Konten Media Partner

Perajin Anyaman Pandan di Kota Jambi Gunakan Pewarna Alami dari Serat Tumbuhan

6 Februari 2022 19:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 21 November 2022 15:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tas anyaman yang diproduksi oleh d'moroy. (Foto: M Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Tas anyaman yang diproduksi oleh d'moroy. (Foto: M Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Perajin tas anyaman pandan di Kota Jambi, Deny Moroyati (53), menggunakan pewarna yang ramah lingkungan. Tidak menggunakan pewarna sintetis atau zat kimia.
ADVERTISEMENT
Warna tas anyamannya berasal dari serat daun sirih gambir, daun ketapang, dan daun alpukat. Sejumlah tumbuhan itu masih mudah didapatkan.
Untuk menghasilkan zat pewarna dari tumbuhan membutuhkan waktu yang lama. Misalnya warna dari daun alpukat, sebanyak 3 kilogram daun itu direbus dalam air sebanyak 6 liter.
"Butuh 3 sampai 4 tabung gas melon, agar mengental menjadi 3 liter. Setelah pekat, disimpan dulu di dirigen," tuturnya, Minggu (6/2).
Daun pandan yang sudah kering dimasukkan ke pewarna alami yang mendidih. Namun, pori-pori daun pandan harus dilebarkan terlebih dahulu agar dapat menyatu dengan zat pewarna.
"Uji coba pewarna daun pandan itu agak susah, dibandingkan ke kain. Harus direndam dengan cairan tertentu untuk membuka pori-porinya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan proses pewarnaan pada daun pandan terbilang sulit. Jika terlalu lama bagian ujung daun pandan bisa rusak.
"Sebaliknya jika kurang lama, pewarnanya tidak menyatu. Tidak boleh ditinggal juga," tuturnya.
Dengan serangkaian proses itu, Deny bersama pekerja dan mitranya menghasilkan anyaman pandan yang memiliki warna alami dan tahan lama. Produknya memiliki unsur kebudayaan lokal.
"Kita sebenarnya tidak hanya menjual karya seni, tapi juga prosesnya. Jadi, untuk pasar dengan konsumen tertentu. Alhamdulillah sejauh ini ada saja yang beli, bahkan rebutan," ungkap Deny.
(M Sobar Alfahri)