Masjid Laksamana Cheng Hoo, Jambi, Perdana Digunakan pada Imlek 2021

Konten Media Partner
15 Februari 2021 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Laksamana Cheng Hoo, Jambi/Yovy Hasendra
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Laksamana Cheng Hoo, Jambi/Yovy Hasendra
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Tepat pada perayaan Imlek 2021, pada Jumar, 12 Februari 2021, masjid Laksamana Cheng Hoo di Jambi digunakan pertama kali untuk ibadah shalat 5 waktu. Masjid bergaya oriental yang erat sekali dengan kebudayaan China akhirnya rampung. Hampir satu dekade masyarakat muslim keturunan Tionghoa di Jambi bahu-membahu membangun masjid ini. Cita-cita memiliki tempat ibadah yang mencirikan identitas mereka akhirnya terwujud. Bangunan berukuran 20 kali 20 meter persegi berdiri dengan megah di atas lahan 2.380 meter persegi. Bagian dalam masjid rampung 100 persen, hanya terlihat beberapa tukang tengah menyelesaikan membuat anak tangga di depan masjid. Di bagian atas dalam, bangunan dibuat berbentuk persegi delapan. Ornamen segi delapan itu melambangkan keselarasan dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa. Dari kubah hingga lantai masjid memiliki ketinggian 17 meter, melambangkan sholat 5 waktu, dalam satu hari.
Bagian dalam Masjid Laksamana Cheng Hoo, Jambi/Yovy Hasendra
Hampir di semua sisi masjid diisi dengan ornamen oriental. "Asal saya kan Khonghucu. Kalau Khonghucu, arsitektur (tempat ibadah) adalah Klenteng. Makanya kita adopsi dari konstruksi itu," kata Rusli, salah satu pengurus masjid. Warna merah mendominasi warna masjid. Berpadu dengan warna hijau dan kuning, sekilas masjid ini mirip dengan arsitektur klenteng. Bangunan ini dinamai "Masjid Muhammad Cheng Hoo". Rusli ingat betul awal mula masjid ini dibangun. Rusli adalah salah satu inisiator pembangunan masjid ini. Dia memantau proses pembangunan masjid sejak 9 tahun yang lalu pada saat peletakan batu pertama. 22 Juli 2012, peletakan batu pertama dilakukan. Proses panjang pembangunan masjid menuntut dia dan umat muslim Tionghoa lainnya untuk tetap istiqomah. Meyakini, cita-cita memiliki tempat ibadah yang diidamkan akan tercapai. Keyakinan Rusli dan yang lainnya berbuah manis. Tepat pada hari perayaan Imlek, masjid digunakan pertama kalinya. "Sudah 9 tahun. Waktu yang lumayan lama untuk sebuah perjuangan," kata Rusli ditemui di Masjid Muhammad Cheng Hoo yang berada di kawasan Kenali Asam, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, Senin (15/2). Tanggal 12 Februari 2021 (12-02-2021) pertama kali digunakan. "Bertepatan dengan hari Imlek, tanggal 12 02 2021. Karena angka itu juga kalau dibalik juga sama. Pas juga hari Jumat, jadi kita mulai dari Subuh," kata Rusli. Dikisahkan Rusli, pada tahun 2005, dia melakukan perjalanan ke Surabaya, dalan rangka mengikuti acara Mukhtamar Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Dia pertama kali melihat Masjid Laksmana Cheng Hoo yang ada di Surabaya, terbersit keinginan untuk membangun masjid yang sama di kota tempat tinggalnya, di Jambi. Sepulang dari Mukhtamar PITI, kebetulan dia diminta untuk menjadi Ketua PITI Jambi. Sejak saat itu, Rusli berupaya mengumpulkan potensi yang ada untuk merintis sebuah tempat ibadah yang bisa menjadi wadah para mualaf untuk dibina agar tetap istiqomah. Pada 2012, masjid ini mulai dibangun. Pada 2016, Rusli tidak lagi menjadi ketua PITI. Namun, tekadnya untuk membangun tempat ibadah tetap ada. "Saya sudah komit, ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan PITI. PITI kan ormas, kalau ini yayasan, berdiri sendiri, Yayasan Laksmana Cheng Hoo. Namun harapan kita, yang mengisi (masjid) adalah orang-orang PITI," ungkap Rusli. Dalam perjalanan pembangunan masjid ini, banyak pihak berkontribusi, selain dari masyarakat muslim Tionghoa, ada pula donatur-donatur yang ikut membantu. "Selain dari kemampuan sendiri, ada juga dari donatur yang tergugah," kata Rusli menambahkan. Masjid Muhammad Cheng Hoo ini dikelola sendiri oleh masyarakat muslim Tionghoa. Tujuannya adalah mencetak kader-kader muda. "Yang mengelola para mualaf, bukan apa-apa, kami mau belajar langsung me-manage ini semua," tambahnya. Meski 9 tahun berlalu, tujuan pendirian masjid ini tidak bergeser. Kata Rusli, tujuannya adalah agar para mualaf bisa berkumpul dan belajar bersama. Dan itu tidak terbatas hanya mualaf Tionghoa. Namun semua yang ingin belajar. "Di sinilah digodok," kata dia. "Contoh, jadi muadzin itu perlu belajar. Belajar di sini. Praktek di sini. Inilah panggung untuk mualaf belajar," kata dia. Dikatakan Rusli, sangat penting bagi mualaf untuk tetap istiqomah. Sehingga perlu wadah dari mereka untuk terus belajar. "Pembangunan ini perlu istiqomah juga. Walaupun sempat mangkraj, stagnan, terus jalan lagi, fokus. Jadi dari situ kami banyak belajar," kata Rusli. Diakui Rusli, apa yang mereka lakukan tidak gampang. "Namanya perjuangan butuh pengorbanan," kata dia. Rusli berharap, keberadaan masjid ini bisa menjadi wadah bagi para mualaf, khususnya PITI. "Dulu PITI ngumpul pindah-pindah. Kalau ada acara besar kita kesulitan. Kadang-kadang kita pakai hotel. " Kalau sudah ada tempat di sini. Diharapkan bisa berfokus di sini."
ADVERTISEMENT