Sosok Mahasiswi Jambi yang Berorasi Lantang Suarakan Tolak UU Cipta Kerja

Konten Media Partner
11 Oktober 2020 17:44 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dini Rantiwi, Mahasiwi Universitas Batanghari Jambi saat orasi di aksi massa tolak Omnibus Law. Foto: Jambikita.id
zoom-in-whitePerbesar
Dini Rantiwi, Mahasiwi Universitas Batanghari Jambi saat orasi di aksi massa tolak Omnibus Law. Foto: Jambikita.id
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Beberapa hari lalu, mahasiswa Jambi turun aksi berdemostran di Gedung DPRD Provinsi Jambi dan Lapangan Kantor Gubernur Jambi, guna menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu.
ADVERTISEMENT
Salah satu foto mahasiswi yang mengenakan almamater berwarna hijau menjadi perhatian publik di media sosial (medsos), sambil memegang toa saat berorasi menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.
Perempuan bermasker tersebut bernama Dini Rantiwi, mahasiswi Universitas Batanghari (Unbari), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang saat ini menginjak semester 5 di Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Diceritakannya, Dini berproses di salah satu organisasi external kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sejak dari semester awal kuliah. Selama belajar di sana, ia memahami akan pentingnya sebagai mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak yang merugikan masyarakat.
Terlebih pada beberapa hari belakangan ini, telah terjadi aksi penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja dari berbagai kalangan, Dini sebagai Mahasiswa sadar sebagai agen perubahan turut serta turun langsung dalam penolakan pengesahan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami mahasiswa menolak keras hasil keputusan DPR atas pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang tidak pro rakyat. Dalam pergerakan ini, tetap konsisten untuk mengawal sampai batal," kata Dini Rantiwi, Minggu (11/10).
Dirinya juga ikut mengambil bagian aktif berorasi mengungkapkan apa yang menjadi ketidakadilan di negeri ini. Ia mengatakan dengan lantang tentang keresahan masyarakat pribumi Indonesia.
Mengkritik kebijakan pemerintah yang dirasa telah mendzalimi kita semua, lantas apakah kita sebagai mahasiswa yang berintektual diam?
Dini mengajak kepada perempuan dan laki-laki rakyat Indonesia yang mendambakan keadilan, marilah melawan. Diam artinya tertindas, melawan untuk menang.
"Bahwa suara perempuan juga punya hak yang sama dengan laki-laki sebagai kaum intelektual, mari kita berteriak lantang terhadap kondisi hari ini," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dini juga berharap kepada perempuan mengambil bagian aktif untuk menyuarakan ketidakadilan hari ini, khususnya seluruh mahasiswi di Jambi mari memulai pergerakan. Mari sadar, bahwa pergerakan perempuan akan berpengaruh besar pula untuk kemajuan negara.
Orator perempuan asal Jambi. Foto: Jambikita.id
Jeritan Perempuan Memanggil oleh Dini Rantiwi
Pada saat aksi, saya jadi salah seorang perempuan yang kemudian berorasi untuk menyampaikan orasi. Kami mahasiswa sebagai corong aspirasi rakyat menolak secara tegas keputusan DPR yang mengesahkan UU Omnibus Law yang tidak pro rakyat.
Bahwa hal tersebut adalah bentuk pengkhianatan DPR kepada rakyat. Untuk semua mahasiswa yang menegakkan keadilan, terlebih untuk seluruh mahasiswa pergerakan dengan memperlihatkan bahwa perempuan siap ikut serta dalam barisan perlawanan atas ketidakadilan ini.
Perlu diketahui bahwa, pergerakan perempuan itu berpengaruh besar terhadap perubahan. Saya dan kita semua berharap akan muncul aktivis-aktivis dari kaum perempuan dengan lantang dan gagah berani tampil menjadi tokoh gerakan yang visioner.
ADVERTISEMENT
Ayo para kaum perempuan keluarkan suara lantang kalian, kita buktikan bahwa kita bukan hanya mampu meneteskan air mata. Namun, kita semua bisa berteriak lantang untuk menuntaskan misi perjuangan sebagai kaum intelektual yang di pundak kita terdapat amanah dari para masyarakat Indonesia.
#Stop posting instastory, ayo tetuakan suara lantang kalian untuk ciptakan gen-gen Kartini masa depan.