Uniknya Jeruk Gerga di Kerinci, Mau Beli Inden Dulu

Konten Media Partner
22 Agustus 2019 23:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebun jeruk gerga di Kerinci, Jambi. Foto: suwandi
zoom-in-whitePerbesar
Kebun jeruk gerga di Kerinci, Jambi. Foto: suwandi
ADVERTISEMENT
Jambikita.id - Setelah berjam-jam menggeledah Kota Sungaipenuh, Jambi dan menemui pedagang tradisional maupun agen-agen toko modren. Para pemburu jeruk gerga tak mendapatkan sebiji pun buah-buahan dengan rasa nano-nano itu.
ADVERTISEMENT
Konon untuk mendapatkan jeruk ini di pasaran, butuh waktu sepekan dan harus inden terlebih dahulu.
Mereka (pemburu jeruk gerga) pun rela menerabas jalan berliku dan berdebu menuju kebun jeruk gerga.
Jaraknya memang hanya sepelemparan batu dari Sungaipenuh, tetapi medan yang dilalui amat berat. Dan tidak semua pembeli beruntung bertemu dengan petaninya di kebun.
Pada sore yang cerah di bawah perbukitan gunung raya, dua unit mobil parkir di kebun seluas satu hektar di Desa Lolo Kecil, Kecamatan Bukit Kerman, Kabupaten Kerinci.
Mereka adalah pemburu jeruk gerga yang telah menempuh jarak 30 km dari Sungaipenuh. Setibanya di kebun, mereka disambut ramah oleh petani. Kemudian disuguhi jeruk gerga ukuran medium.
“Rasanya juicy, ada asem dan manis. Bener banget, kalau dibilang nano-nano lah,” kata Teguh pemburu jeruk gerga dari Jambi, yang berkelakar tak berani pulang ke rumah sebelum membawa jeruk gerga.
ADVERTISEMENT
“Takut dimarah isteri,” tambah dia lagi sembari memesan jeruk gerga kualitas premium, pekan lalu.
Dia mengatakan berangkat bersama rombongan empat orang. Meskipun datang dengan misi pekerjaan, berburu gerga juga tak kalah penting. Maka dari itu, setelah pekerjaan rampung, dia menyisir pasar Sungaipenuh, keluar masuk Kincai Plaza dan toko modern lainnya.
Sejumlah reseller yang ditemui, kompak mengatakan jika gerga baru akan datang ke pasar Sungaipenuh sepekan mendatang. Itupun sudah ada pembelinya.
“Inden dulu mas,” kata Teguh menirukan ucapan reseller. Tidak putus asa, Teguh pun mendatangi Pasar Jujun, kembali dia menemukan alasan serupa.
Setibanya di kebun jeruk gerga, Teguh terkejut. Sebab nama gerga sudah begitu populer, namun kebunnya hanya seluas satu hektare.
ADVERTISEMENT
“Wajar kalau langka di pasaran,” kata dia lagi.
Rombongan mobil lain adalah pemburu dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi. Usai bertugas mereka juga menuju kebun jeruk gerga. “Kami mau beli dan selfi,” kata salah seorang rombongan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi itu.
Rombongan ini lebih ganas, tidak hanya membeli untuk mereka sendiri. Melainkan untuk rekan-rekan yang ada di Jambi. Mereka nyaris memborong semua hasil panen hari itu, berkisar 100-an kilogram. Untung saja petani membatasi, sebab sudah dipesan pembeli dari Padang.
Setelah mendapatkan jeruk gerga, petani pun menanyakan darimana mengetahui informasi mengenai jeruk gerga dan lokasi kebun miliknya.
Sebagian besar menjawab dari mulut ke mulut dan media sosial.
Jeruk gerga yang baru siap dipanen. Foto: suwandi
Petani Jeruk Gerga, Netra Novita mengaku pemasaran jeruk gerga melalui facebook dan whatsapp dan datang sendiri ke kebun. Dengan produksi sekitar 5.000 kilogram/panen, untuk saat ini, memang permintaan lebih tinggi dari produksi.
ADVERTISEMENT
Netra menuturkan kewalahan menghadapi ledakan pembeli setahun terakhir. Itu karena dia lah yang pertama kali mengembangkan jeruk gerga di Provinsi Jambi, khususnya di Kerinci.
Meskipun kata dia, awalnya sempat pesimis. Kebanyakan orang mengatakan kalau jeruk gerga itu tak dikenal di Jambi, terutama di Kerinci. Karena nama jeruk Madu sudah terlebih dahulu populer.
Namun dengan gencarnya promosi di media sosial dan dibantu rasa nano-nano jeruk gerga, Netra meyakini kini jeruk gerga telah mengalahkan popularitas jeruk madu.
Setiap orang yang mencoba jeruk gerga, kata Netra pasti langsung membeli. Tidak hanya masyarakat Jambi dan Sumatera Barat, etnis Tionghoa juga amat menyukainya.
“Sekali coba langsung jatuh cinta,” kata Netra penuh keyakinan.
Dengan usia yang terbilang muda, petani milenial ini berkeinginan menambah luas kebun hingga dua kali lipat. “Untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi,” kata dia menegaskan.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah ada, beberapa petani di Lolo Kecil yang menanam jeruk gerga dua tahun terakhir, tetapi mereka belum produksi, kata Netra.
Kendati permintaan tinggi, Netra tak jumawa. Dia pun mematok harga ramah dompet, untuk kualitas biasa dipatok Rp15.000/kilogram, untuk medium Rp20.000/kilogram, sementara yang kelas premium dilego dengan harga Rp25.000/kilogram.
Ketika ditanya soal perawatan jeruk gerga, perawatan jeruk nano-nano ini lebih khusus dibanding jeruk madu yang juga populer di daerahnya. Wajib satu kali dalam 15 hari dilakukan penyemprotan terhadap hama tanaman, kalau jeruk madu itu bisa sebulan.
Lalu untuk pemupukan satu kali dalam empat bulan, sedangkan jeruk biasa itu bisa enam bulan sekali.
Berdasarkan sejarahnya, jeruk gerga berasal dari Israel, lewat Thailand. Jeruk ini ditanam dan dikembangkan oleh petani bernama Gerga di Lebong, Provinsi Bengkulu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya jeruk ini dikembangkan di Brastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sayang tak berhasil.
Jeruk gerga merupakan komoditas potensial yang gencar dikembangkan Kementrian Pertanian RI sebagai buah-buahan kelas ekspor. Warna khas buah ini kuning, rasanya manis segar ada sedikit asem. Kandungan airnya tinggi mencapai 300 gram/buah.
Beberapa keunggulan jeruk ini memiliki ukuran besar, berbuah sepanjang tahun dan potensi pasar yang luas. Kaya akan vitamin C (100 gram). Buah jeruk ini dapat dibuat selai marmalade yang nikmat. Namun hanya dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 400-900 mdpl.
Menurut data Badan Pusat Statistik petani jeruk siam/keprok dan jeruk besar di Provinsi Jambi jumlahnya 4.666 KK. Jumlah pohon yang diusahakan sebanyak 737.911 batang dengan luas lahan 1.845 hektar dan menghasilkan produksi sekitar 73.700 ton/tahun.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, jeruk hasil persilangan antara keprok dan jeruk manis ini, baru ditanam di lahan seluas 1 hektar pada 2015 lalu. Meskipun pendatang baru di Kerinci, nama jeruk gerga telah populer dan diburu banyak pembeli. (suwandi)