Konten dari Pengguna

Kendaraan Listrik Bukan Solusi Ajaib Untuk Mengatasi Permasalahan Lingkungan

Jason Nathanael Thionardo
Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, program studi Teknik Industri.
9 Oktober 2023 5:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jason Nathanael Thionardo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Trend Kendaraan Listrik
Kendaraan listrik telah menjadi perbincangan global yang memikat perhatian di seluruh dunia dalam bidang transportasi dan otomotif. Kemampuan mereka dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak bumi, mengurangi jejak karbon dan polusi udara, serta menghasilkan emisi yang hampir nihil telah menarik perhatian seluruh dunia. Permasalahan krisis bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui semakin rumit ketika kita melihat tingkat polusi udara di Indonesia yang semakin memburuk akibat emisi gas buang dari pembakaran BBM (Cahyo & Muliatna 2013). Berdasarkan hasil suvery World Bank, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan tingkat polusi tertinggi di dunia dan 85% polusi udara disumbangkan oleh emisi transportasi. Oleh karena itu, diprediksi bahwa kendaraan listrik akan menggantikan secara penuh transportasi konvensional berbasis minyak bumi di masa yang akan mendatang sebagai pilar utama dalam upaya penyelamatan lingkungan yang semakin memburuk.
ADVERTISEMENT
Apakah Kendaraan Listrik Solusi Yang Memungkinkan?
Kendaraan listrik, yang sering dianggap sebagai solusi lingkungan yang paling efektif dan efisien untuk menggantikan kendaraan konvensional BBM, menghadapi sejumlah tantangan yang krusial dalam implementasinya. Salah satu permasalahan mendasar adalah asal-usul listrik yang digunakan untuk mengisi baterai kendaraan. Sebagian besar listrik masih dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara sebagai sumber energi, yang pada praktiknya menghasilkan polusi udara seperti SOx, NOx, dan CO. Polusi udara ini telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. World Health Organization (WHO) mencatat sekitar 7 juta kematian per tahun akibat polusi udara pada tahun 2018. Hal ini mengakibatkan sekitar 19.178 juta jiwa meninggal setiap harinya karena polusi udara yang kumuh dan tak layak hirup, sebuah angka yang fantastis. Banyak negara di Eropa sudah dimulai menggantikan pembangkit listrik konvensional dengan sumber energi terbarukan seperti kincir angin dan panel surya, namun investasi ini seringkali mahal dan memerlukan lokasi yang sesuai. Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki tantangan tersendiri dalam menghubungkan dan mendistribusikan listrik ke seluruh wilayah secara merata dan adil. Selain itu, biaya baterai kendaraan listrik yang tinggi, fasilitas pengisian yang belum memadai, dan kendala ekonomi bagi sebagian besar masyarakat menjadikan kendaraan konvensional sebagai pilihan utama dalam transaksi jual beli otomotif.
ADVERTISEMENT
Bahan Bakar Hidrogen Adalah Solusinya
Diperlukan suatu energi terbarukan selain listrik yang dapat menggantikan sepenuhnya peran dari penggunaan BBM dalam industri otomotif dunia. Salah satu penelitian yang sedang dikembangkan lebih lanjut adalah energi terbarukan berbasis hidrogen yang digunakan dalam pembakaran kendaran bermotor (Fuel Cell System) dengan menggunakan teknik Steam Methane Reforming (STM). Hidrogen merupakan unsur paling melimpah dengan persentase sebesar 75% dari total massa alam semesta. Hal ini membuat bahan bakar Hidrogen menjadi terjangkau dan mudah ditemukan. Pabrikan otomotif asal Jepang, Toyota, sudah membuat berbagai konsep kendaraan berbasis hidrogen, seperti GR Yaris Hidrogen dengan mesin G16E-GTS, 1,6 liter, 3 silinder segaris, turbocharged, dan sistem injeksi yang telah dimodifikasi untuk menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar. Menurut Raju Febian (2018), Honda juga telah menghadirkan mobil berbahan bakar hidrogen berkapasitas 141 liter dan mampu menempuh 750 km.
ADVERTISEMENT
GR YARIS H2 tampil pada event Idemitsu SUPER ENDURANCE 2022 di Sirkuit Internasional Chang Buriram, Thailand. Sumber: Gesit Prayogi/kumparan
Pada sebuah Seminar Nasional yang digelar oleh Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga dengan tema, "Future Industrialization: Automation Challenges and Impact on Society, Health, and Manufacturing Technology", Dr. Indra Chandra Setiawan selaku General Manager PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, menggambarkan langkah Toyota dalam merangkul masa depan kendaraan berbasis hidrogen. Dalam gagasannya, Dr. Setiawan mengungkapkan visi perusahaan untuk memimpin dalam teknologi ini dan menekankan bahwa fokus utama akan diberikan pada kendaraan heavy duty seperti truk, dengan alasan pengurangan bobot, near zero emission, hingga pertimbangan efisiensi bahan bakar yang kuat. Kendaraan berbasis Hidrogen juga dinilai mampu mengurangi konsentrasi emisi gas buang CO, CO₂, dan HC. Oleh karena itu, kendaraan hidrogen menjadi pilihan yang menarik untuk masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan berbagai aspek-aspek yang ada.
Seminar Nasional Future Industrialization: Automation Challenges and Impact on Society, Health, and Manufacturing Technology