Petani Bersama Anak-anak di Jambi Demo Selama 7 Hari, Seorang Ibu Sempat Pingsan

Konten Media Partner
27 September 2023 21:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para petani bersama anak-anak di Jambi melakukan demonstrasi selama tujuh hari. (Foto: Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Para petani bersama anak-anak di Jambi melakukan demonstrasi selama tujuh hari. (Foto: Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Para petani bersama anak-anak melakukan demonstrasi selama tujuh hari di halaman kantor Gubernur Jambi dan Kantor DPRD Jambi, sejak Kamis (21/9). Mereka mendesak pembebasan 12 petani yang masih ditahan, serta menagih upaya penyelesaian konflik agraria.
ADVERTISEMENT
Selama aksi itu, mereka membawa bahan pokok dan peralatan dapur. Mereka sempat memasak, makan, hingga menginap di pendopo yang berada di sekitar halaman kantor Gubernur Jambi. Sedangkan sejak haris Selasa (26/9), mereka berada di halaman kantor DPRD Jambi.
“Awalnya, ada empat kelompok petani yang aksi. Kemudian kami bergabung dengan Gestur Jambi kemarin,” kata ujar Ketua Serikat Tani Nelayan Jambi Christian Napitupolo, Rabu (27/9).
Massa aksi ini sempat bertemu dan berdialog dengan Ketua DPRD Jambi Edi Purwanto pada malam hari. Namun, tidak muncul kesepakatan sehingga aksi ini terus berlanjut.
Para petani, ibu-ibu, dan anak-anak menduduki halaman kantor DPRD Jambi dengan membawa peralatan dapur. (Foto: Sobar Alfahri)
Malam itu terdapat seorang ibu yang histeris meminta anaknya (salah satu anggota kelompok petani yang ditahan), segera dibebaskan. Perempuan ini tiba-tiba pingsan sehingga langsung digotong ke RSUD Raden Mattaher.
ADVERTISEMENT
“Ibu itu kelelahan saat meminta anaknya dibebaskan. Biar mereka (12 petani yang ditahan) melalui proses hukum tetapi fisiknya tidak perlu ditahan. Cukup wajib lapor dan dijaminkan,” ujar Christian.
Massa aksi ini protes mengenai penetapan 28 orang sebagai tersangka karena diduga terdapat kriminalisasi petani. Sebanyak 12 orang di antaranya sudah ditahan.
“Kita meminta mereka dilepaskan. Jangan sampai mereka dikriminalisasi karena konflik lahan. Sebab penyelesaian konflik itu harus melalui mekanisme yang ada. Bukan melalui penangkapan,” kata Christian.
Mereka meminta dipertemukan dengan Gubernur Jambi, Ketua DPRD Jambi, Kepala BPN, dan Kapolda Jambi. Bila permintaan ini tidak dipenuhi, aksi ini akan terus berlanjut.
“Cepat diselesaikan konflik lahan ini. Kalau tidak mau, pertumpahan darah terjadi. Polda Jambi, DPRD Jambi, bupati, semuanya kumpul selesaikan konflik lahan. Kami ini capek terima janji-janji terus,” kata Niarni (48), sembari memasak di halaman Kantor DPRD Jambi.
ADVERTISEMENT
Ia pun meminta segera bebaskan para petani yang sudah ditahan. “Keluarkan anak-anak kami, karena tidak ada yang salah. Mereka hanya mencari sesuap nasi, bukan mengumpulkan harta,” katanya.
Anak-anak Terpaksa Dibawa
Niarni menyampaikan sengaja membawa anak-anak karena mereka tidak bisa ditinggal. Terpaksa anak-anak itu bolos sekolah sebagai akibat konflik agraria yang tidak kunjung selesai.
Anak-anak terpaksa dibawa dalam aksi terkait konflik agraria. (Foto: Sobar Alfahri)
Sedangkan bahan pokok makanan yang tersedia, ujar Niarni, untuk sementara ini masih cukup. “Ini hasil tani dan sumbangan secara sukarelawan. Kalau ada yang ingin membantu, kami terima. Kami ini orang susah. Kalau gak dikasih orang, kami tak makan. Bagaimana bisa kerja, sementara kami diteror?” katanya.
Sampai berita ini diturunkan, aksi tersebut masih berlanjut. Mereka masih bertahan dengan peralatan dapur.
ADVERTISEMENT
(Sobar Alfahri)