Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Menyusui sebagai Kunci Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
8 September 2022 13:48 WIB
Tulisan dari Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber kehidupan pertama bagi bayi yang menentukan tumbuh kembangnya pada masa mendatang. Pentingnya menyusui ini terus dikampanyekan oleh berbagai pihak mulai dari praktisi kesehatan sampai pemerintah. Kampanye menyusui dilakukan untuk menginformasikan, mengedukasi, serta memberdayakan seluruh lapisan masyarakat dalam menyediakan dan mempertahankan lingkungan yang ramah menyusui di dunia.
ADVERTISEMENT
Dampak dari menyusui tidak hanya dirasakan oleh Ibu dan anak. Keberhasilan menyusui ini dapat memberikan efek domino terhadap komunitas, negara, bahkan global. oleh karena itu, dukungan masyarakat, terutama orang terdekat sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan menyusui.
Belakangan ini, menyusui dianggap sebagai salah satu kunci dalam strategi pembangunan berkelanjutan. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menargetkan 17 poin pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan tidak mengabaikan lingkungan sekitarnya. Poin-poin dari pembangunan berkelanjutan mencakup pengentasan kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi, sampai konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Menyusui memegang peranan penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Setidaknya terdapat 12 poin dari 17 poin pembangunan berkelanjutan yang dapat diwujudkan melalui keberhasilan menyusui.
ADVERTISEMENT
Dampak langsung
Menyusui memiliki dampak langsung yang signifikan pada poin kedua dari pembangunan berkelanjutan, yaitu terbebas dari kelaparan. Menyusui merupakan langkah awal yang penting untuk dapat mencapai tujuan mengakhiri kelaparan karena ASI merupakan first food system bagi bayi yang baru lahir. Tanpa adanya ASI, keamanan pangan bagi bayi menjadi terancam. Produk pengganti ASI atau biasa dikenal dengan susu formula bisa saja menjadi solusi, namun kandungan nutrisi serta higienitas ASI tidak akan tergantikan.
Penelitian juga menunjukkan bahwa dalam satu tetes ASI terkandung jutaan sel darah putih yang membantu memperkuat antibodi bayi. Antibodi digunakan sebagai pelindung dari serangan berbagai penyakit, seperti diare dan pneumonia. Bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki antibodi yang lebih kuat dibandingkan de
ngan bagi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Oleh karena itu, menyusui juga dapat menjamin kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera, sejalan dengan tujuan ketiga dari pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
World Health Organization (WHO) berupaya untuk meningkatkan angka menyusui di dunia, setidaknya bagi bayi usia 0-6 bulan dan anak di bawah 2 tahun. Selain sebagai upaya untuk mengentaskan malnutrisi dan menjamin kesehatan bayi, secara psikologi pun menyusui dapat meningkatkan ikatan antara Ibu dan anak. Ikatan batin yang terbentuk dari proses menyusui ini dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental Ibu, anak, maupun orang-orang terdekatnya.
Menyusui dan Pembangunan Berkelanjutan
Selain bermanfaat bagi kesehatan, menyusui juga memiliki peranan yang cukup penting dalam poin pembangunan berkelanjutan lainnya seperti pendidikan, kesetaraan gender, akses air bersih dan sanitasi, serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan yang bermutu, banyak penelitian membuktikan bahwa ASI memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan anak, terutama dalam 1000 hari pertamanya. Lemak baik yang terkandung dalam ASI mengoptimalkan pertumbuhan otak anak sehingga anak tumbuh dengan cerdas.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan tujuan kesetaraan gender, boleh saja menyusui merupakan tanggung jawab perempuan. Namun perlu diingat bahwa support system dalam keberhasilan menyusui tidak memandang gender. Laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab bersama dalam mewujudkan keberhasilan menyusui. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan ruang serta fasilitas yang ramah menyusui di mana pun dan kapan pun.
Selain itu, menyusui juga berperan dalam mewujudkan energi yang bersih dan terjangkau. Dibandingkan dengan susu kemasan yang memerlukan teknologi canggih dan energi yang besar dalam proses produksinya, menyusui secara langsung dapat menghemat jauh lebih banyak air dan energi. Menyusui juga sama sekali tidak menghasilkan limbah atau polusi yang berakibat pada perubahan iklim. ASI merupakan sumber daya terbarukan yang alami dan tidak memerlukan kemasan, pengiriman maupun pembuangan.
ADVERTISEMENT
Ditinjau dari segi ekonomi, menyusui juga banyak memberikan dampak positif. Proses menyusui hampir tidak memerlukan biaya apa pun selain untuk memberikan gizi yang cukup dan seimbang kepada ibu menyusui. Penelitian membuktikan biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk tidak menyusui di Indonesia adalah sekitar 118 miliar USD. Biaya tersebut digunakan untuk membiayai penanganan wanita yang terkena kanker payudara, serta anak-anak yang terjangkit diare dan pneumonia akibat tidak memperoleh ASI.
Terakhir, menyusui memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat, komunitas, serta negara. Meningkatnya angka menyusui turut mendorong terbebasnya anak-anak dari stunting, yang merupakan program pemerintah Indonesia. di samping itu, meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai hasil dari keberhasilan menyusui juga memberikan harapan baru bagi kemajuan dan perkembangan bangsa.
ADVERTISEMENT
Namun perlu diingat, untuk mewujudkan hal tersebut memerlukan kerja sama dan andil dari setiap lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam mewujudkan ruang publik yang ramah menyusui.