Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Tiga tahun sudah Ni Komang Sri Andayani menjadi pendamping Orang Rimba di sekitar kawasan Wildlife Conservation Area di Kabupaten Tebo.
Komang, begitu dia disapa merupakan lulusan oseanografi Universitas Diponegoro (Undip). Namun, sekarang dia sehari-hari berkutat dengan Orang Rimba. Menepis jauh cita-cita menjadi ahli kelautan.
Menyusuri hutan menjadi rutinitas wanita ini. Demi melaksanakan tugas sebagai pendamping Orang Rimba. Penugasan dari perusahaan yang mempekerjakannya, PT Lestari Asri Jaya (LAJ) sebai Liaison Office.
Komang mengaku beruntung bisa diterima dan menjadi bagian dari keluarga besar Orang Rimba. Sebab, bukan hal mudah baginya untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, terlebih komunitas Orang Rimba sangat tertutup dengan orang luar.
Pekerjaan ini mampu menyalurkan jiwa sosial Komang, serta keinginan untuk membantu kehidupan Orang Rimba.
Semula keinginan Komang merantau jauh dari tempat asalnya di Bali sempat ditentang keluarga. Namun, tekadnya mampu meluluhkan keluarganya dan dia mendapat restu.
Komang mengaku sempat kesulitan beradaptasi dengan Orang Rimba. Ditambah dia harus selalu waspada karena berada di tengah hutan.
“Tapi, semua itu saya jalani dengan ikhlas dan semangat, demi membantu kelompok Orang Rimba mendapat kehidupan yang layak,” kata Komang, Jumat (26/3).
Saat mendampingi Orang Rimba, Komang harus beradaptasi dengan kebiasaan mereka. Dia ikut ketika mencari bibit tanaman di dalam hutan bersama Orang Rimba. Pernah suatu waktu, sekujur badannya dipenuhi lintah.
“Saya sangat panik, karena saya baru pertamakali mengalami kejadian tersebut. Untunglah ada warga Orang Rimba yang membantu saya, dan saya segera terbebas dari lintah tersebut,” ucapnya.
Sesekali dia jadi tempat curhat Orang Rimba. Saat pertama bertugas di sana, dia dicurhati oleh seorang ibu mengenai anaknya yang baru meninggal. Rasa empatinya kepada Orang Rimba membuat dia mudah diterima di antara Orang Rimba.
Komang mengatakan, tidak mudah menjadi pendamping kelompok Orang Rimba. Bahasa dan budaya ikut mempersulit. Terlebih kelompok Orang Rimba yang rentan dimanipulasi dengan isu negatif membuat para pendamping kesulitan mendapat kepercayaan Orang Rimba.
Diceritakan Komang, timnya pernah diterpa isu negatif dan menyebar di kalangan Orang Rimba. Saat mendampingi Orang Rimba bercocok tanam, timnya disebut mengambil keuntungan dari Orang Rimba. Isunya, menjadi warga binaan malah merugikan Orang Rimba.
"Sebagian orang Rimba sangat mudah termakan dengan isu negatif. Saya bersama rekan pendamping yang lain, dengan sabar dan telaten memberikan pemahaman kepada mereka, bahwa semua isu itu tidak benar. Kami ini murni kerja sosial, untuk membantu mereka,” terang Komang.
Saat ini, Orang Rimba sudah bisa menerima kehadiran mereka. Pendekatan personal terbukti ampuh menggandeng mereka untuk dibina dan dibimbing.
Bahkan, suatu waktu saat ke pemukiman warga, Komang dipinjami uang oleh Orang Rimba. Komang lupa bawa uang, tapi dia ingin membeli minuman di warung.
“Awalnya saya ingin berutang ke warung saat membeli minuman. Tapi, si pemilik warung bilang, bahwa minuman saya sudah dibayari seorang warga," kata dia.
Warga yang mmembayari bilang kalau dia bisa mengembalikan uang itu saat dia punya uang.
"Bagi saya, menjadi pendamping orang Rimba itu adalah panggilan hati. Memang saya bekerja di LAJ anak perusahaan Royal Lestari Utama (RLU). Tapi tugas pokok saya dan tim adalah membawa Orang Rimba untuk bisa hidup lebih baik, terutama dalam hal bercocok tanam, mendampingi kelompok perempuan Orang Rimba hingga mengelola manajemen di keluarga," tutupnya.
ADVERTISEMENT