Konten dari Pengguna

Mengintegrasikan Peran Ibu & Profesional: Dukungan Menyusui di Lingkungan Kerja

Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas
Dosen FISIP - Hubungan Internasional UPN Veteran Jawa Timur, Field of study: Middle Eastern Studies, Gender and Higher Education, Human Security, Sustainable Development
16 Agustus 2023 19:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menyusui. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bulan Agustus sering diasosiasikan dengan Bulan menyusui, mengingat pekan menyusui dunia diperingati pada tanggal 1-8 Agustus setiap tahunnya. Agenda yang diinisiasi oleh World Health Organization (WHO) ini mendorong masyarakat dunia untuk memahami pentingnya menyusui dan mewujudkan ekosistem yang mendukung ibu menyusui. Meskipun pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya menyusui sudah meningkat, faktanya, dukungan dan fasilitas terkait pemenuhan hak dasar ibu dan anak ini masih jauh dari cukup.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, keseimbangan antara peran ibu dengan ibu pekerja diangkat menjadi tema besar pekan menyusui dunia. Melalui “Let’s Make Breastfeeding and Work, Work!”, agenda ini tidak hanya mengangkat isu pentingnya memberikan ASI kepada bayi, tetapi juga menyoroti tantangan dan peluang dalam mendukung ibu yang bekerja agar tetap bisa menyusui.
Dari total 196 negara yang ada di dunia, hanya 42 negara yang mengatur tentang fasilitas menyusui di tempat kerja. Sebagai akibatnya, banyak ibu menyusui yang kesulitan untuk kembali bekerja setelah melahirkan, atau justru berhenti menyusui setelah cuti melahirkan karena kebijakan yang kurang mendukung untuk dapat menyusui sambil tetap bekerja.
World Alliance for Breastfeeding Actions (WABA) menekankan bahwa keberhasilan menyusui tidak hanya terletak pada Ibu dan bayi. Peran support system di lingkungan ibu menyusui menjadi sangat penting, terutama bagi ibu yang menjalani peran ganda sebagai pekerja profesional dan ibu menyusui. Dukungan dari keluarga, rekan kerja, dan lingkungan sekitar berperan sebagai pilar penting yang memungkinkan ibu merasa dihargai, diterima, dan terbantu dalam perjalanan menyusui.
ADVERTISEMENT
Sistem dukungan bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi juga tindakan nyata yang memberikan kenyamanan, pemahaman, dan tempat bagi ibu untuk mengekspresikan kebutuhan dan tantangan yang mereka alami dalam menjalankan dua peran ini.

Fasilitas untuk Ibu Menyusui di Ruang Publik

Memahami kebutuhan ibu menyusui yang bekerja secara profesional dan memberikan fasilitas yang sesuai adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung. Melalui pendekatan ini, perusahaan tidak hanya mengakui pentingnya peran ganda yang dijalankan oleh para ibu, tetapi juga menghormati hak mereka untuk memberikan ASI dengan nyaman dan optimal.
Fasilitas fisik merupakan salah satu bentuk dukungan bagi ibu menyusui. Sudah banyak kisah para ibu yang terpaksa menyusui anaknya di toilet untuk menjaga privasi mereka dan tidak ‘mengganggu’ aktivitas publik. Adanya ruang laktasi di ruang publik seperti kantor, mal, dan ruang publik lainnya yang private dan nyaman menjadi penting untuk diwujudkan. Ruang laktasi memungkinkan para ibu untuk tetap bekerja sembari menyusui atau memompa ASI untuk bayinya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perusahaan/tempat kerja dapat menyediakan sebuah komunitas menyusui atau konselor laktasi untuk memelihara kesehatan mental ibu menyusui. Hal-hal tersebut di atas apabila dilakukan secara optimal dapat meningkatkan produktivitas pekerja perempuan sekaligus memberikan perlindungan dan hak mereka sebagai perempuan.

Jam Kerja yang Fleksibel

Di samping fasilitas fisik, Fleksibilitas dalam jam kerja juga merupakan komponen penting dalam mengoptimalkan dukungan terhadap ibu menyusui. Memberikan opsi bagi ibu untuk mengatur jadwal kerja yang sesuai dengan kebutuhan menyusui akan memberikan keseimbangan antara tanggung jawab keluarga dan tugas pekerjaan. Dukungan ini tidak hanya mencakup waktu yang dibutuhkan untuk menyusui atau memompa ASI, tetapi juga memberikan kemungkinan untuk istirahat sesuai kebutuhan.
Jam kerja yang fleksibel menjadi sebuah langkah penting untuk mewujudkan integrasi antara kewajiban sebagai profesional dan sebagai ibu. Keseimbangan peran antara profesional dan ibu menyusui tentu akan berdampak terhadap produktivitas perusahaan. Penelitian membuktikan bahwa produktivitas perusahaan berbanding lurus dengan fasilitas dan kepuasan yang diperoleh pekerjanya sehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang memuaskan.
ADVERTISEMENT

Memastikan Lingkungan yang Ramah Ibu Menyusui

Ilustrasi ibu menyusui relaktasi. Foto: Shutter Stock
Menciptakan lingkungan kerja yang ramah ibu menyusui adalah tugas bersama. Keluarga, kolega, dan atasan harus memahami pentingnya dukungan dalam perjalanan ibu yang ingin menyusui sambil bekerja. Penciptaan budaya yang mendukung memungkinkan ibu merasa nyaman dalam membagikan kebutuhan mereka tanpa takut didiskriminasi atau mendapatkan stigma buruk.
Memberikan pilihan kepada Ibu pekerja untuk membawa anaknya ke tempat kerja juga merupakan salah satu dukungan yang dapat dilakukan. Perusahaan dapat memfasilitasi dengan menyediakan tempat menitipkan anak di sekitar tempat kerja agar para tetap merasa dekat dengan anaknya ketika sedang bekerja. Segala bentuk dukungan material, emosional, dan psikologis selayaknya dapat diupayakan oleh support system baik di keluarga, tempat kerja, maupun ruang publik.
ADVERTISEMENT

Mengimplementasikan Rekomendasi WHO

Cuti melahirkan yang cukup merupakan komponen penting dalam menjembatani transisi ibu dari masa persalinan ke kembali bekerja. WHO merekomendasikan minimal 18 minggu dan disarankan 6 bulan cuti melahirkan bagi ibu yang bekerja secara profesional. Jangka waktu tersebut disesuaikan dengan anjuran untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
Memberikan cuti melahirkan yang mencukupi memberi ibu waktu yang dibutuhkan untuk membangun pola menyusui yang sehat dan menguatkan ikatan dengan bayinya. Lebih lanjut, cuti bagi ayah sebagai support system utama ibu menyusui juga sepatutnya diberikan dengan jangka waktu yang sama dengan ibu melahirkan. Kebijakan ini mencerminkan komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga karyawan.
Pekan Menyusui Dunia tahun 2023 mengajak kita untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung ibu menyusui di tempat kerja dan masyarakat secara lebih luas. Dengan memberikan fasilitas yang memadai, fleksibilitas jam kerja, dukungan dari keluarga dan kolega, serta kebijakan yang sesuai, kita dapat memastikan bahwa ibu-ibu dapat melanjutkan peran penting mereka dalam memberikan ASI bagi masa depan yang lebih sehat dan cerah. Dukungan terhadap ibu menyusui adalah investasi dalam kesehatan dan kesejahteraan generasi mendatang.
ADVERTISEMENT