Konten dari Pengguna

Nikotin Mampu Mempengaruhi Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya!

JANETTE BAPTISTA GALLE
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
30 November 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari JANETTE BAPTISTA GALLE tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi larangan merokok (sumber : https://pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi larangan merokok (sumber : https://pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Fenomena yang sudah tidak asing khususnya di zaman belakangan ini. Kemajuan zaman yang tidak hanya membawa pengaruh dalam dunia teknologi tetapi juga pada perilaku dan perkembangan pribadi di setiap individu. Bahkan umur sudah bukan menjadi suatu patokan dalam perubahan perilaku seorang individu, dalam kata lain umur bukan penentu seseorang melakukan suatu tindakan yang merugikan. Beberapa faktor mulai dari pergaulan, trauma bahkan rasa penasaran dari dalam diri sendiri yang membawa pada perilaku tersebut, salah satunya ialah adiksi nikotin berlebih. Adiksi atau rasa kecanduan yang nantinya akan langsung mengalir dan tersambung menuju saraf otak sehingga munculnya perubahan pola pikir serta perilaku konsumen.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat dari sisi lain, dampak dari adiksi nikotin ini jauh lebih besar mengarah pada kesehatan jantung maupun paru-paru si pengguna. Dimana, fakta tersebut telah dibuktikan dalam suatu penelitian dalam bentuk eksperimen yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan dengan menyatakan bahwa kecanduan merokok akan mendorong terjadinya vasoconstriction dan aterosklerosis yang menyebabkan subclinical myocardial ischemia, serta karbon monoksida yang nantinya individu tersebut mengalami hypoxemia dan myocardial hypoxia.
Lalu, sebenarnya kandungan apa yang terdapat di dalam satu batang rokok sehingga menyebabkan hal tersebut terjadi?
Gas beracun yang sering kita dengar dengan sebutan karbon monoksida menjadi salah satu kandungan dalam rokok tanpa rasa dan bau. Dimana, kandungan ini akan menurunkan fungsi otot juga jantung yang seharusnya sel-sel darah merah berikatan langsung dengan oksigen bukan dengan gas karbon monoksida tersebut. Kandungan lain yang juga tidak asing untuk kita dengar dan tentunya akan kita bahas secara rinci pada karya ilmiah ini adalah zat nikotin. Pasalnya zat inilah yang akan menimbulkan efek kecanduan, juga sebagai perantara dalam sistem saraf di otak untuk memunculkan berbagai reaksi dan mengubah pola pikir seseorang. Efek tersebut dapat bersifat permanen karena nikotin sangat mudah terakumulasi pada otak hanya dalam waktu 10 detik setelah dihisap.
ADVERTISEMENT
Penggunaan nikotin dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan struktural di otak, terutama pada area yang disebut dengan istilah korteks prefrontal. Dimana area tersebutlah yang akan mengontrol pengambilan keputusan, pengendalian diri, dan memori. Hingga nantinya pengguna akan menjadi lebih impulsif, kesulitan membuat keputusan rasional, dan lebih rentan terhadap perilaku yang cukup berisiko. Selain dampak yang mengarah pada fisik, faktanya konsumsi nikotin yang berlebih ini juga menyebabkan masalah pada gangguan psikis konsumen.
Gangguan tersebut dapat berupa :
ADVERTISEMENT
Adiksi dalam penggunaan nikotin yang berlebih dapat menyebabkan berbagai gangguan saraf otak, mulai dari kerusakan pada struktur dan fungsi otak, gangguan pada neurotransmitter, hingga penurunan kemampuan kognitif dan memori. Dalam jangka panjang, adiksi nikotin juga dapat berpotensi meningkatkan risiko penyakit neurologis yang mempengaruhi fungsi-fungsi tubuh lainnya, mulai dari pergerakan, keseimbangan, koordinasi, emosi, hingga kognisi kemampuan berpikir dan memorial. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan zat nikotin yang berlebihan merusak keseimbangan kimiawi otak hingga mampu untuk meningkatkan risiko gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, hingga hal buruk lainnya yang dapat dialami adalah pengendalian impuls juga pengambilan keputusan.
Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk menjadi konsumen aktif hingga adiktif terhadap nikotin perlu mencari tahu seluk beluk kandungan serta dampak berkepanjangan yang akan dialami hingga kerugian terbesar jika terus mengkonsumsi nikotin secara terus-menerus. Kesehatan fisik dan mental dari seorang individu tidak hanya berdasarkan faktor eksternal seperti lingkungan saja, namun juga bergantung dari bagaimana pola hidup yang mereka jalani di masa kini.
ADVERTISEMENT
Janette Baptista Galle, Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya.