Konten Media Partner

Pakai Alat Sederhana, 5 Perempuan Ciptakan Batik Bermotif Alam Mangrove di Jambi

13 November 2022 18:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhasanah, Ketua Kelompok Batik Taman Sari, membuat batik cap. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
zoom-in-whitePerbesar
Nurhasanah, Ketua Kelompok Batik Taman Sari, membuat batik cap. (Foto: M Sobar Alfahri/Jambikita)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Nurhasanah bersama 4 perempuan lainnya, sore itu terlihat menjemur kain batik di halaman sanggarnya yang berada di Desa Tungkal I, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Kain yang baru diproduksi tersebut memiliki motif berupa kepiting bakau, bintang laut, dan beberapa motif lainnya.
ADVERTISEMENT
Tidak lama kemudian, ia menyalakan kompor untuk memanaskan cairan pewarna kain. Selang beberapa menit, sebuah cetakan dicelupkan, dan langsung ditempelkan pada sebuah kain polos yang berwarna putih.
Terlihatlah sebuah motif bunga rosella pada kain itu. Bunga rosella sendiri ternyata telah dibudidayakan oleh kelompok wanita tani (KWT) di Desa Tungkal I.
Para perajin yang tergabung dalam Kelompok Batik Taman Sari ini, telah membuat kain batik dengan motif berupa lingkungan mangrove Pangkal Babu, Desa Tungkal I. Ada sekitar 15 motif yang sudah diciptakan, yakni motif berupa kepiting bakau, pohon bakau, burung bangau, pohon kelapa, dan sebagainya.
"Kami juga ingin mengenalkan bahwa ada mangrove di sini. Ini khas lingkungan Pangkal Babu," ujar Ketua Kelompok Batik Taman Sari, Nurhasanah, beberapa hari yang lalu.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, mereka mendorong kelestarian hutan mangrove yang berada di Jambi melalui kain batik. Belasan motif tersebut juga bisa menjadi ikon Desa Tungal I yang didukung dengan keberadaan Wisata Mangrove Pangkal Babu.
"Kita mencetak batik ini terinspirasi dari lingkungan yang dilihat setiap hari. Kita lindungi lingkungan kita di sini, baik mangrove maupun yang lain," tutur Nurhasanah.
Kelompok ini membatik dengan menggunakan alat sederhana, yakni cetakan berbahan seng yang dirakit oleh kelompok itu sendiri. Dalam sehari, Kelompok Batik Taman Sari dapat memproduksi 5 kain batik.
"Alat cetak batiknya, kita buat sendiri dengan alat seadanya. Kita lihat apa yang diinginkan menjadi motif. Alat cetak ini ada berupa pohon mangrove, dan lainnya," ungkap Nurhasanah.
Kelompok Batik Taman Sari menunjukkan alat yang digunakan untuk membatik. (Foto: Jambikita)
Harga kain batik cap dari Kelompok Batik Taman Sari, dimulai dari Rp 135.000 hingga Rp 200.000. Sedangkan kain yang diproduksi dengan cara ditulis, harganya dimulai dari Rp 300.000.
ADVERTISEMENT
“Bergantung dengan kerumitan proses pembuatan. Kain batik tulis harganya memang lebih mahal, karena prosesnya memakan waktu dan tenaga yang lebih besar, bisa sampai 1 minggu,” tutur Nurhasanah.
Kelompok Batik Taman Sari memamerkan kain batik yang sudah jadi. (Foto: Jambikita)
Kelompok Batik Taman Sari sendiri baru berusia sekitar 1 tahun. Awalnya, mereka dibantu melalui program Go Green yang diadakan Universitas Jambi. Sejumlah batik yang dihasilkan mereka, sudah sampai di beberapa daerah yang berada di Provinsi Jambi.
Para perajin tersebut sempat mendapatkan pelatihan sebanyak 3 kali di Desa Tungkal I. Namun, belakangan ini belum ada perhatian dari pemerintah. Nurhasanah berharap ada dukungan dari pemerintah untuk Kelompok Batik Taman Sari bisa lebih berkembang.
Selain itu, ujar Nurhasanah, Kelompok Batik Taman Sari terkendala dalam melakukan promosi melalui media sosial. Sebab, di Desa Tungkal I masih terjadi susah sinyal.
ADVERTISEMENT
Dengan berbagai keterbatasan, kelompok perajin ini tetap semangat menuangkan keasrian hutan mangrove pada kain batik.
“Alhamdulillah di sini ibu-ibunya sangat bersemangat dengan kegiatan ini, walaupun menggunakan alat batik apa adanya,” pungkasnya.
(M Sobar Alfahri)