Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Arab Saudi dalam SCO dan Kaitannya Liberalisme-Interdependensi
12 September 2023 10:15 WIB
Tulisan dari Jason Fernando tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tiongkok sebagai salah satu sekutu dekat dan strategis bagi Arab Saudi pada kontemporer ini. Kemitraan antar kedua negara telah terjalin melalui kerangka Belt and Road Initiative dengan fokus di sektor energi dan keuangan. Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengisyaratkan bahwa Tiongkok berupaya meningkatkan jejak diplomatiknya di Timur Tengah, sekaligus menyatakan bahwa Arab Saudi bersedia bermitra dengan Tiongkok untuk mempromosikan perdamaian, keamanan, dan kemakmuran bagi kawasan Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kerja sama antara keduanya menghasilkan berbagai kesepakatan, khususnya di sektor ekonomi (investasi dan perdagangan). Namun sebelum masuk pada pembahasan utama, perlunya menelusuri latar belakang terkait eratnya hubungan perdagangan antara Arab Saudi dan Tiongkok. Berdasarkan faktor historis, Tiongkok dan dunia Arab memiliki hubungan perdagangan yang terbentang sejak 1.500 tahun yang lalu hingga masa Jalur Sutra, ketika kain asal Tiongkok datang melalui darat ke Jazirah Arab; dibarengi dupa Arab, kemenyan, dan mutiara dibawa ke Asia Timur (Tiongkok). Adanya Silk Road juga berperan penting dalam mengembangkan jalur perdagangan kuno antara Tiongkok dan dunia Arab hingga saat ini.
Lompat pada Februari 2019, Putra Mahkota Arab, Muhammad bin Salman melakukan kunjungan ke Tiongkok di mana ia bertemu dengan pemimpin Tiongkok dan sejumlah pejabat tinggi untuk meningkatkan hubungan komersial yang sangat kuat antara kedua pihak. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak memiliki rencana strategis jangka panjang mereka sendiri, yaitu proyek Belt and Road Initiative serta Saudi Vision 2030; dimana kedua negara tersebut melihat adanya potensi untuk berkolaborasi yang bersifat interkonektivitas dalam implementasi strategi tersebut.
ADVERTISEMENT
Putra Mahkota Bin Salman juga mengumumkan kesediaan Arab Saudi untuk memasukkan bahasa Mandarin sebagai kurikulum pembelajaran di sekolah dan universitas negara tersebut; dimana ini menjadi bentuk memperluas kemitraan agar Tiongkok percaya pada Arab. Kerangka hubungan yang kuat ini berpengaruh terhadap perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai US$87,3 miliar pada tahun 2021, dengan ekspor Tiongkok ke Arab Saudi mencapai US$30,3 miliar dan impor Tiongkok dari Arab Saudi mencapai US$57 miliar.
Ekspor utama Tiongkok ke Arab Saudi adalah tekstil, elektronik, dan mesin; sementara Tiongkok terutama mengimpor minyak mentah dan plastik primer dari Arab Saudi. Dalam 10 bulan pertama tahun 2022, impor minyak Arab oleh Tiongkok mencapai 1,77 juta barel per hari dengan senilai US$55,5 miliar.
ADVERTISEMENT
Peranan Tiongkok dalam proyek BRI yang menguntungkan banyak negara, juga telah memotivasi Arab Saudi untuk memperluas jangkauan globalnya. Karena berkeinginan menjadi aktor baru dalam ikut berkontribusi pembangunan global, Pemerintah Arab Saudi secara resmi telah setuju untuk bergabung dengan Shanghai Cooperation Organization (SCO) sebagai mitra dialog dalam jangka menengah pada 29 Maret 2023. Shanghai Cooperation Organization (SCO) itu sendiri merupakan organisasi antar-pemerintah yang didirikan pada tahun 2001, yang berfokus pada perdagangan, infrastruktur, energi, dan keamanan regional. SCO ini sebagai blok yang dipimpin oleh Tiongkok dan Rusia yang berusaha untuk mengimbangi dominasi Barat di tengah era globalisasi ini.
Kepercayaan Tiongkok terhadap Arab Saudi dalam hubungan perdagangan bilateral telah membantu Saudi bergabung dalam keanggotaan SCO. Di satu sisi, keputusan Arab menekankan kedalaman 'poros ekonomi Saudi ke Asia', setelah kunjungan Presiden Xi Jinping ke kerajaan Arab Saudi pada Desember 2022.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, perkembangan tersebut kemungkinan besar tidak akan menjadi momen yang mengubah permainan dalam hubungan Saudi-AS. Arab Saudi terlibat dalam forum multilateral yang didorong oleh kekuatan Tiongkok untuk pertama kalinya, sehingga meningkatkan prospek jaringan dan kerja sama dengan negara-negara yang bermusuhan atau tidak bersekutu dengan Amerika Serikat. Namun, SCO masih terlihat terlalu terpecah untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang mampu mengubah keseimbangan global. Tetapi pada saat yang sama, hubungan bilateral bisa lebih efektif, juga untuk ambisi Saudi.
Arab Saudi melalui SCO kemungkinan akan mendapatkan akses ke pasar baru dan proyek infrastruktur, dimulai dengan republik Asia Tengah. Afghanistan menjadi target potensial investasi Saudi lainnya; meskipun sejauh ini masih berfokus pada inisiatif kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Dengan SCO, Arab Saudi menjadi mitra forum dimana Mandarin adalah bahasa kerja resmi. Disini Tiongkok telah memainkan peran sentral dalam kalibrasi ulang multipolar kebijakan luar negeri Saudi, terkait dengan energi dan hubungan ekonomi. Namun, dengan pilihan ini, Arab Saudi kini melampaui hubungan bilateral, karena terlibat dalam forum multilateral.
Arab Saudi juga bergabung dengan SCO karena organisasi tersebut secara bertahap mengurangi bentuk aslinya yang berpusat pada keamanan untuk merangkul profil yang lebih berorientasi ekonomi. Ideologi yang berbeda dan persaingan yang terus berlanjut di forum tersebut melemahkan potensi politiknya. Oleh karena itu, partisipasi Arab Saudi tidak akan berdampak langsung pada hubungan dengan AS, karena Arab Saudi berusaha membangun kemitraan yang netral dalam pilihan multipolar mereka. Namun, interaksi multilateral yang tumbuh dalam organisasi yang kontra-Barat tersebut di sisi lain akan memperkuat hubungan Saudi dengan kekuatan Timur (Tiongkok-Rusia).
ADVERTISEMENT
Namun bila ditelaah berdasarkan pemikiran Keohane dan Nye, kehadiran Shanghai Cooperation Organization akan meningkatkan interdependensi; dimana terciptanya konektivitas antara negara-negara yang tergabung dalam rezim internasional tersebut melalui hubungan perdagangan bebas yang berdampak pada stabilitas dan perdamaian. Interdependensi melalui SCO ini menciptakan kerja sama secara terlembagakan yang bersifat positive sum-game, sehingga stabilitas akan tetap eksis.
SCO ini merupakan rezim internasional, karena sebagai seperangkat prinsip, norma, aturan, dan prosedur pengambilan keputusan secara implisit atau eksplisit; sehingga anggota negaranya berkumpul untuk saling bekerja sama yang timbal balik pada bidang tertentu, yakni investasi dan perdagangan. Interdependensi ini mendorong interaksi yang kompleks dengan mengikat negara-negara anggota, sehingga kedaulatan nasional dibatasi; dimana terdapatnya peranan penting dari aktor non-negara, khususnya perusahaan multinasional.
ADVERTISEMENT
Terjadinya interdependensi dalam SCO terlihat dalam hubungan dagang antara Tiongkok dan Arab Saudi itu sendiri. Hal ini terlihat bahwa perusahaan multinasional yang berasal dari kedua negara berperan jauh lebih besar dalam hubungan ekonomi; ketika perusahaan raksasa minyak asal Arab Saudi yaitu Aramco setuju untuk membeli 10% Perusahaan Petrokimia Rongsheng senilai US$3,6 miliar. Kesepakatan itu dibarengi dengan dua perusahaan asal Tiongkok untuk mengimpor 480.000 barel minyak mentah dari Aramco ke fasilitas kimia dan penyulingan terintegrasi terbesar di provinsi Zhejiang, Tiongkok.
Kesepakatan akan digabungkan untuk peningkatan hingga 690.000 barel per hari antara Aramco dan Rongsheng, sehingga menciptakan kondisi interdependensi. Proyek antara Aramco dan Tiongkok ini menghasilkan 83,7 miliar yuan (Rp 18,3 triliun) dan Aramco juga memperoleh 30% saham dari perusahaan petrokimia Rongsheng. Kemudian, Aramco juga mengumumkan investasi patungan dengan North Huajin Chemical Industries Group Corporation dan Panjin Xincheng Industrial Group untuk membangun 300.000 barel per hari ke kompleks petrokimia dan kilang di Panjin, Provinsi Liaoning, Tiongkok. Setelah beroperasi, proyek-proyek tersebut diproyeksikan sebagai basis industri petrokimia berkelas dunia atas hasil kerja sama Arab Saudi dan Tiongkok tersebut.
ADVERTISEMENT
Kondisi interdependensi ini mendorong minyak sebagai tulang punggung kemitraan antara Arab Saudi dan Tiongkok melalui kerangka SCO. Arab Saudi sebagai pemasok minyak mentah terbesar Tiongkok, dan Tiongkok adalah tujuan ekspor minyak Saudi terbesar. Selanjutnya Arab Saudi juga telah lama bergantung pada Tiongkok dalam hal penjualan senjata, termasuk senjata yang tidak dapat diperoleh sebelumnya dari mana pun.
Selain itu, para diplomat dan pemimpin bisnis dari Arab Saudi maupun Tiongkok juga berada di posisi yang tepat untuk memperluas kerja sama mereka yang bersifat timbal-balik dalam bidang ekonomi sirkular, tenaga hidrogen, energi terbarukan, serta sejumlah industri teknologi tinggi yang berkelanjutan lainnya.
Kerja sama antara Saudi dan Tiongkok di SCO ini akan memberikan kontribusi lebih banyak dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan, serta mendukung pembangunan secara bersama. Tiongkok memiliki kebijakan non-aliansi yang ketat dan tidak mungkin ingin terjebak dalam konflik Timur Tengah, dimana mereka menawarkan Arab Saudi kebijakan non-campur tangan dalam urusan domestik satu sama lain; sehingga tidak seperti negara-negara Barat.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, interdependensi dalam SCO berhasil mengurangi mengurangi ketegangan di Asia Tengah dan Timur Tengah; karena adanya dorongan kerja sama ekonomi, setelah negara-negara anggota menandatangani perjanjian (berisikan prinsip, norma, dan prosedur) di Beijing untuk membangun kembali hubungan diplomatik. SCO ini juga menjadi alat pengaruh politik Tiongkok vis-à-vis negara-negara Timur Tengah dan Asia Tengah secara berkelanjutan, demi mempererat kemitraan.
Melalui kerangka SCO, tercapainya kesepakatan rekonsiliasi penting antara Arab Saudi dengan Iran yang dimediasi oleh Tiongkok, untuk memulihkan hubungan diplomatik penuh yang terputus tujuh tahun lalu. Rekonsiliasi ini didasari oleh perjanjian investasi dan perdagangan (ekspor/impor produk) antara Arab Saudi dan Iran.
Interdependensi dalam kasus kerja sama Arab Saudi dan Tiongkok melalui SCO ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi (investasi dan perdagangan) lebih menguntungkan daripada konflik atau perang; dimana adanya kesepakatan beragam investasi antar keduanya yang kemudian berpengaruh pada pemulihan hubungan antara Arab Saudi dan Iran secara damai yang ditengahi oleh Tiongkok dalam kerangka SCO tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan Pangeran Salman juga berterima kasih atas peran Tiongkok sebagai fasilitator “hubungan bertetangga yang baik” di seluruh kawasan. Dengan demikian, interdependensi dalam Shanghai Cooperation Organization telah berpotensi menciptakan kondisi dimana negara-negara anggota (khususnya Arab Saudi dan Tiongkok) saling ketergantungan ekonomi dan menghasilkan keuntungan di antara mereka yang berdampak terciptanya harmoni sosial (perdamaian).