Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pengembangan Teknik Serangga Mandul Untuk Kendalikan DBD
21 November 2023 7:05 WIB
Tulisan dari Jamilah Hanum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Riset dan Inovasi Nasioanl (BRIN) telah mengembangkan Teknik Serangga Mandul untuk mengendalikan Demam Berdarah Dengue (DBD). Pengembangan Teknik Serangga Mandul pada nyamuk Aedes Aegypti telah dilakukan sejak tahun 2004 hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Peneliti pada Pusat Riset Proses Radiasi (PRTPR) BRIN yang terkait dengan hama dan penyakit tanaman, Hadian Iman Sasmita mengungkapkan pengembangan Teknik Serangga Mandul (TSM) dilakukan dengan cara perbanyakan nyamuk jantan di laboratorium yang kemudian dimandulkan dengan menggunakan sinar radiasi peng-ion (sinar gama, sinar-X, atau partikel electron) dengan dosis tertentu. Setelah proses pemandulan, nyamuk jantan dibawa ke lokasi target untuk dilepaskan.
“Dengan pelepasan ini diharapkan nyamuk jantan mandul kawin dengan betina di alam, untuk kemudian menghasilkan telur-telur yang tidak dapat menetas. Pelepasan yang dilakukan berulang-ulang dalam periode tertentu akan berefek pada turunnya populasi nyamuk vector di habitat aslinya,” ungkapnya.
Hadian menerangkan 4 tujuan utama penelitian Teknik Serangga Mandul yaitu penekanan populasi serangga target, eliminasi populasi serangga target, pencegahan invasi serangga target ke area tertentu, dan perlindungan area bebas serangga target.
ADVERTISEMENT
Dalam bidang pengendalian nyamuk vector penyakit, penelitian Teknik Serangga Mandul mempunyai tujuan langsung yakni dapat menurunkan populasi nyamuk vector penyakit, dan secara tidak langsung dapat menurunkan bahkan menghilangkan angka insidensi dan kematian akibat penyakit bawaan nyamuk.
Dirinya mengatakan Teknik Serangga Mandul mempunyai keunggulan efektivitas pada area yang luas, namun kurang efektif jika populasi nyamuk sedang tinggi-tingginya. “Teknik Serangga Mandul ini dapat dikombinasikan dengan fogging, dan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang diaplikasikan sebelum penyebaran nyamuk mandul,” kata Hadian.
“Hal ini bertujuan untuk menurunkan populasi awal, kemudian intervensi populasi diteruskan oleh penyebaran nyamuk mandul secara berkala,” imbuhnya.
Dengan cara kombinasi Teknik Serangga Mandul, fogging dan PSN ini, penggunaan insektisida dapat diminimalisir, dan rendahnya populasi nyamuk sebagai efek intervensi populasi dapat bertahan lebih lama.
ADVERTISEMENT
Hadian juga menyampaikan dalam pengembangan Teknik Serangga Mandul, kelompok risetnya telah berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, antara lain International Atomic Energy Agency (IAEA), World Health Organization (WHO) - the Special Programme for Research and Training in Tropical Diseases (TDR), Kementerian Kesehatan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP), UNDIP, SITH – ITB, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Universitas Al Azhar Indonesia, serta National Chung Hsing University.
Hadian menyebutkan hasil pengembangan Teknik Serangga Mandul untuk pengendalian nyamuk Aedes Aegypti telah diimplementasikan di beberapa daerah yaitu Banjarnegara, Salatiga, Semarang, Muntok, Tebing Tinggi, dan Bandung. “Pelepasan nyamuk jantan mandul di Kota Banjarnegara dan Bandung berefek pada penurunan populasi nyamuk Aedes Aegypti yang dipantau melalui alat perangkap telur dan nyamuk dewasa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia memaparkan di Banjarnegara nyamuk jantan mandul dapat menekan persentase rumah yang positif nyamuk menjadi 15%, sedangkan di Bandung penekanan populasi di area pelepasan relative terhadap area kontrol mencapai 53% untuk daya tetas telur, 45 – 66% untuk koleksi telur, dan 54% untuk koleksi nyamuk betina.
“Penelitian Teknik Serangga Mandul di Bandung menggunakan kombinasi perlakuan pelepasan jantan mandul, fogging insektisida, dan PSN,” pungkasnya.
Kementerian Kesehatan mengatakan hingga minggu ke-40 pada tahun 2023 terdapat 68.996 kasus DBD dengan kasus kematian 498 jiwa. Hasil penelitian Teknik Serangga Mandul yang telah diimplementasi di beberapa daerah ini bertujuan untuk membantu pengendalian DBD.