Konten Media Partner

Menanam Jernang, Tanaman Primadona Orang Rimba

11 Agustus 2021 11:32 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekelompok Orang Rimba memantau tanaman jernang/Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok Orang Rimba memantau tanaman jernang/Istimewa
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Natai, anak dari Temenggung Buyung, salah satu tetua adat Orang Rimba di Tebo, Jambi, bersemangat menyiapkan biji jernang yang akan dijadikan bibit. Pemuda 20 tahun ini juga menyiapkan bibit jernang dari hasil cangkok untuk ditanam di lahan milik keluarganya. “Ini adalah ilmu yang baru kami dapatkan setelah berkunjung dan belajar dari teman-teman yang sukses bertanam jernang di Taman Nasional Bukit Dua Belas,” kata Natai. Tidak hanya menyiapkan bibit, Natai dan beberapa pemuda orang rimba kini juga mengetahui cara merawat tanaman jernang. “Harapan saya dapat segera menanam jernang, karena kalau ilmu kami ini tidak diterapkan maka akan hilang,” kata Natai. Jernang adalah tanaman merambat yang memiliki peran sangat besar bagi masyarakat adat Orang Rimba. Jernang yang tumbuh di dalam hutan sempat menjadi primadona bagi seluruh Orang Rimba di Sumatera. Namun ketersediaan jernang di alam dari tahun ke tahun semakin berkurang. Ketika sedang mahal harga jernang bisa mencapai 7–9 juta/kg di level pengepul lokal. Untuk saat ini harga Jernang 3 juta/kg, pandemi Covid-19 mempengaruhi harga jernang karena permintaan pasar menurun.  Guna melestarikan jernang, Natai dan orang tuanya telah menanam seratus batang. Upaya ini juga diikuti oleh sekitar enam keluarga orang rimba lainnya. Hingga saat ini area tanam jernang mencapai enam hektar yang berlokasi di Wildlife Conservation Area (WCA) yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBS).  WCA Manager, Kurniawan, menerangkan, saat ini telah ada tujuh kepala keluarga Orang Timba yang didampingi dalam upaya melestarikan dan budidaya jernang. Kunjungan belajar yang difasilitasi oleh PT Lestari Asri Jaya (LAJ) tempat Kurniawan bekerja memiliki empat tujuan utama. Pertama mengajarkan teknik pembuatan bibit Jernang dengan cara mencangkok dan mencabut tunas muda yang tumbuh di sekitar batang tua jernang. Kedua tentang pemilihan biji yang baik untuk dijadikan bibit. Ketiga tentang perawatan tanaman jernang. Keempat upaya mengajak Orang Rimba menanam jernang, serta penambahan motivasi untuk pengembangan Jernang lebih luas lagi. “Kami banyak melibatkan anak-anak muda dari masyarakat adat Orang Rimba dalam pelestarian dan budidaya jernang ini. Mereka diharapkan akan menjadi kader, memotivasi dan menularkan ilmu yang sudah dimiliki kepada Orang Rimba di kelompoknya masing-masing,” kata Kurniawan, Selasa (10/8). WCA adalah kawasan yang didedikasikan oleh perusahaan karet alam berkelanjutan PT Royal Lestari Utama (RLU), melalui anak usaha PT LAJ, sebagai area konservasi yang berada di selatan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Di dalam area WCA ini lah Natai dan komunitas Orang Rimba tinggal dan melestarikan jernang. Selain ada hutan yang perlu dijaga, di area seluas kurang lebih 9.700 hektar ini juga terdapat berbagai satwa yang dilindungi seperti gajah dan Harimau Sumatera.  Direktur Corporate Affairs dan Sustainability RLU, Yasmine Sagita, menerangkan, perusahaan mendorong Orang Rimba untuk membudidayakan Jernang. PT LAJ,  melakukan pendampingan, pemberian fasilitas budidaya dan transfer teknologi. Diharapkan komunitas Orang Rimba tidak hanya dapat belajar tentang bagaimana bertanam jernang tetapi juga mengetahui cara mengatasi kendala. Misalnya pengendalian hama dan penyakit, teknik pemanenan hingga penjualan buah Jernang. “Baru-baru ini kami memfasilitasi Orang Rimba untuk kunjungan belajar kepada warga telah sukses membudidayakan Jernang di Taman Nasional Bukit Dua Belas,” terang Yasmine. Pihak perusahaan juga memberikan bantuan berupa bibit jernang kepada Orang Rimba untuk dibudidayakan.
ADVERTISEMENT