Konten Media Partner

Tak Tersampaikan ke Jokowi Saat di Jambi, Warga Keluhkan Harga Pinang Anjlok

17 Mei 2023 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengeluhkan harga pinang turun drastis. (Foto: M Sobar Alfahri)
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengeluhkan harga pinang turun drastis. (Foto: M Sobar Alfahri)
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Warga Desa Lagan Tengah, Kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur, Jambi mengeluhkan harga pinang turun drastis. Belakangan ini, komoditi itu hanya mencapai Rp 5.000 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Mereka sebenarnya ingin menyampaikan kondisi ini ke Presiden Joko Widodo kala meninjau jalan di Kecamatan Geragai dan Mendahara, Selasa (16/5). Namun, saat berada di Jambi, Presiden batal berkunjung ke lokasi tersebut sehingga keinginan warga itu tidak tercapai.
Padahal, ada warga yang menghentikan aktivitas berkebun agar bisa bertemu Jokowi. Ada pula yang berjalan kaki selama satu setengah jam untuk menyampaikan aspirasinya, seperti warga bernama Tia.
"Kami berharap pak Jokowi memperbaiki jalan, dan bisa menaikan harga pinang, kelapa, sawit, dan sebagainya. Sudah setahun lebih harga pinang anjlok," kata Tia.
Tono (38), pengelola dan penjual pinang lokal di Desa Lagan Tengah, menyampaikan harga pinang bisa lebih murah lagi jika pinang yang dijual kualitasnya menurun.
ADVERTISEMENT
"Kurang paham juga penyebabnya. Biasanya pinang lokal dikirim dari sini. Orang Jambi yang beli," tuturnya.
Tono menunjukkan pinang yang sudah diolah dan dijemur. (Foto: M Sobar Alfahri)
Jauh berbeda dengan sekarang, pada tahun 2021 harga pinang lokal di daerah ini bisa mencapai Rp 29.000 per kilogram.
"Dulu saat harga pinang mahal, ada saja yang maling. Makanya, pasang CCTV. Kalau sekarang, mana ada yang maling," tuturnya.
Ia menggarap kebun pinang seluas 5 hektare. "Sedangkan yang sudah berbuah mencapai 3 hektare. Pinang ini panennya dua minggu sekali, kalau 3 hektare dapat 200 karung," tuturnya.
Warga Desa Lagan Tengah, banyak yang mengelola pinang. Tradisi ekonomi ini sudah ada sejak tahun 1980-an.
"Awalnya, tahun 1980-an sudah ada pinang. Dulu tentu lebih murah. Kalau perkebunan sawit belum lama masuk ke sini. Sekitar tahun 2009-an," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tetapi, pengiriman komoditi pinang di daerah tersebut, tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai. Jalan sepanjang 17 kilometer yang terbentang di Kecamatan Geragai dan Mendahara, mengalami kerusakan parah.
Di jalan yang dimaksud terdapat beberapa lubang yang cukup dalam sehingga berisiko merusak kendaraan yang lewat.
Jalan di Kecamatan Geragai, Tanjung Jabung Timur, Jambi. (Foto: M Sobar Alfahri)