Konten dari Pengguna

Pengaruh Arsitektur terhadap Psikologi Manusia

Jason S
An Architecture Student at Parahyangan Catholic University
17 Januari 2022 18:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jason S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai aspek, yang paling penting adalah aspek kesehatan, karena berhubungan dengan nyawa manusia tersebut. Dalam kesehatan, seringkali kesehatan psikologis dipandang sebelah mata karena tidak dapat dilihat secara langsung apakah ada penyakit atau tidak. Aspek yang tidak kalah penting adalah domisili, bagaimana manusia tersebut bertempat tinggal. Setiap orang pasti memiliki tempat untuk berpulang atau beristirahat, suatu tempat yang membuat ia merasa nyaman dan tentram.
ADVERTISEMENT
Rasa tersebut dapat diperoleh dari berbagai faktor yang dapat didesain dari elemen pembentuk ruang yang berupa lantai, dinding, dan plafon. Bagaimana jika rasa nyaman dan tentram itu diaplikasikan ke bangunan-bangunan di Indonesia ? Oleh karena itu, Arsitek Indonesia harus memanfaatkan elemen pembentuk ruang dalam mendesain bangunan sehat untuk menjaga kesehatan psikologis manusia.
Walaupun tidak dapat dilihat secara langsung, kesehatan psikologis tidak dapat diremehkan dampaknya. Kesehatan mental yang terganggu dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik juga. Menurut American Psychological Association (APA), seseorang yang merasa stres seringkali akan merasa sakit perut. Jika stres terus-menerus, kondisi tubuh akan lama-lama melemah. Faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan mental seperti kehilangan, kekerasan dalam keluarga, perundungan, sosial budaya, dan lingkungan sekitar. Dalam menjaga kesehatan mental, arsitek sebagai pemberi dampak yang cukup signifikan dalam lingkungan perlu memanfaatkan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagaimana desain mempengaruhi manusia? Desain dapat membuat manusia merasa lega ataupun sesak di ruang tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah desain adalah fungsi bangunan tersebut, lingkungan sekitar bangunan, ciri khas sang arsitek, permintaan klien, dan bagaimana manusia merasa nyaman berada dalam ruangan tersebut. Kesan psikologis dapat ditimbulkan dari desain yang dirancang oleh arsitektur tersebut, seperti garis-garis horizontal membuat ruangan terasa memanjang, dan garis-garis vertikal pada dinding membuat ruangan seolah-olah terasa tinggi. Aplikasi psikologi dalam desain perlu diterapkan untuk menjaga kesehatan psikologis seseorang, dengan permainan warna, bukaan, dan ukuran ruangan tersebut.
Bangunan yang sehat secara psikologis dapat meningkatkan mood seseorang, dan dapat menjadi sebuah tempat untuk melepaskan kepenatan. Ada 3 elemen yang cukup penting dalam mendesain bangunan yang sehat, yaitu, skala, bukaan ruangan, dan warna. Dalam skala, manusia perlu merasa nyaman dengan ukuran ruangan tersebut. Banyak bangunan yang membuat manusia merasa sempit ketika berada di ruangan tersebut, seperti penataan restoran yang posisi satu meja dengan meja lainnya berdekatan. Orang-orang tentu akan merasa sesak jika duduk di area tersebut. Ukuran sebuah ruang dapat ditentukan berdasarkan privasi ruangan tersebut, apakah ruangan tersebut dipakai untuk umum, kalangan tertentu, atau diri sendiri.
Bangunan yang besar membuat kita terasa kecil. Sumber : Photo by BERK OZDEMIR from Pexels
Keterbukaan ruangan juga sangat penting dalam membuat manusia merasa nyaman. Seseorang tentu akan merasa nyaman jika ruangan tersebut terbuka ke lingkungan sekitarnya, berbeda hal jika ruangan itu sempit dan tertutup, seseorang akan merasa pengap di dalam ruangan tersebut. Keterbukaan ruang tentu juga harus sesuai dengan derajat privasi ruang yang diinginkan. Dalam permainan warna, warna yang mencolok dan kontras dapat mengalihkan perhatian manusia yang berada di dalam ruangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, konsentrasi seseorang dapat hilang atau dalam kondisi lain, orang tersebut tidak akan bisa rileks di ruangan tersebut. Bayangkan jika dalam rumah, pemilihan warna yang digunakan sangat kontras seperti tembok berwarna hijau dan merah. Hal ini akan membuat manusia yang berada di dalam rumah tersebut tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik, alias ia akan merasa pusing, tidak nyaman, dan teralihkan perhatiannya.
Di Indonesia, hal-hal seperti ini masih kerap dijumpai, salah satu contoh seperti bangunan olahraga yang sempit, minim bukaan, dan warnanya yang mencolok. Hal ini membuat pengguna bangunan tersebut cepat merasa lelah dan pengap, bukan hanya secara fisik, namun dalam pikiran juga, karena pikiran tersebut dapat mempengaruhi kesehatan fisik seseorang seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Dengan banyaknya bangunan yang memperhatikan kesehatan psikologis manusia, produktivitas dalam bangunan tersebut dapat meningkat juga.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa pencahayaan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 39.2%. Jika proporsi dan warna dipertimbangkan juga, produktivitas suatu tempat akan berkembang lebih pesat lagi. Skala, bukaan, dan warna, yang termasuk dalam elemen pembentuk ruang ini perlu dimanfaatkan oleh arsitek-arsitek di Indonesia dalam mewujudkan bangunan yang tidak hanya fungsional, melainkan memberi sebuah nilai lebih kepada psikologis pengguna bangunan tersebut, yang dapat membuat manusia merasa lebih produktif, nyaman, memfokuskan pikirannya, dan bersantai.
Referensi:
Farmaku.com. (2021, Januari 18). Informasi A-Z tentang kesehatan mental. Farmaku.com. Diakses 5 Januari 2022, https://artikel.farmaku.com/artikel/informasi-tentang-kesehatan-mental/
Handayani, V. V. (Ed.). (2021, Oktober 8). Kesehatan Mental Bisa Memengaruhi Kesehatan Fisik. halodoc. Diakses Januari 5, 2022, https://www.halodoc.com/artikel/kesehatan-mental-bisa-memengaruhi-kesehatan-fisik
Sasmita, A. O. W. Pengaruh Desain Interior terhadap Produktivitas Kerja Pustakawan di Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Surabaya. Diakses 6 Januari 2022, http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-ln70fb69a37dfull.pdf
ADVERTISEMENT
Widyakusuma, A. (2020, November 4). Dampak Elemen Interior terhadap Psikologis dan Perilaku Pengguna Ruang. Diakses 6 Januari 2022, https://ejournal.borobudur.ac.id/index.php/teknik/article/download/740/700