannya juga menceritakan Jambi. Perempuan yang mengenakkan batik Jambi," kata Naning.
Dia juga ingin menginformasikan kepada anak muda Jambi yang suka melukis bahwa karya mereka tidak hanya bisa melukis di kanvas atau kertas, tapi juga bisa dituangkan ke media purun.
Selain itu, Naning juga berkeinginan agar dengan adanya kombinasi lukisan ini anak muda Jambi tidam lagi malu menggunakan tas purun. "Bentuknya nanti ada yang kecil juga, ada yang selempang," imbuh Naning.
ADVERTISEMENT
"Jadi mereka kalau mau pergi ngopi atau ke mall Nggak malu mereka bawanya. Tas itu jadi yang keren banget dibawa mereka," kata Naning menambahkan.
Diungkapkan Naning, bukan hanya ingin mengangkat karya lukisan itu saja, melalui tas purun ini dia juga ingin mengangkat para pengrajin anyaman purun ini. "Pengrajin tas sendiri ada di Desa Pematang Buluh Tanjung Jabung Barat. Bahannya dari rumput purun," ungkap Naning.
Naning membandrol tas purun produksinya ini dengan harga 300 sampai 350 ribu. Tas purun dengan paduan lukisan ini akan dipamerkan pada pameran nasional Inacraft di Jakarta Convention Centre pada tanggal 24 sampai 28 April mendatang.
Terpisah, Bona Pakpahan yang berkolaborasi dengan Naning mengapresiasi cita-cita Naning yang ingin mengangkat anak muda Jambi dalam setiap karyanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang seniman, Bona mengaku cukup idealis dalam setiap karyanya. Alasannya menerima ajakan Naning sendiri karena tidak afa intervensi dalam setiap karya yang dikolaborasikan.
"Bu Naning suka dengan karya saya yang surealis, dekoratif dengan motif Jambi. Batik Jambi. Dan tidak ada intervensi," kata Bona ditemui di galerinya, Dapur Seni.
Diceritakan Bona, dulu dia memang sering menerima jasa melukis, tapi dia mengaku tidak nyaman jika harus selalu mengikuti maunya konsumen. "Kalau yang ini tidak ada intervensi. Sesuai idealisme, dan itu lebih nyaman," kata Bona.
Diungkapkan Bona, pada tas purun yang sudah dilukis nanti dia akan memasang sebuah tulisan yang merupakan deskripsi lukisannya.
Salah satunya adalah pada gambar gadis melayu Jambi yang mengenakkan tengkuluk, tutup kepala perempuan Jambi. Sesuai dengan aliran surealisnya, dia menambahkan unsur alam pada gambarnya.
Bona dengan lukisannya di tas purun. Foto: Yovy Hasendra
"Jadi dia bersinergi dengan alam, mengambil secukupnya dari alam, tidak merusak. Dan dengan memakai tengkuluk itu artinya dia tidak meninggalkan budayanya," cerita Bona.
ADVERTISEMENT
Bona mengharapkan dengan sentuhan lukisan pop culture pada tas purun ini, orang-orang tidak malu lagi membawa tas itu. Melalui gambar yang ada dia juga ingin mengingatkan bahwa Jambi kaya akan budaya lokal.
"Itu kan bisa dibawa kemana-mana, dengan adanya deskripsi itu, pengguna itu bisa bawa kemana saja dan bisa menceritakan sendiri ke orang-orang. Orang lain tidak harus ke galeri untuk tahu cerita dari gambar itu," imbuh Bona.
Diakui Bona, meski biasanya menggambar di media kanvas dan kertas, tidak terlalu sulit untuk menggambar di media purun ini. "Cuma paintingnya harus hati-hati. Karena permukaannya tidak rata. Jadi harus benar-benar harus memperhatikan detailnya.
Melalui kolaborasi ini, dia ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa menggambar itu tidak hatus di kanvas atau kertas saja. Namun bisa di mana saja seperti purun ini. (yovy)
ADVERTISEMENT