Konten Media Partner

Sempat Populer di Era Zumi Zola, Kini Lacak Jambi Mulai Dilupakan

6 Juli 2020 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zumi Zola kerap memakai ikat kepala khas Jambi disetiap agendanya dulu. Foto: Instagram Zumi Zola Zulkifli Official (@zumizolazulkifliforjambi)
zoom-in-whitePerbesar
Zumi Zola kerap memakai ikat kepala khas Jambi disetiap agendanya dulu. Foto: Instagram Zumi Zola Zulkifli Official (@zumizolazulkifliforjambi)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Bangga pakai Tanjak/Lacak Jambi, itu cerita beberapa tahun lalu. Kisaran tahun 2016 hingga 2018, banyak masyarakat Jambi memakai lacak, baik di acara pernikahan, acara resmi pemerintahan, bahkan cuma untuk jalan-jalan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, penjual lacak pun dimana-mana, baik di butik, daring (online) bahkan di lapak pinggir jalan. Dalam perekonomian pengrajin Lacak pun meningkat, masyarakat pun saat itu banyak yang membeli sebagai koleksi sesuai motif yang disukai atau menyesuaikan dengan pakaian yang mereka miliki.
Lacak Jambi, dipopulerkan oleh Pemimpin Jambi kala itu, Zumi Zola saat dirinya menjabat sebagai Gubernur Jambi. Zola, dengan baju batiknya selalu memakai Lacak di dalam acara formal maupun non formal. Dirinya juga sering memakai Lacak saat keluar daerah dalam acara kedinasannya.
Saat kepopuleran lacak tersebut tersiar, masyarakat berbondong-bondong untuk memiliki Lacak, khususnya bagi laki-laki. Di acara pemerintahan, banyak PNS yang menggunakan lacak. Masyarakat di kondangan pernikahan pun dengan 'PeDe'-nya memakai Lacak.
ADVERTISEMENT
Namun, saat Zumi Zola tersangkut kasus gratifikasi uang ketok palu, lacak pun pelan-pelan tak tampak lagi di tengah masyarakat. Tak hanya di tengah masyarakat, di pemerintahan pun mulai hampir tak lagi ada yang mau memakai lacak di jam kantornya.
Kunjungan artis Irwansyah dan Sarwenda di Rumah Dinas Gubernur Jambi beberapa tahun lalu. Foto: Instagram Zumi Zola Zulkifli Official (@zumizolazulkifliforjambi)
Di kepemimpinan gubernur yang sekarang, Fachrori Umar di acara-acara formal pemerintahan ataupun acara non formal sudah sangat langka untuk melihat orang yang menggunakan lacak.
Memang, memakai lacak bukanlah hal yang harus ataupun wajib. Tapi, sangat disayangkan jika suatu hal yang positif di era sebelumnya ditinggalkan, karena di daerah di luar Jambi, masih banyak pemerintah daerahnya yang mempertahankan produk budayanya.
Diketahui, lacak merupakan ikat kepala bagi laki-laki Melayu Jambi. Lacak sendiri bermakna bekacak atau gagah yang mana ikat kepala ini dahulunya dipakai oleh para raja, laskar, dan para Panglima Jambi.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu kekayaan budaya Negeri Jambi, Lacak merupakan simbol kewibawaan, kebijaksanaan, dan status sosial pemakainya.
Awalnya lacak dikenal sebagai salah satu perlengkapan dalam pakaian adat pria Jambi. Bagi Laki-laki yang berada di suku Melayu Jambi, dalam berpakaian adatnya kaum pria Jambi mengenakan Lacak sebagai ikat kepalanya.
Zumi Zola populerkan Lacak, penutup kepala pria Melayu Jambi. Foto: Facebook @anakmelayujambi
Lacak bagi pria suku Melayu Jambi pun melambangkan sistem kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang suami dalam kehidupan berumah tangga, guna melindungi dan memelihara serta meyakinkan masyarakat menuju kesempurnaan serta ketenangan hidup bersama.
Lacak sebagai penutup kepala ini dibuat dari bahan kain beludru yang warna merah. Tidak hanya merah, saat ini Lacak juga penuh motif batik agar memperkaya variasi dan model coraknya. Pada bagian dalamnya diberi kertas tebal yang dimaksudkan agar menjadikannya keras.
ADVERTISEMENT
Di era sekarang bahkan untuk kedepannya, apakah lacak ini akan populer lagi, atau hanya cukup di zaman kepemimpinan Gubernur Zumi Zola. Kepopuleran lacak Jambi semestinya jangan lagi jadi ikonik seseorang pemimpin, karena lacak Jambi itu milik kebudayaan Jambi, sehingga bagi generasi Z dan Milenial (pemerintah juga lah) agar tetap mempertahankan eksistensi kepopuleran Lacak Jambi di zaman serba teknologi ini khusus menjelang industri 4.5.
Penulis: Alpin Rahman (Jurnalis AksesJambi.com, alumni Fakultas Hukum Universitas Batanghari)